cerpen : Indah pada waktunya
Aku
menatap langit malam sembari memeluk lutut.
Angin malam bermain indah disekitarku. Malam semakin larut membuat
mataku tak ingin terpejam. Aku suka malam. Suka banget! Saat malam tiba semua
orang akan terbenam dengan mimpi masing-masing kecuali aku. Aku lebih suka
menatap bintang-bintang dan bulan sembari mengeluarkan semua uneg-unegku. Semua
masalah yang terasa nyesek dihati. Semua masalah yang aku tak tau bagaimana
cara menyelesaikannya. Aku hanya seorang gadis kecil. Gadis kecil dalam
kesendirian. Yah, sejak kecil selalu sendiri. Tak punya teman! Tak punya
sahabat! Tak ada yang menyayangi.
Aku hanya gadis kecil yang mencoba berdiri sendiri
dengan kedua kakiku. Mencoba berdiri dengan keceriaan yang aku bangun sendiri.
Mencoba sok kuat melawan hidup sendiri. Jatuh bangun sendiri. Tak ada tempat
bersandar. Tak ada kaki yang membantu aku untuk bangun. Untuk bangun melawan
hidup. aku menghela nafas pelan sembari memandangi malam pekat dengan gurat
senyumnya yang terbentuk untukku.
“Dunia
ini nggak adil ya. Sangat tak adil. Sejak kecil hidup tanpa kedua orang tua
yang tak perhatian sama aku. Dihina dicaci maki bahkan udah jadi makanan khasku.
Tapi aku capek. Capek ngelawan hidup sendiri. Lelah.” Ujarku sembari kembali
menghela nafas. Berbagai episode yang lalu muncul dibenakku bagaikan sebuah
film layar lebar yang siap diputar.
Aku melangkah pelan menuju kelasku. Berbagai
pasang mata menatapku jijik. Kenapa? Bukankah aku juga manusia sama seperti
mereka? Aku kembali berjalan mencoba untuk tidak menghiraukan mereka. Mencoba
sok tegar walau sebenarnya hati ini terlalu rapuh. Terlalu rapuh seperti kapas.
“Awas woi!! Ada Virus! Uwweek. Ihhh.” Ujar seorang anak laki-laki bernama
Faran. Semua teman-temanku berlari menjauh dariku. Kenapa? Ada yang salah
denganku? Mereka membenciku entah siapa yang memulai. Aku menatap Faran, yang
ditatap hanya tersenyum sinis dengan wajah lempengnya. Faran. Cowok itu!
Yah,cowok yang sudah membuat semua teman-temanu membenciku. Aku nggak tau
kenapa dia sangat membenciku. Sejak kami kenal, aku nggak pernah punya masalah
dengan dia. Faran kembali tertawa sinis sembari menjauh dariku. Aku menatap
cowok berwajah ganteng itu. Cowok yang dulu pernah mengisi hatiku dan Cowok
yang dengan tega membuat hatiku hancur tak berbentuk. Aku mulai duduk
dikursiku. Duduk sendiri tanpa teman!
“Eh Sya. Binder
kemaren mana?” Tanya Ines sinis sembari menatapku.
“Kan udah gue
kasih ke loe.”
“Nggak ada tuh.
Loe ambil ya?!” bentak Ines. Aku menatap Ines tak berkedip.
“Nggak kok. Sumpah demi
Allah nggak ada!” ucapku setengah menangis. Ines tertawa sinis.
“NGGAK USAH PAKAI
SUMPAH-SUMPAH DEH! MANA ADA MALING MAU NGAkU! KALAU MALING NGAKU PENJARA
BAKALAN PENUH!” bentak Ines tepat didepan mukaku. Rasa sakit kembali menusuk
ulu hatiku. Rasa sakit yang sangat sulit untuk kulupakan.
Kutepis sepenggal episode yang menyakitkan
itu. Aku mencoba tersenyum paksa. Rasa sakit kembali bersemayam dihatiku.
Seberapa besar aku ingin memaafkan mereka, rasanya nggak bisa melihat semua yang telah mereka lakukan
ke aku. Mereka nganggep aku sampah. Mereka hina aku. Mereka caci maki aku.
