Pelatihan Media Cetak #2
Haay
guys, Assalamua’laikum. Gimana kabarnya disore Minggu ini? Always optimis dalam
berkarya kan? Semoga aja ya. Aah, minggu-minggu ini banyak banget yang ingin
diceritakan, sekedar berbagi cerita dengan kamu wahai diary onlineku. :*
Alhamdulillah naskah novel aku udah selesai dan diedit pun udah, besok pagi
rencananya bakal dikirim kepenerbit, do’ain ya ;D
Aku
pengen ngelanjutin nih tentang pelatihan media cetak yang aku ikuti di tanggal
8 dan 9 November kemaren. Mungkin bagi yang belum baca part satunya bisa dibaca
disini. Masih ingat mas Anto kan? Iya, pemateri dalam pelatihan media cetak
yang aku ikuti. Banyak hal yang aku pelajari dari beliau dan banyak motivasi
yang beliau berikan. Motivasi yang membuat aku semakin semangat dalam berkarya
dan terus berkarya.
Aku
senang bisa ikut pelatihan dan workshop-workshop seperti ini, pikiran aku jadi
lebih terbuka dan semangat aku semakin terpompa. Makasih Ya Allah dipertemukan
dengan orang-orang hebat seperti mereka. Nah mas Anto juga ngejelasin nih kalau
baik anak Public Relation, anak Broadcasting, dan anak Jurnalistik harus mampu
bekerja dalam satu team yang sama. Nggak ada tuh yang lebih hebat, semua sama. Kalau
aja semua prodi komunikasi itu mampu bersatu dan menghasilkan karya yang bagus,
pasti nama universitasnya pun akan terangkat.
Saat
pelatihan, ada salah seorang mahasiswa yang bertanya seperti ini : ‘Kenapa sih
media sekarang itu lebih kepada pembohongan dan pembodohan public? Bukankah
sebenarnya tugas media tidak seperti itu?”
Ya
seperti yang kita lihat tayangan dari berbagai media baik TV, radio, ataupun
majalah lebih kepada sesuatu yang tidak seharusnya. Misal kita ambil contoh
dimedia TV, banyak sekali tayangan-tayangan yang tidak mendidik yang mampu
merusak moral anak bangsa. Kenapa? Karna media saat ini lebih mengejar rating.
Kalau sebuah siaran TV tidak sesuai dengan rating yang ditentukan, maka media
tersebut akan ditutup, oleh karna itu saat ini pihak media lebih mengejar pada
reting. Mereka berlomba-lomba menaikkan reting apa pun caranya.
Ah,
kalau memang seperti itu kasian sekali masyarakat. Media yang seharusnya jadi
hal yang bias dimanfaatkan sebaik-baiknya malah dijadikan ajang saling
menaikkan reting. Mau gimana lagi kan? Ginilah hidup. Semua itu kembali pada
penontonnya masing-masing. Kalau penontonnya cerdas, maka dia tidak akan
menonton acara yang tidak-tidak.
Pak Kajur- Ulan- Ides- Mas Anto- Zizah- Aku- Pak Mus
Gitu
aja deh kayanya pelatiahan media di sesi kedua ini, kalau mau baca lengkapnya
bisa yang pertama aja. Lagi buntu nih. Hehe. Aku mau curhat aja deh ya? Nah pas
lagi dengerin materi dari mas Anto di hari Minggu, si Arifin SMS. Dia nyuruh
semua anak film buat ngumpul di kos dia. Kebetulan di Minggu materi Cuma sampai
siang, selesai materi aku-Ulan-Zizah-Ides pergi ke kosnya Ipin. Asli nyari kos
anak satu ini sampai nyasar tiga kali -_-
Tiba
di kosnya nggak ada orang, ternyata belum pada ada yang datang. Akhirnya
aku-Ulan-Zizah-Ides-Ipin cerita diteras kos Ipin. Kami cerita soal kelanjutan
pembuatan film. Untuk masalah script udah selesai, nah yang jadi masalah
sekarang pemainnya.
Ipin
: Siapa ya woi pemain yang cocok?
Aku
: si ‘tuuuuut’ aja, dia kan mau tuh jadi artisnya.
Ipin
: Eeh muka dia tu udah keliahatan tuanya dah! Yang imutlah.
Ulan
: Haa si Ani aja.
Aku
: Iya, Ani aja. Cocok tuh.
Ipin
: Aku juga berfikiran begitu, tapi anak tu pemalu. Susah di lobby.
Aku
: Iya juga sih. Trus siapa dong?
Akhirnya
kami mikir sama-sama. Lagi asik-asik mikir, tiba-tiba Ipin ngomong kaya gini :
“Kau ajalah Muth jadi pemainnya.” WHAT? -___- Ini anak memang nggak pernah bisa
serius. Setelah diskusi sana-sini, si Ipin ngajak kami nyari mix. Mix yang
penyangganya panjang itu lho kaya di shooting di TV-TV.
Yang
pergi nyari aku-Ulan-Zizah-Ides-Ipin-teman Ipin. Nah kami nyari ampe
mutar-mutar kota Pekanbaru tapi nggak ada juga. Akhirnya pilihan terakhir itu
ke MP (Mall Pekanbaru). Setelah keliling MP, ternyata nggak ada juga. Lelah
plus lapar banget. Si Ipin sama temannya mah enak mereka udah makan, lah kami
yang cewek-cewek pada belum makan dan dengan sadisnya dua cowok itu sama sekali
tak perhatian. -_-
Keliling-keliling
MP tapi tak membuahkan hasil, akhirnya Ipin mutusin buat ke Gramed untuk cari
tugas filsafat. Bukan, sama sekali kami tak berniat untuk beli buku, tapi kami
bakal ngephoto buku yang ada materi filsafat kami. Emang tak bermodal. :v
Gitu
deh kejadian setelah pelatihan. Oh ya beberapa hari yang lalu, bang Rico salah
satu senior di Gagasan nge-SMS aku kaya gini : “Muthi, abang sama Kak Tari mau buat komunitas
sastra Gagasan. Kegiatan bedah buku dan menulis sastra plus diskusi cara menulis yang baik. Minggu ini
bisa jadi pemateri diskusi nggak? Kan karya Muthi udah segudang.”
Oalah bang, karya Muthi udah
segudang? Belum bang, tak seberapa malah. Tapi amin deh, semoga benar-benar
akan segudang. Aku pengen nerima tawaran ini, kapan
lagi kan belajar ngomong didepan orang lain selain teman sekelas. Aku rasa
tawaran itu batu loncatan untuk aku latihan. Tapi jujur aja aku belum PD. Masih
banyak yang harus aku perbaiki. Masih banyak yang harus aku pelajari. Maaf bang, mungkin untuk sekarang Muthi
belum siap. Saat ini lagi berusaha untuk mempersiapkan diri. Muthi tau
seharusnya nggak sepantasnya nolak, tapi muthi masih nggak PD.
Kemaren
juga pas ketemu bang Denny ketua COFA (Comunikasi Of Film Academy), abang itu
bilang gini : “Muthi sama teman-temannya lagi bikin film kan? Udah sampai mana?
Besok bisalah tu ngundang kalian diacara COFA. Kalian yang ngisi.”
Hfft.
Aku akan belajar untuk itu. Aku akan berusaha ngatasin rasa nggak PD didiri
aku. Kemaren juga pas kesekre, bang Saan selaku pimpinan redaksi Gagasan minta
dijarin nulis. Abang itu minta dibuatin kata-kata motivasi gitu. Oke bang, lagi tahap pembuatan ini. Kalau
udah siap nanti Muthi kirimin ke inbox abang.
Ah,
banyak hal yang masih ingin aku pelajari dalam hidup ini. Masih banyak yang
belum aku tau. Aku ingin terus belajar dan mengenal orang-orang hebat seperti
mereka membuatku semakin semangat untuk terus berkarya. Karna berbagai
kesibukan saat ini membuat aku sedikit lupa tentang cinta, yah memang
seharusnya begitu.
Teman-teman
dekatku juga banyak mengajarkan berbagai hal dalam hidupku. Dari Mumun aku
belajar tentang semangat dia berorganisasi. Semangat dia belajar hal-hal baru.
Semangat dia untuk terus berfikir kedepan supaya maju. Dari Ulan bikin aku
termotivasi untuk mempelajari bahasa Inggrish secara serius. Mempelajari cara
bagaimana membawa diri saat diskusi. Iri juga ngelihat dia ngebawain berita
alias news anchor di Madani TV.
Dari
Ides, aku belajar juga semangat dia berorganisasi. Semangat dia untuk
mempelajari hal-hal yang nggak dia bisa walau sering kali juga banyak salahnya.
Semangat dia dalam berjualan, menenteng-nenteng gorengan tiap di kampus tanpa
sedikit pun rasa malu. Dari Zizah, aku belajar semangat dia berorganisasi plus
dia banyak kenalan. Kemana-mana dia selalu disapa atau nyapa orang. Beda dengan
aku yang nggak terlalu banyak kenal teman sefakultas. Dari Cristin aku belajar
tentang perjuangan dia untuk kuliah di universitas berbasis islam. Dia juga
anaknya bersemangat dalam karya. Kemaren dihari Sabtu dia curhat tentang
‘sesuatu’ ke aku. Trimakasih udah mau
cerita ke aku Cris, itu tandanya kamu percaya sama aku. Makasih juga dua gelang
yang kamu kasih walau awalnya aku yang maksa minta. Hehe. Dari Uni, aku belajar untuk menjadi wanita
sholehah. Trimakasih udah ngingetin Muthi
untuk sholat tahajud dan puasa ya Uni ;)
Dan
aku juga belajar pada semua teman-teman aku yang lain, terutama juga anak
Broadcast C yang sekarang kami udah mulai bisa dekat. Aku juga belajar banyak
dari dosen-dosen yang luar biasa di UIN SUSKA Riau. Aku beruntung kenal kalian
semua. Kalian bikin aku makin termotivasi untuk maju. Terutama juga buat dosen
retorika aku yang selalu ngasih motivasi buat kami.
Retorika.
Ah, pelajaran yang selalu aku suka. Di pelajaran ini aku bisa belajar berbicara
didepan teman-teman sekelas yang jumlahnya 40 orang. Aku selalu berusaha
memaksimalkan waktu yang dikasih untuk maju. Untuk menempa diri. Walaupun apa
yang aku katakana kadang tak nyambung. Tapi beginilah aku adanya. Aku masih
belajar ;) Kamu suka aku, oke jalanin! Kamu keberatan? Silahkan cari yang lebih
baik ;)
Kemaren
setelah selesai pelajaran retorika, aku nyamperin si bapak dosen untuk
ngembaliin buku.
Pak
Dosen : Aduuh Muthi, buku Muthi yang bapak pinjam hilang. Gimana dong? (sambil
mengeluarkan dua buku dari dalam tasnya)
Pak
Dosen : Untuk sementara, pilih diantara dua buku ini untuk dipegang. Muthi mau
yang mana?
Aku
menatap kedua buku yang ditawarkan pak dosen. Setelah menimbang, akhirnya aku
memilih buku dengan judul ‘Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik’. Bagus
juga sih buku aku diilangin, setidaknya aku dapat buku baru yang bisa dibaca :v
Aah
udah enam halaman ternyata. Capek banget ngetiknya nih. Sebenarnya masih banyak
yang pengen diceritain, tapi kapan-kapan aja deh. See you! Salam sukses,
@muthiiihauraa
Minggu,
16 November 2014. 17.00 WIB
0 komentar: