Antologi ke-4 (late post)
Hay
guys, Assalamua’laikum. Gimana kabarnya? Ramadhan udah hampir berakhir nih,
tapi si tuan punya badan ini masih asik ngumpulin dosa. -_- Setan kan diiket
yah? Trus kalau aku buat dosa, setannya siapa dong? Au ah! Gimana? Udah pada
beli baju lebaran? Aku udah aku udah, baru sebiji. Wkwk.
Oh
ya, hari ini si Mumun ulang tahun. Cieciee,
ulang tahun dang! Habede yaa bebmun. Moga makin aktif, makin pintar, makin
baik, dan pastinya makin sholehah. Si ‘itu’ jangan diterima ya kalau emang
nggak suka dia. Makin dewasa dan makin semangat berkarya juga. Tawaran nyiar
diradio jalan nangka itu trima aja. Lumayan tau! i proud of you ({}) Ah, Ulan-Mumun ulang tahunnya sama-sama Juli.
Tepar nih uang aku beliin kadonya -_- :v
Semalam
sekitar jam sebelasan, aku ada di tag photo dari penerbit indis. Ternyata photo
antologi ke-empat aku udah dicetak. Antologi ini bareng temen-temen kontributor
lainnya. Jadi ceritanya tu aku ikutan lomba yang diadain penerbit indis. Nah,
ternyata cerpen aku masuk sebagai kontributor. Ya, Alhamdulillah lah. Covernya unyu-unyu gimana gitu. Pink. Ini dia
penampakan bukunya :
Judul
buku : Cinta di Batas Waktu
ISBN
: 978-602-1334-17-1
Penerbit
: Pena Indis
Tebal
: 152 halaman
Harga
: 38.000 diluar ongkir. (Bagi ada yang mau mesan bisa lewat aku :D Pre Order
nya dari tanggal 23 juli s/d 12 Agustus 2014)
Ada
yang berniat mesen nggak? Ayo dong mesen. Hihi. Untuk bikin kalian semakin
tertarik dengan antologi ini, aku kasih cerpen aku yang ada di antologi ini
deh. Ini juga bertujuan buat mengingat cerpen apa yang aku ikutkan.
*@@@*
Perjalanan Cinta
By : Muthi Haura
Leo mengepulkan asap rokoknya.
Pandangannya menatap langit malam seolah menantang. Lelaki berusia genap dua
puluh tahun itu menghela nafas pelan. Ada sepenggal rasa resah disana.
Disampingnya, Nika tengah asik menatap bintang-bintang yang menghiasi langit
malam. Membiarkan sang angin bermain-main lembut dengan rambut gadis itu.
Nika
mematung pelan. Sudah hampir sepuluh menitan mereka berada dalam bisu. Baik Leo
atau pun Nika sama-sama tak ada yang membuka pembicaraan. Mereka sibuk dengan
pikiran masing-masing. Angin malam Jakarta seolah menjadi saksi keberadaan dua
muda-mudi itu.
“Nik. Sampai kapan kita kaya gini
terus? Gue bosan dengan hidup gue. Gue butuh ketenangan batin.” Leo menatap
gadis cantik dengan rambut sebahu disampingnya itu. Nika tertawa pelan.
Dibuangnya rokoknya yang sudah hampir habis, lalu kemudian menatap tepat
dimanik mata Leo.
“Bosan kenapa? Bukankah hidup
seperti ini enak? Bukankah hidup seperti ini yang dari dulu kita inginkan?
Freedom! Bebas!” Nika menekankan kalimatnya pada kata ‘Bebas’. Leo menyunggingkan senyum pahit, lalu kembali
menatap langit.
“Tapi gue nggak pernah ngerasa
bahagia Nik. Gue nggak pernah ngerasa sebahagia dulu. Gue–akh!” Leo menjambak
kesal rambutnya. “Nik, lo pasti juga merasa gitu kan? Lo nggak pernah ngerasa
bahagia kan dengan kehidupan kita yang kaya gini? Kita kaya binatang. Mungkin
lebih buruk.” Leo melanjutkan kalimatnya.
Nika menatap Leo. Mencoba mencari maksud
dalam setiap kalimat yang baru dilontarkan Leo. “Nggak, gue bahagia!” Ucap
Nika. Leo menatap Nika. Mencoba menelusuri wajah gadis disampingnya.
“Gue tau lo nggak bahagia! Nik,
suatu hari nanti lo bakal jadi seorang Ibu. Suatu hari nanti lo bakal menua.
Suatu hari nanti lo bakal menemui yang namanya kematian. Ingat Nik, kematian
itu pasti.” Leo berdiri dan kemudian mencium kening Nika. “Lelaki yang baik
hanya untuk perempuan yang baik, Nik.” Ucap Leo sembari berjalan meninggalkan
Nika.
Nika tertegun dalam diamnya.
Pandangannya lekat tertuju pada Leo, saudara kembarnya. Entah kenapa kata-kata
Leo dibenarkannya juga didalam hati. Ya,
jujur gue nggak ngerasa bahagia dengan semua ini. Nika memandangi langit
malam, lalu kemudian berjalan memasuki kamar kosnya.
