Kamu
Lagi-lagi
tentang kamu. Lagi-lagi menuliskan sosok kamu pada diary dunia mayaku. Maaf
untuk selalu menjadikanmu sumber insfirasi dalam tulisanku. Susah banget
ngejauh dari kamu itu. Susah banget ngejauhin orang yang disayang. Alay memang.
Huh!
Seharusnya
kamu itu aku buang, karna kamu belum pantas memenuhin isi kepala aku. Menyemak
tau nggak! Tapi aku bisa apa kalau ngebuang kamu itu susah banget? Aku tak
pernah menyangka bahwa satu kelasnya kita di PB dulu membuat kedekatan kaya
gini. Sesuatu yang diluar jangkaunku. Aku belum siap terbakar api cinta terlalu
dalam. Aku belum ingin memunculkan angan-angan bahwa kamu lelaki yang aku
pilih. Masih terlalu jauh. Aku masih ingin fokus pada mimpiku.
Membuangmu
ternyata memang tak mudah. Kamu dengan celotehanmu selalu mampu membuatku
senyum-senyum sendiri. Ketemu kamu dikampus aja membuatku sedikit miring.
Akhir-akhir ini hobby baru kamu selain game adalah mengomentari setiap dp yang
aku pakai. Kamu bilang cicaklah, trio macan, ceribele, trio kwek-kwek, dan
sebagainya. -_- Tidak penting banget
sebenarnya, tapi aku malah tertawa.
Pernah
waktu itu kamu minta diajarkan menulis dan aku malah tertawa mendengarkan
permintaanmu sambil bergomentar seadanya. Mungkin bagi aku menulis itu gampang,
tapi tidak bagi kamu. Menulis bukan passion kamu. Mungkin kamu lebih senang
berlama-lama didepan game karna kamu seorang gamers atau memancing berjam-jam.
Kemaren
juga saat kamu bertanya aku sedang apa, dengan PD-nya aku jawab : lagi makan, pengen gemukin badan. Hal yang
tidak pernah aku ungkapkan pada siapapun, kecuali orang terdekatku. Dan respon
kamu apa? Kamu malah tertawa. Menertawakanku. Anehnya aku tidak marah ataupun
kesal. Diakhir malam itu, kamu memberiku saran untuk makan atau ngemil ditengah
malam. Huh, aku sudah tau itu bahkan sebelum kamu mengatakannya.
Malam
ini kita berdebat tentang angka satu, berawal dari dpku yang pose tanganku berbentuk angka dua. Kamu bersikeras
mengatakan bahwa angka satu itu milikmu dan aku juga bersikeras berpendapat
bahwa angka satu punyaku. Ya, aku dan kamu sama-sama terlahir diangka satu.
Kamu bilang, aku ikut-ikut kamu. Aku bersikeras bahwa kamu yang ikut-ikut aku
lahir diangka satu, padahal kamu lahir ditahun 1994 yang berarti kamu duluan
yang memiliki angka satu. Nyatanya memang aku tak mau kalah dan akhirnya kamu
mengalah dengan alasan bahwa kalau jika aku yang kalah, kamu tidak memiliki
permen untukku.
Sudah
banyak cerita tentangmu diblog ini dan aku malu jika suatu hari nanti kamu
membacanya. Apapun yang terjadi, tetaplah menjadi kamu yang aku kenal. Maukan
menjadi sahabatku? Ya, cukup sahabat. Aku akan membuang rasa ini. Bukankah
persahabatan lebih bagus ketimbang status lainnya? Trimakasih untuk kenangan
indah yang kamu lukis. Trimakasih untuk telah menutup mata atas semua
kekuranganku. Trimakasih tlah menjadi salah satu lelaki terbaik dalam hidupku.
Sukses bareng-bareng ya! See u at the top! Dan jika suatu hari nanti aku
sukses, nama kamu juga pasti akan ada didalamnya.
Senin,
16 Februari 2015. 23.00 WIB.
Wah cerita unik masa muda, banyak kisahku seperti itu duu. Malu untuk mengungkapkan, tapi ada kenangan indah yang masih terasa samopai sekarang. Indah dan menyenangkan setiap saat sealu bersama :)
BalasHapus