Cerpen : Menggapai cahaya

13.50 muthihaura 30 Comments



Haaay, Assalamua’laikum. Hay haaay ;D kali ini aku pengen ngepost cerpen karya aku. udah lama aku buatnya, tapi nggak ada salahnya juga kan aku post. oh ya, cerpen ini pernah aku ikutin lomba yang diadain majalah AKSI MAN 2 Model Pekanbaru. Jadi juara III, Alhamdulillah. Hihi. Okeh, lest check this out :


Cerpen  : Menggapai cahaya




Wanita sholehah bak mutiara didasar laut. Tak selalu putih terkadang terbungkus lumut. Didalam cangkangnya ia senang berada, menjaga diri dan tak mudah digoda.


            Gadis itu masih terpaku menatap barisan deret indah di Qur’annya. Bibir mungilnya melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an. Aku menunggunya dengan setengah bête, sedangkan disampingku Airin malah asik mendengarkan lagu dari Hp-nya lewat heandset. Sesekali mataku melirik jam tangan biru dipergelangan kiriku. “Kalau bukan karna kita satu kelompok sejarah dengan dia, aku juga malas kerumah dia.” Bisik Airin tepat ditelingaku. Aku mengangguk setuju, walau sebenarnya aku sangat ingin mengenalnya. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan sosok gadis itu. Dia gadis cantik yang memiliki wajah cahaya. Itu menurutku.

            Gadis itu bernama Shifa. Shifa Zahra Althafunnisa. Nama yang bagus menurutku. Wajahnya putih bersih dengan bola mata yang coklat terang dipadu dengan alis yang tebal. Bibirnya tipis dengan hidung mancung. Shifa menyudahi bacaan Qur’annya sembari menatap kearah aku dan Airin. Jilbab panjangnya berkibar tertiup angin. “Sorry ya lama nunggu. Aku buatin minum dulu.” Ucap Shifa sembari berjalan menuju dapur rumahnya.

            “Bete! Lama-lama bisa mati gaya aku disini. Gadis freak!” Dengus Airin sambil merapikan seragam putih abu-abunya. Roknya yang 5 cm diatas lutut tampak sedikit kusut akibat tiduran dikasur Shifa.  Airin menjepitkan pita pink dirambutnya yang tergerai indah. “Aduh Rin, kamu dari tadi ngomel mulu. Sabar deh!”

            Mataku bergerilya menatap isi kamar Shifa yang tertata rapi. Berbagai macam piala dan piagam tersusun didalam 2 buah rak besar yang terletak disudut kamar yang berdekatan dengan balkon. Aku berjalan mendekati rak piala itu. Menatapnya dengan tatapan kagum. “Keren! Menyabet berbagai macam juara olimpiade yang nasional maupun internasional.” Kataku lirih. selirih hembusan angin yang bermain lembut diwajahku.  Airin seolah acuh tak acuh dengan perkataanku.

            Shifa datang dengan setoples makanan dan 3 gelas juice Alpukat. Gadis yang setia mengenakan manset ditangannya itu mempersilahkan kami mencicipi makanan yang dibawanya. Dengan cepat Shifa menghidupkan laptopnya. Aku meraih juice Alpukatku dan menyeruputnya pelan, begitu juga dengan Airin.

“Kalau tema presentasi kita yang ini aja gimana?” Tanya Shifa sambil menunjukkan sesuatu dari laptopnya. Aku menatap sekilas sembari mengangguk setuju. “Terserah.” Kata Airin sambil meraih sebuah biscuit dari toples makanan.
           
Jari-jari Shifa bermain-main indah diatas keyboard laptopnya. Matanya jeli menatap laptop. Airin malah asik bermain dengan Hp-nya. “Shif. Kamu cantik tau. Pintar lagi. Kalau pakain kamu nggak jadul kaya gini, jamin deh semua cowok bakal bertekuk lutut kepadamu.” Aku menggaruk bagian kepalaku yang tidak gatal. Shifa tersenyum mendengar perkataanku sembari menatapku sekilas.  “Tak penting bagiku cantik dimata manusia, namun sungguh aku sangat ingin cantik dimata Allah.”

            Aku tertegun mendengar perkataan Shifa. Rasa tertarik muncul dibenakku. “Emangnya kenapa sih kamu berjilbab begitu. Nggak panas gitu?”

            “Lebih panas api neraka. Kafta, berjilbab itu wajib. Kalau wajib tak dikerjakan artinya dosa. Aku tak ingin pahala yang aku dapatkan selama hidupku seperti ember bocor hanya karna aku tidak berjilbab. Dengan  jilbab juga membuatku berpikir ulang untuk melakukan hal-hal yang tak baik dan membantuku lebih banyak mengingat akhirat” Perkataan Shifa barusan seakan menamparku. Aku terdiam.

            “Tapi kan dengan berpakain seperti pakain kamu ini mana ada cowok yang tertarik.” Kali ini suara Airin. Tampaknya Airin juga sama tertariknya denganku. “Sekarang sama sekali aku nggak berniat punya pacar. Rin, jodoh itu udah tertulis di lauhul mahfuz dan Allah berjanji bahwa laki-laki yang baik hanya buat perempuan yang baik juga. Dengan pakain ini aku ngerasa terjaga. aku ingin menjadi ‘barang di etalase’ yang mahal. Bukan barang yang di jalanan yang bebas di sentuh siapa saja.” Jelas Shifa panjang lebar.

            Airin terdiam sembari menatap pakainnya. Aku menghela nafas pelan. Bayangan wajah Bian, pacarku menari-nari indah dimemori otakku. Apa yang selama ini telah aku lakukan bersama Bian dan sederet mantan pacarku yang lain? Tiba-tiba aku sangat ingin menangis. “Eh, maaf. Aku nggak maksud apa-apa.” Shifa menatap kami dengan perasaan bersalah.

“Enggak kok. Kami malah senang ngedengarnya. Terus apa lagi?” Tanyaku sembari tersenyum.  “Dengan jilbab, laki-laki akan menghargainya dan tidak melihatnya hanya dengan objek sex belaka. Seorang ahli matematika Muslim ditanya tentang  wanita sholehah. Beliau menjawab dalam versi ilmu matematika. Jika wanita sholehah dan beragama = 1, jika dia cantik, tambah 0 dibelakang 1 = 10, jika dia kaya, tambah lagi 0 = 100, dan jika wanita itu dari keluarga baik-baik, tambah lagi 0 = 1000. Tapi jika yang ‘1’ tiada, maka tidak ada yang tersisa pada wanita tersebut kecuali sekelompok 0.”

Aku menghela nafas pelan. “Wanita sholehah bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya. Wanita sholehah bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sholehah tidak dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering dibicarakan mulutnya. Wanita sholehah bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sholehah bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian, tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertaruhkan kehormatannya.” Lanjut Shifa.
***

Aku meringkuk sembari memeluk lutut. Pandanganku tertuju pada dinding kamarku. Aku menangis. Menangis untuk semuanya. Entah mengapa perkataan Shifa tadi siang mampu menohokku. Badanku gemetaran. Kemana aku selama ini? Kenapa aku terlalu terlena dengan indahnya dunia yang hanya sementara?


“Kecantikan wanita itu terpencar dari caranya melihat kehidupan dan berdiri pada prinsip yang sering bertolak belakang dengan prinsip dunia.”


Kata-kata Shifa itu masih terngiang-ngiang ditelingaku. Shifa, tunggu aku besok di mesjid. Aku ingin sepertimu. Aku ingin memiliki wajah bercahaya  sepertimu. Ajari aku menggapai cahaya. Bisikku didalam hati.

The end



Gimana? masih amatir banget, jadi harap dimaklumi. Hehe. ;D no copas-copas dan hargai kreatifitas anak bangsa! Ini karyaku, mana karyamu? ;p


 link gambar :
http://armendasyifa.wordpress.com/2011/11/17/ahsanu-amala/

Baca Artikel Populer Lainnya

30 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, makasih ya kak ;D
      semangat kak! ini juga masih belajar ;D mari belajar bareng-bareng :)

      Hapus
  2. Ayo ayo, kirim cerpen ke majalah. keren kok cerpennya. >.<
    Salam kenal yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemajalah mana kak? kurang ngerti cara ngirim ke majalah. hehe.
      makasih kak ;D

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. nice :) aku selalu percaya kalau cantik itu memang asalnya dari dalam, dari hati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaah, ada kak indi. penulis favorit aku ;D
      makasiih kak :)

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau nginsfirasi =) Pertahankan jilbabnya yaa. Iya, pasti semangat terus buat nulis. Hehe.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cewek berjilbab emang bagus yakan Fif? =) ah bener nggak kepanasan pake kupluk jaket baju lapis tiga celana panjang?

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entar aku jabarin di cerpennya yah kak Nen =D makasiih. Jadi apa kak?

      Hapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka banget! iyaa, makasii ya. Kamu juga semangat =D

      Hapus
  13. wah ini aku berasa baca cerpennya anak-anak FLP (Forum Lingkar Pena). anak2 FLP kan khas cerpennya kayak gini, suasana yg di gambarkan juga kayak gini.

    udah bagus ini mut, coba kamu kembangin lagi konfliknya dan tambah ceritanya, minimal 3 halaman. terus kamu kirim ke ke riau pos. mayan kan dapet honor dan dapet nama :)
    nanti alamat email dan syaratnya hubungi aku aja. kan keren kalo ada blogger pekanbaru yg cerpennya nongol di Riau pos :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti aku cocok jadi anak FLP ya kak? Aaa, iya. Dicoba deh kak. Makasii kakak ({})

      Hapus
  14. wah, cerpen religi yang penuh makna yaa..ada selipan informasi atau dakwah juga...bagus kok..:D

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau pesannya juga nyampe :D
      iyaaa, makasii :)

      Hapus