*@muthiiihauraa*
Leo berdiri didepan sebuah mesjid.
Entah kenapa langkah lelaki itu bisa terhenti disini. Suara bacaan ayat suci
Al-Qur’an menyentuh batinnya hingga membuat lelaki ganteng blasteran
Indonesia-Jerman itu ingin menangis. Kejadian seminggu yang lalu masih terekam
jelas dimemori otaknya. Kejadian yang meninggalkan luka dibenak lelaki berwajah
ganteng itu.
Leo
dan Fian tengah asik dengan minuman kerasnya. Dua lelaki itu tertawa sambil
sesekali bertosh ria. “Gila! Lo liat nggak tampang dia tadi man! Menggenaskan
banget. Gue puas.” Fian tertawa sumbang, begitu juga dengan Leo. Kedua sahabat
itu begitu bahagia karna berhasil membunuh salah satu musuh bebuyutan mereka.
Tiba-tiba lima belas motor mengepung Leo dan Fian. Wajah
Leo memucat seketika, begitu juga dengan Fian. Pertempuran yang tak berimbang
tidak bisa dielakkan. Dengan sekuat tenaga, Leo melawan musuh-musuhnya dan
berhasil kabur. Tapi tidak untuk Fian.
Leo berlari dan berlari. Ia dikejar oleh sebagian
diantara mereka. Semua kesalahan masa lalu terngiang-ngiang dibenaknya. Wajah
almarhumah ayah dan bundanya muncul, membuatnya semakin merasa bersalah.
“Ingat Allah biar hidup kamu selalu tenang nak. Jangan tinggalin
sholat. Harta bukan jaminan untuk bisa bikin kamu bahagia.” Ucap ayah dan
bundanya dulu. Leo bersembunyi. Setengah jam kemudian, setelah dirasa keadaan
aman, Leo kembali menuju ke lokasi. Wajah Fian sahabatnya memenuhi ruang benak
Leo.
“Fiaaan!” Leo berlari menyongsong tubuh Fian yang
terkulai lemas dan dipenuhi luka-luka parah. “Maafin gue Fi! Gue bakal bawa lo
kedokter.” Ujar Leo. Fian menggeleng lemah.
“Nga..nggak usah. Gue... takut. Aapa ya..yang ba..kal gue
ja..wab untuk mene...mui-Nya?” Fian berkata terbata-bata. Siratan matanya
memantulkan kesakitan yang teramat sangat. Leo merinding.
Leo
menghapus kejadian itu dari benaknya dan kemudian menghembuskan nafas pelan.
Dengan langkah pasti, Leo berjalan memasuki mesjid. Bismillah. Tekadnya bulat.
*@muthiiihauraa*
Nika
mondar-mandir dikamarnya. Mau tak mau kata-kata Leo tadi mengganggu pikirannya.
Bahagiakah gue? Tidak! Pergejelokan
batinnya kian memanas. “Nika, wanita sholehah bak mutiara didasar
laut. Tak selalu putih terkadang terbungkus lumut. Didalam cangkangnya ia
senang berada, menjaga diri dan tak mudah digoda. Nak, jadilah wanita sholehah
yang kelak akan membuat bidadari surga iri.” Kata-kata almarhumah bundanya
terus terngiang-ngiang dibenak Nika.
Bayangan
masa kecil menghiasi memori otak Nika. Terekam jelas disana saat ia dan Leo
berlari kemesjid setiap sore untuk belajar Al-Qur’an. Jilbab yang dulu selalu
menghiasi kepalanya, ia lepas begitu saja. Semua ajaran dari kedua orang tuanya
seakan lenyap entah kemana.
“Kecantikan wanita itu
terletak dari caranya melihat kehidupan dan berdiri pada prinsip yang sering
bertolak belakang dengan prinsip dunia. Jadilah wanita yang dihargai lelaki,
bukan jadi pelampiasan lelaki.” Lagi-lagi kata bundanya
tergiang-giang. Tiba-tiba ada rasa sesak dihati gadis cantik itu. Semua yang ia
lakukan dengan sederet mantan pacarnya membuat perasaannya kian sesak. Ya Allah, maafkan aku. batinnya lirih.
Selirih hidayah yang kian menyapa hatinya dan juga hati Leo. ***
*@@@*
Itu dia cerpen
yang masuk di antologi ini. Bagus nggak? Kasih kritik dan saran boleh juga ;)
Cerpen aku itu Cuma salah satu isi dari antologi itu. Ada 33 cerpen lagi dari
kontributor lain yang pastinya lebih bagus dan lebih menggugah. 33 kontributor
dalam buku antologi cinta di batas waktu : Fathorrozi, Mukhdariah Madjid, Illah
Anriani, _el Syarif, Najma al-Firdausy, Mulyono Adriansyah, Bunga Sholekha,
Mujiburrahman, Widi Asokawati, Tri, Rasmah Nursira, Fitra Irena, Rifqah HK,
Putri Meila, Mei Wulandari, Rere Zivago, Maula Kaia, Iral Juni, Asriana, Zulaehatus
Sofiyah, Lenni Ika Wahyudiasti, Ast Ardhany, Faiyaz Aiman, Esy Suwarsih, Nifa
Kurnia Fahmi, Ayu Kristiana, Elnina Zee, Rahma Hayati Harahap, Sasminal,
Inayatur Rosyidah, dan Lusi Susanti.
Keren nggak tuh?
Mantep kan? selain itu aku juga dapat sertifikatnya. Tetep unyu juga. Pink.
Alhamdulillah
udah empat antologi, masih sedikit sih dibandingin Kak Meykke atau kakak-kakak
lainnya. Tapi tetep Alhamdulillah aja. Makin semangat Muth! Hilangkan rasa dan
sifat malas tu. Orang sukses adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya
sendiri. Berdo’a + berusaha + yakin + disiplin + ikhtiar = sukses. Insya Allah.
Selalu ada jalan buat orang yang berusaha kan?
Oke, mungkin
sekian dulu dari aku. no copas-copas ya, sejelek apa pun karya aku, tetep aja
nggak pengen ada orang yang mengakui-akuinya. Emang ada yang mau copas Muth?
Pede deh. Entahlah. Hargai karya anak bangsa dan tunjukkan karyamu! Salam
hangat, @muthiiihauraa
24 Juli 2014.
05.52 WIB.
Muthi... selamat yaaa... keren cerpennyaaa... semangat teruss
BalasHapusOkeee, makasiih qood :D
HapusKeren mba. Asli deh serius deh :) Goodluck mba
BalasHapusHaha. makasiih adik sayang :D
Hapuswah selamat ya kak, buat antologi yang ke 4 ini. Semoga makin suksesss, dan bisa bikin buku sendiri juga hihihi.
BalasHapusCerpennya bagusss kak, gak tau mau ngomong apa kalo udah bagus mah. :)
Iyaaa makasiih :D
HapusCiee yang baru ngeluarin antologi, bisa dong ngadsin giveaway /uhuk/ /nyari gratisan/ hha
BalasHapushaha, nggak bisa bang :p
HapusWidih selamat ya.. udah yang ke-4 aja. keren
BalasHapussaya gak terlalu paham sama cerpen, kalo sebagai pembaca saya sih menikmati cerpennya. Jangan berpatokan sama si Meyyke, dia emang gak bisa dibilangin lagi deh.. liat lah kebawah, masih banyak orang yang belum punya buku. Salah satunya saya. Haha
haha. okee bang. makasiih :D
Hapussemangat buat abang semoga bisa punya antologi jugaa :)
wah, kerenn..
BalasHapusselamat ya..
udah yg ke 4... saya satu aja belum..
haha. makasiih yaa. semangat juga buat kamu :)
HapusWahh kece nih cerpennya, udah yang ke 4 lagii, selamat ya lanjutkan sist.
BalasHapusMakasii yaah :)
Hapuswalaaah, udah ke empat aja nih.
BalasHapusaku aja satupun beloom..
selamat dan semangaat :)
kamu segera nyusul yaah :)
Hapusmakasii
wah, hebatnya :)
BalasHapusselamat ya
lanjutkan!!
makasi Ji :))
Hapuskeren udah antologi ke 4. aku malah belom samsek hehe
BalasHapussemoga aku juga cepet nyusul deh.
iyaa cepet nyusul yaa :)
Hapusmakasii
btw, selamat ulang tahun yaa buat si Mumun hehe.
BalasHapuswaaah, selamat yaa, udah nerbitin buku antologi yang keempat aja nih. tetep semangat yaa nulisnya.
kalau boleh aku saran, sebenernya cerpen kamu yang lolos itu jangan ditulis di blog, biar mereka kepo aja sama ceritamu terus mereka beli bukunya. tapi, terserah kamu juga sih, gaada yang ngelarang juga kok hehe. tapi kalau kamu nulis cerpennya disini buat minta kritik sama saran yaa gapapa juga. sekali lagi selamat yaa :)
makasii, nanti disampaikan ke Mumun :)
Hapusaku nulis d blog emang minta kritik dan saran. hehe. makasi sarannya. :D
Selamat yaaaa.. Ada namaku jg lhoo di karya itu hehehe
BalasHapusIyaa, satu antologi ya kak Mei :)
Hapusyeee selamat ya. hebat ya udah 4 antologi, aku belum satu pun haha :D
BalasHapuspesan cerpennya keren ;)) trus alurnya jelas juga ;))
semangat buat kamu :)
Hapusmakasii ya :)
hai Muthia,,, maafkan diriku yang baru sempat meninggalkan jejak di mari wah tahu2 antologi bukunya udah yang keempat aja nih... wuih saya tertinggal jauh nih hehe,,, tapi good luck semangat trus berkarya,,, cerpennya bagus,, mengalir,,, :) Wah buku antologinya samaan yah dengan kak Mei :D sekali lagi selamat^^
BalasHapushay kak Zie, trimakasih udah mampir :)
Hapusmakasi, kakak nyusul ya :D