Mereka merintah-merintah aku layaknya aku pembantu. Selama ini aku mencoba
sabar. Sabar dalam menghadapi hidup. Cuma itu yang aku punya. Yah, kesabaran!
Tapi semua orang memiliki batas kesabaran kan? Dan aku nggak tau kapan batas
kesabaranku habis. Aku ‘sakit’. mencoba meredam rasa sakitku sendiri. Berdiri
sendiri. Tersenyum sendiri. Hanya SENDIRI!! Tanpa sahabat! Tanpa teman! Yah,
kupikir aku nggak butuh mereka karna memang aku nggak punya mereka. Otakku
kembali berputar menayangan sebuah episode hidupku.
“Gue cinta banget sama
loe. Gue sayang sama loe. Loe jangan pernah ninggalin gue ya? Gue bakal selalu
ada buat loe.” Bisik Vino tepat ditelingaku. Aku tersenyum pada Vino. Saat ini
aku punya Vino. Aku tak sendiri lagi. Vino bakal bantu aku ngejalani hidup. aku
tersenyum.
Setelah beberapa bulan
aku jadian dengan Vino. Dia berubah. Tak ada perhatian lagi yang aku dapat. Tak
ada kata cinta lagi yang dia ucapkan. Aku kembali merasa sendiri. Merasa
kesepian. Tapi aku mencoba tegar. Mencoba bertahan dengannya atas nama CINTA!
Aku lakukan semuanya untuknya. Aku curahkan sepenuhnya rasa kasih sayang ini
untuknya. Tapi dia kemana? Bahkan disaat aku ulang tahun pun dia nggak
ngucapin! Miris bukan? Disaat orang yang loe sayang dan loe harepin menjadi
orang pertama yang mengucapkan ‘selamat ulang tahun buat loe’ bahkan dia sama
sekali nggak ingat! Hingga suatu hari aku melihatnya tengah berpelukan mesra
dengan perempuan lain.
“Vino. Loe ngapain?!”
bentakku sambil berjalan menghampirinya. Vino melepaskan pelukannya tanpa
sedikit pun merasa bersalah. Vino tersenyum sinis. “Akhirnya loe tau juga soal
ini.” Ucapnya senang membuatku tak mengerti.
“Maksud loe? Loe kenapa
sih ngehianatin gue? kenapa? Loe tega banget sih Vin!”
“KARNA GUE NGGAK PERNAH
CINTA SAMA LOE NASYA! GUE MACARIN LOE CUMA BUAT MENANG TARUHAN DODOL!”
bentaknya jujur. Aku tersentak tak mengerti. Lagi-lagi aku harus menaggung luka
dihati. Luka yang akan selalu kuingat.
Masih kuingat
selalu
Saat kau
berjanji padaku
Takkan pernah
ada cinta yang lainnya
Terasa begitu
indah
Haha!
Cowok kurang ajar bukan? Cowok yang tak punya perasaan! Cowok yang dengan mudah
mengumbar kata CINTA tanpa tau arti CINTA sebenarnya. Cowok yang udah membuat
hati aku semakin tak berbentuk. Cowok yang udah menancapkan sebilah pisau tajam
keulu hati aku dan kini aku nggak tau bagaimana aku harus melepaskan pisau itu.
Aku tersenyum sok kuat. Aku memejamkan mata berlahan sembari mencoba menikmati
angin malam yang membelai lembut pipiku. Bayangan Vino muncul membuatku
tersenyum sinis. Aku udah pernah ngerasain semua rasa sakit hati. Haha! Hidup
ini aneh. Semua orang kaya dan cantik dihormati seakan-akan dunia hanya milik
orang-orang yang kaya dan cantik.
“NASYA
GENDUT! Nasya gendut! Gendut-dut-dut-dut. Loe itu gendut! Gendut banget kaya
TONG!”
“SYA!! Tubuh loe nggak
bisa dikecilin ya? Gue ngga bisa lewat nih!”
“GENDUUUUTTTT!!!”
Ledekan-ledekan
itu kembali terngiang-ngiang dibenakku. aku tersenyum sinis. Lalu otakku
kembali berputar menayangkan adengan-adengan hidupku.
“BUNDDAAAA. Jangan Tinggalin Nasya bunda! nasya takut!
Bunda BANGUN!” teriakku saat mendapati sosok bunda yang tak bernyawa lagi. aku
menguncang-nguncang tubuh bunda berharap bunda kembali bangun. Tapi tak ada
reaksi. Bunda hanya mematung membuat air mataku mengalir semakin deras. kembali
kuguncang-guncang tubuh wanita itu. Tetap diam membeku.
“BUNDA!! BANGUN! JANGAN
TINGGALIN NASYA.” Teriakku histeris. Aku menatap bayi mungil yang ada
disampingku. Seorang bayi mungil yang menyebabkan aku kehilangan seorang Ibu.
Saat pemakaman tiba aku tak sanggup. Kakiku gemetar saat melihat wanita yang
sangat aku sayangi dimasuki keliang lahat. Semuanya terasa begitu cepat bahkan
sebelum aku bener-bener menyadarinya.
“Kak.
Udah malam banget nih. Tidul lah lagi.” Ujar seorang anak kecil sembari
menghampiriku. Aku tersadar dan buru-buru menghapus air mata disudut mataku.
Aku menatap bocah kecil itu yang tengah tersenyum menampakkan deretan gigi-gigi
kecilnya nan putih.
“Dani
sendiri kenapa belum tidur?” tanyaku sembari meraih tubuh Kecil itu dan
membawanya kepelukanku. Bocah itu hanya tertawa dipelukanku. “Dani nggak bisa
tidul. Tadi Dani mimpi monstel jahat menyelang kakak. Kakak nggak papa kan?”
tanyanya dengan bahasa cadel membuatku mengumbar senyum. Aku membelai rambut
Dani.
“Kakak
nggak papa kok. Dani nggak perlu khawatir sayang. Ya udah, ayo masuk!” ujarku
sembari mengendong bocah berusia 4 tahun itu. Aku berjalan memasuki kamarku dan
segera menutup pintu yang menghubungkan kamarku dengan balkon. Selamat malam dunia. Selamat malam semua.
Semoga besok pagi kita ketemu lagi. batinku.
Sempat ngerasa sedih
Karna sering dibuli
Lelah jadinya malu
Karna dicibir mulu
Bukannya kutak mendengar
Kata-kata yang kasar
Bukannya kutak peduli
Semua caci dan maki
~*~*~*~
Aku
menatap cermin sembari tersenyum super duper manis. Kutatap setiap lekuk gurat
wajahku dicermin itu. CANTIK.
Batinku. Aku menghela nafas. Semalam aku sudah cukup puas nostalgia semua masa
lalu yang pernah aku alami. Pagi ini
rasanya plong! Lagi-lagi aku tersenyum saat mendapati pantulan wajahku dicermin
itu. Hidup itu akan selalu berputar seperti bumi yang akan selalu berputar
terhadap porosnya. Dalam hidup mungkin kita akan ada dibawah dan tak selamanya
kita dibawah bukan? Seperti hidupku. Aku bukan NASYA yang dulu. bukan NASYA
yang selalu dihina-hina. Bukan lagi NASYA yang selalu mendapat perlakuan buruk
dari teman-temannya dan yang penting aku bukan NAYSA yang GENDUT seperti dulu.
aku Nasya yang baru. Nasya cantik dengan tubuh langsing. Aku kembali menatap
setiap inci wajahku. Sesekali aku bergaya bagaikan seorang model yang tengah
berjalan diatas karpet merah.
“Aku
NASYA TALITHA AZALIA. Seorang gadis yang duduk dikelas XI disebuah SMA
favorit.” Ujarku tersenyum manis. Setelah puas menatap wajahku, aku menyambar
tas yang tergeletak pasrah diatas tempat tidurku. Dengan langkah gontai aku
berjalan meninggalkan rumah.
“Pagi
sayang. Ayo buruan naik.” Sapa Fian pacarku saat ini dan untuk selamanya. Aku
menatap Fian seraya tersenyum super duper zuper manis! “Pagi juga Fian-ku. Kok
tumben datangnya nggak telat?” tanyaku menggoda. Fian tersenyum.
“Habis
gue udah kangen sih sama my princess Nasya.” Ucapnya sembari mengerlingkan
sebelah matanya. Aku tertawa. Tawa lepas yang tidak ada kepalsuan didalamnya.
Aku menaiki motor sport Fian. “Jalan jek!” ujarku.
“Jek-jek-jek!
Emang gue ojek loe?” sungut Fian. Fian mulai melajukan motornya.
Musim
Terindah adalah ….
Ketika kau sambut pagi dengansenyummu
Ketika kau payungi siang dengan sapamu
Ketika kau tutup malam ini dengan belai sayangmu
I love U Fian
Ketika kau sambut pagi dengansenyummu
Ketika kau payungi siang dengan sapamu
Ketika kau tutup malam ini dengan belai sayangmu
I love U Fian
Aku
tersenyum menatap punggung Fian. Fian-ku. Ah, indahnya semua ini.
“Loe kenapa nangis?”
Tanya seorang cowok. Aku buru-buru menghapus air mataku. Cowok itu duduk
disampingku. Mungkin cowok itu heran saat ngelihat seorang cewek gendut yang
duduk sendirian dan tengah menangis. Aku hanya berdiam kaku. tak ada sepatah
kata pun yang keluar dari bibir ini. Suasana hening untuk beberapa menit hingga
akhirnya cowok itu merebahkan kepalaku kepundaknya. Aku sontak kaget tapi
akhirnya aku menuruti saja. Ini pertama kalinya dalam hidupku ada seorang cowok
ganteng yang memberikan pundaknya untukku.
“Gue nggak tau apa
masalah loe. Yang gue tau loe pasti lagi sedih banget. Didunia ini nggak ada
manusia yang luput dari masalah. Semua orang pasti punya masalah kan? Loe tau
itu kan? Tapi sebagai manusia kita dituntut buat selalu berusaha untuk mencari
penyelesain dari masalah itu. Dan caranya bukan dengan menangis. Kalau loe
nangis, orang yang nyakitin loe bakal
tersenyum senang karna mereka merasa mereka menang! Orang-orang sukses itu tak
luput dari masalah. Mereka dihina, direndahkan, dicaci bahkan dilecehkan harga
dirinya. Tapi mereka tak pernah putus asa. Mereka selalu berjuang buat buktiin
kalau mereka itu hebat! Loe juga harus lakuin hal yang sama kaya mereka! Hidup adalah sekolah
dan tentu saja bila loe semakin arif maka semakin banyak kelas yg akan loe
hadapi dan ingat kelas itu akan menyuguhkan ujian-ujian yang lebih parah dari
yang loe hadapi sekarang.” Ujar cowok itu panjang lebar. Aku tertegun
mendengarnya. Cowok itu seperti menyentrumkan semangat dalam hidup aku.
“Waktumu berharga! Dan
terlalu rendah buat menangisi orang-orang yang tak pernah menghargaimu.
Berkaryalah! Karna hidup hanya sekali.” Lanjut cowok itu seraya tersenyum.
“Eh, maaf ya kalau gue
sok tau. Gue Fian. Nama loe siapa?” Tanya cowok itu ramah.
“Nasya. Nasya Talitha
Azalia.” Ucapku gugup. Saking gugupnya aku menyebutkan nama panjangku.
“Nama yang bagus. Loe
tau nggak arti nama loe itu?”
“Enggak. Emang loe tau
apa?”
“Tau lah! Fian gitu!
Artinya itu ‘Gadis ajaib yang selalu dilindungi’ dan sekarang gue akan jadi
pelindungnya.” Ucap Fian membuatku terkejut.
Aku
tertawa renyah saat tayangan itu berputar dibenakku. sejak pertemuan singkat
itu aku dan Fian menjadi dekat. Aku tak sungkan bila menceritakan masalahku
padanya. Fian selalu ngemotivasi aku dikala aku ngedown. Fian yang selalu hibur
aku. Fian yang selalu nyediain pundaknya buat aku nangis. Fian juga yang
ngebantu aku buat ngejalanin diet dan inilah hasilnya.
“NASYYYAAA.
LOE DENGERIN GUE NGGAK SIH??” teriak Fian membuyarkan semua lamunan indahku.
PLAKK! Aku menepak bahu Fian. “Ihh. Loe kenapa sih pake teriak-teriak Fian
sayang?”
“Loe
sih! gue dari tadi capek tau berkoar-koar. Eh, loe kacangin. Harga kacang loe
berapa sih?” Tanya Fian. Aku hanya menampakkan cengiran kudaku, walau aku tau
Fian nggak melihatnya.
“Maaf-maaf!
Emang loe ngomong apa sih?”
“Tuh
kan nggak didengerin! Gue Cuma bilang kita ini komplotan pencuri tau!”
“Lho?
Kok pencuri sih? nggak ada profesi yang lebih bagusan dikit gitu?” tanyaku tak
mengerti.
“Pencuri
deh yang lebih cocok buat kita. Loe nyuri hati gue. gue curi hati loe.” Ujarnya
sembari tertawa renyah. Pipiku merona merah. Bisa aja nih cowok! PLAKK!
“Lho?
Kok dipukul lagi sih?” Tanya Fian. Aku tertawa. “Loe sih gombal!”
“Tapi
loe seneng kan gue gombalin? Dah ah, buruan turun. Da sampai tau!”
Adakalahnya cinta datang tiba-tiba. Adakalahnya
cinta datang walau hanya sesaat. Adakalahnya cinta datang hanya di bibir saja.
Tapi cintaku untuk selamanya, dan namamu terukir dilubuk hatiku.
Aku
berjalan menuju kelas, tak kuhiraukan panggilan Fian yang menyuruhku
menunggunya. Lagian kelas kita beda kok.
“Hy
cantik. Kenalan dong.” pinta seorang cowok sambil menghalangi jalanku. Aku
menatap cowok itu lekat-lekat. Vino?!
Haha! Aku menatap cowok itu sekali lagi.
“Loe
anak baru yah?” tanyaku sembari mengulurkan tanganku. Aku tersenyum menggoda
padanya. Cowok itu menyambut uluran tanganku.
“Iya.
Gue baru sebulan disini. Sejak gue lihat loe, nggak tau kenapa gue suka sama
loe. Oh ya, nama gue Herdiansyah Zevino. Panggil aja Vino.” Ujarnya dengan
tingkat kepedean yang tinggi. Aku tersenyum sinis menatap Vino.
“Kenalin.
Gue NASYA. NASYA TALITHA AZALIA. Senang berkenalan dengan anda. 2 tahun kita
nggak jumpa ya.” Ujarku sinis. Aku menatap raut wajah Vino yang terlihat kaget.
“Nasya?
Nas, gue mau minta maaf sama loe. Dari dulu gue sebenarnya sayang sama loe. Gue
Cuma terpaksa ngomong kaya gitu sama loe. Maafin gue Nas.” Pintanya dengan gaya
muka sok memelas. aku menatapnya geram. Setelah
sekian lama loe buat gue hancur! Loe buang gue seperti sampah dan sekarang baru
loe minta maaf? Kemana aja boy?
“Gue
masih sayang sama loe Nas. Gue cinta sama loe. Please terima gue kembali. Gue
bakal perbaiki semuanya.”
“Gue
bakal maafin loe kalau loe mau berlutut didepan gue dan teriak kenceng-kenceng
kalau loe minta maaf kegue serta bilang diri loe itu pecundang.” Kataku. Vino
pun berlutut didepanku.
“Gue
emang cowok bodoh! Gue pecundang. Gue minta maaf.”
“Nggak
denger. Loe ngomong apa kumur-kumur ya?”
“NASYA!
GUE EMANG COWOK BODOH! GUE PECUNDANG DAN GUE PENGEN MINTA MAAF SAMA LOE.”
Teriak Vino. Aku tertawa penuh kemenangan. Semua mata tertuju pada kami. Aku
puas.
“Yang?
Ada apaan sih? ini siapa?” Tanya Fian sembari berjalan menghampiriku.
“Nggak
tau nih yang. Nggak kenel! Nyamuk kali. Ya dah yuk, anterin gue kekelas.”
Kataku sembari mengandeng Fian dan berjalan menuju kelas.
~*~*~*~
Lagi-lagi aku menatap cermin. Kutaburkan bedak
bayi kewajahku dan kusemprotkan parfum ketubuhku. “Duh. Udah cakep belum ya?”
tanyaku pada cermin. Yah, malam ini aku akan jalan-jalan dengan Fian-ku.
Kurapikan poniku dan rambut sebahuku. Aku menatap diriku dari atas kebawah. sip! Ok. Ucapku. Setelah merasa semuanya
ok, aku pun berjalan menuju ruang tamu. Disana pangeranku tengah menunggu
dengan sabarnya. Aku menatap laki-laki itu. Laki-laki yang telah mengetuk
hatiku diwaktu yang tepat. Laki-laki dengan senyumnya yang mampu meluluhkan
hatiku saat aku tak membiarkan seorang pun mengetuk bahkan menjamah hati ini.
“Widii.
Ada bidadari dari kayangan nih. Entar selendangnya gue curi deh, biar nggak
bisa balik kekayangan lagi” Ucapnya seraya tersenyum saat menyadari aku sudah
ada didepannya.
“Yee.
Bisa aja si bos! Ya udah, berangkat yuk!”
“Kakak.
Kakak mau kemana? Ikut.” Ujar Dani sembari menatapku. aku membelai lembut
rambut Dani sembari pendanganku tertuju pada Fian. “Ya udah, bawa aja si
Daninya.” Ucap Fian bijak. “Bener nih?
Entar ganggu lagi?”
“Nggak
kok. Tenang aja. Latihan punya anak gitu. Anggap aja dia anak kita. Ya mama?”
ucapnya. Aku mencibir kearahnya. SEETT! Tanganku mencubit lengan Fian. Fian
mengelus lengannya sembari meringis pelan.
“Aduw!
Dani liat nih, mamamu nakal!”
“FIAN!
Apa sih! ah.”
“Yee.
Gitu aja ngambek. Ayo jalan. Gue bawa mobil tuh.” Ujar Fian sambil melangkah
keluar rumah.
Cinta datang kepada orang yang
masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang
masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin
mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang
mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan. Cinta bukanlah kata murah dan lumrah
dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang
indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya. Hidup tanpa cinta
seperti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau
mengejar waktu dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau
menjaga dirimu. Sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Hidup itu memang
dipenuhi rintangan. Pahit manis kehidupan harus kita lalui. Hadapilah hidup
dengan sebuah senyuman niscaya hidup akan tersenyum padamu. Jadilah seperti
batu karang yang selalu diterjang ombak tapi dia tetap tegar berdiri.
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya,
mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang
menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
Semuanya akan indah pada waktunya J
“Mama.
Kok malah bengong disitu sih? ayo ah.” Panggil Fian. Aku tersenyum. “Iya papa!
Bentar. Anakmu rewel nih.” Kataku sembari mengandeng Dani.
The end
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuswaaah, makasii kak ;D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmakasii dek ;D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmakasii.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMakasi yaa ;) Kepanjangan yah? Kapan-kapan kalau ngepost cerpen sepanjang ini, aku kasih part deh. saran diterima, makasih.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMakasii. Iya nggak papa, kayanya memang kepanjangan. Makasih sarannya ya ;)
HapusKurasa ini komen keduaku, yang pertama kala Muthi promo pertama kali di BE dan saya juga ikut promo, tapi Muthi lupa BW, hehe. Semoga kian semangat menulis.
BalasHapusCeritanya sudah asyik meski berkesan melompat-lompat tanpa penjelasan kayak gimana sebelumnya hidup Nasya hingga dihinakan sebagai maling atau dibuli mulu. Latar belakangnya pun luput sepeninggal ibu, apakah hanya dibesarkan ayah? Tapi sosok ayah absen.
Gimana, ya, kesan melompat-lompat itu harus ada logikanya yang logis dan bisa dipahami. Di sana ada tumpang-tindih penggambaran sosok yang gendut sekonyong-konyong jadi cantik dan diinginkan. Padahal logika penting dalam suatu cerita padahal pengemasan dengan tambahan nasihat hidup itu sudah cantik.
Ehm, karena kita juga belajar di BAW Community, ada baiknya perhatikan gimana uraian Mbak dan Mas di sana kala membedah karya. Tetap semangat, ya, Muthi.
BTW, belajar EYD pula agar tulisannya rapi. Bisa membedakan antara kata depan dan imbuhan sampai peletakan partikel pun.
Maaf jika ada kata yang tak berkenan di hati. :)
Wah iya y mbak? kenapa nggak diingetin pas kelupaan itu? Masukan bermanfaatn mbak, semuanya berkenan dihati kok. jadi semakin semangat buat bikin cerpen yang jauh lebih baik lagi. makasii mbak :D
Hapusceritanya bagus banget mbak jadi masuk dalam alurnya tapi kalau bisa diringkas saja atau dibuat 2 bagian gitu biar nggak panjang-panjang hehe semoga ada manusia kayak vian di bumi ini amin :)
BalasHapusMakasiii. iyaa, kayanya kepanjangan ini. Pasti ada manusia kaya Fian. mudah-mudahan aja :D
HapusWaktu lagi baca ada sesuatu yang ingin aku komen, tapi karena keasyikan baca ceritanya jadi lupa komen apaan wwkkw
BalasHapusCerpennya bagus mbak, enak di baca. Tapi ada sedikit masukan, mungkin masukan ini sama kayak Bastian dengan Fuji. Cerpennya terlalu panjang untuk ukuran blog, mending di buat part. Terus di tambah gambar ilustrasi juga, biar gak terlalu bosen baca cerita semua. Selebihnya, cerpennya bagus banget :)
Iyaa ki. Makasii masukannya. :D
HapusWah ngos-ngosan nih bacanya hahha. Tapi over all ceritanya udah bagus kok. Amanat dan pesan yang diinginkan si penulis udah masuk.
BalasHapusAku mau kasih beberapa masukan yang semoga nggak bikin sakit hati ya hehe. Biasanya aku kalo dikomen pedes suka sakit hati *lah malah curhat*
Pertama aku setuju sama Mbak tentang alurnya. Mungkin kamu maksudnya mau bikin alur maju-mundur gitu ya? Bagus sih, tapi loncatannya itu kurang rapi. Kurang lembut. Jadi terkesan agak kasar gitu loh Mut. Kelogisan cerita juga kurang jelas. Kenapa Nasya dihina, terus perubahan waktu dia dari gendut ke langsing itu kenapa. Soalnya kelogisan itu hal penting dalam sebuah cerita. Sebab-akibatnya harus jelas.
Kedua, di yang harusnya jadi preposisi tapi kamu jadiin kata gabung. Di kalau kata depannya nama tempat dipisah. Sedangkan di kalau kata depannya kata kerja, baru digabung.
Ketiga, aku pikir ini ceritanya young-adult, soalnya di awal-awal narasinya cukup baku. Tapi ada beberapa kata yang nggak baku. Pas baca keseluruhan ternyata teenlit ya. Kalo memang mau teenlit, bahasanya dibuat sesantai mungkin aja. Nggak usah terlalu baku di narasi :)
The last, ada beberapa kata yang aku cari di KBBI tapi nggak ada artinya. Kayak nafas (yang seharusnya napas), berlahan (mungkin maksud kamu perlahan), dan menguncang-nguncang (yang harusnya mengguncang-guncang).
Aduh panjang bgt komennya. Maaf ya Mut, kalo komenku nggak membantu, tolong abaikan aja hahaha. Aku juga masih belajar kok, jadi kalo ada yang aku tau, aku pengen share gitu :) terus semangaaattt nulisnya!
#PenulisHarusBermentalLebihdariBaja
kak dwi lengkap banget deh ni komentarnya.
Hapusaku jadi bingung mau komentar apa.
intinya sih aku suka, tapi cerpennya terlalu panjang jadi pas di tengah jalan males bacanya kenapa gak se;esai - selesai.
yang lain idem kak dwi deh, heheu
Wah udah banyak masukannya ya.. Sepertinya itu sudah cukup, saya nggak perlu nambahin lagi. Intinya juga sama aja. Tapi aku mau kasih semangat biar semangat belajar nulisnya! Semangaaat!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusasikkmbangettt nihhh, cerpen dengan alur cerita yang super cepattt, tapi bagus sihh..pertaa aku baca wahh nih cewek kasian amit, tapi happy ending sampe udah jadi ortu, jadi seneng deh bacanya..bagus cc!!! :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus