17 Agustus
17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita.
Hari merdeka nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka! Sekali
merdeka tetap merdeka. Selama hayat masi dikandung badan. Kita tetap setia,
tetap setia, membela negara kita.
Hari ini hari
kemerdekaan Indonesia yang ke-70. Kalau diibaratkan manusia, umur 70 itu bisa
dibilang sudah tua atau cukup renta. Namun untuk negara, umur 70 masih bisa
dibilang muda, masih wajar jika Indonesia berada diurutan negara berkembang. Perlu
diingat sebelum 70 tahun yang silam, dimana pejuang-pejuang Indonesia berkorban
nyawa demi negara ini. Perlu diingat sebelum 70 tahun yang silam, Indonesia
mengalami masa dimana orang-orang Asing berkuasa, penduduk kita dijadikan
romusha. Disuruh bekerja tanpa henti ditanah sendiri tanpa ampun. Dan semua
hasilnya mereka renggut. Hah, diinjak-injak dirumah sendiri.
Begitu
menyakitkan bukan? Disaat masyarakat lain aman dirumah mereka sendiri,
sedangkan orang kita dihabisi dirumah sendiri. Bekerja tiada henti layaknya
binatang dan perempuannya dijadikan pelampiasan nafsu untuk tentara mereka yang
tak berotak. Dijajah Belanda, dijajah Jepang! Hanya penjabat tinggi Indonesia
yang boleh mengenyam pendidikan, tentu saja hanya beberapa orang, sedangkan
selebihnya tidak!
Perlu diingat
sebelum 70 tahun yang silam, dimana bambu runcing menjadi senjata utama.
Diasingkan bukan cerita baru, dibunuhpun bukan sesuatu yang langka ditemui, isak
tangis, luka, darah, ketakutan, kecemasan adalah hal biasa yang ditemui.
Makanan enak sesuatu hal yang langka, bisa makan saja sudah merupakan
kenikmatan yang indah, itu dulu, sebelum kemerdekaan Indonesia. Sebelum
Indonesia mengibarkan bendera merah putihnya.
Kini, tepat hari
ini, telah 70 tahun Indonesia merdeka. Masihkah kita mengingat jasa pahlawan?
Atau malah disaat pengibaran bendera merah putih kita menggerutu karna capek
mengikuti upacara? Atau disaat mengheningkan cipta yang seharusnya mendoakan pahlawan, kita malah asik bercanda
ria dengan teman disamping? Lalu dimana letak penghormatan terhadap
pahlawannya? Dulu, disaat aku masih duduk dibangku SMA dan disaat upacara
bendera, ada seorang guru yang mengatakan kurang lebih seperti ini : ‘Saat ini
kita tinggal menikmati hasil dari jerih payah para pahlawan, lalu kenapa untuk
upacara saja masih bisa main-main? Masih bisa tidak serius? Kalian Cuma disuruh
berdiri beberapa menit, sedangkan mereka menguras darah dengan bambu runcing
ditangan!’
Ya, kata-kata
yang menohok. Kalau kita sadar bagaimana pengorbanan mereka untuk memerdekakan
Indonesia, berdiri beberapa menit itu tiada artinya. Jauh malah! Kalau kita
sadar bagaimana pengorbanan mereka untuk memerdekakan Indonesia, menangis
mungkin bisa disaat disuruh mengheningkan cipta. Mereka, pahlawan tanpa tanda
jasa! Darah dan air mata mereka korbankan, DEMI KITA! Demi kita yang tidak tau
terimakasih. Demi kita yang tidak pandai menghargai jasa mereka.
Hari ini,
Indonesia sudah berumur 70 tahun. Hari ini dari sabang sampai marauke, semuanya
merayakan HUT Indonesia ke-70. Distatus bbm, twitter, bahkan facebook pun
didominasi dengan ucapan itu, semuanya bergembira. Didekat rumahku pun tentu
saja tak ketinggalan untuk merayakan momen kemerdekaan Indonesia dengan
berbagai lomba. Ah ramai banget tadi. Jadi keinget dulu pas masih unyu-unyu, ikutan
lomba tarik tambang-nyari uang koin didalam tepung pakai mulut-masuiin paku
kedalam botol-lomba makan kerupuk-lomba pacu goni. Ah, jika bisa mengulang
suatu masa, salah satu masa yang ingin kuulang adalah masa anak-anak. Masa
dimana tidak ada kebohongan disana. Masa dimana penuh keceriaan tanpa topeng.
Masa dimana bisa tertawa tentang apa saja tanpa memikirkan banyak beban.
Merindukan mereka juga. Merindukan Kiki, Ka Indah, almh.Rani, Ka Riri, Linda,
Karimah, Pami, Alen, Uci, Bang Dian, Bang Afdal, Roni, Ricie, dan semua
teman-teman masa kecilku.
Kini kalau
ketemu mereka, tak seseru dulu. Kalau jumpa yang dibahas pasti selalu masalah
cowok, jerawat, gadget, dan segala tetek bengek yang kadang tidak aku mengerti.
Ah memang sudah nggak zaman kami lagi untuk mengikuti permainan-permainan 17
Agustus ;’( Tiap masa ada orangnya, tiap orang ada masanya, right?
Semakin umur
kian beranjak dewasa, semakin aku berfikir, kenapa acara yang lomba-lomba
bersifat have fun gini tidak diganti dengan hal yang lebih bermanfaat?
Menyantuni anak yatim piatu misalnya atau bergotong royong bareng-bareng.
Bukankah itu lebih ‘bermakna’ dan lebih terasa kebersamaannya? Just my opinian!
Mungkin sudah tradisi dari dulu-dulu begitu cara menyambut HUT RI.
Semakin umur
kian bertambah dewasa juga, semakin aku bertanya, apa benar Indonesia sudah
merdeka? Apa benar Indonesia sudah merdeka? Apa benar Indonesia sudah merdeka?
Melihat kenyataan saat ini, ya, mungkin Indonesia sudah merdeka secara fakta,
tapi masih belum merdeka secara realita. Kalau dulu musuhnya bisa dilihat
secara nyata, kalau sekarang ‘musuh’nya tidak terlihat. Do you know what i
mean? Kalau dulu kita diperangi lewat fisik. Kalau sekarang, kita diperangi
lewat pikiran dan tentu saja perang lewat pikiran lebih mengerikan. Mari kita
lihat fenomena di Indonesia saat ini lewat photo-photo dibawah :
Itu yang
dibilang merdeka? Disaat masih banyak orang kita yang kelaparan? Disaat bahan
baku makin ‘mencekik’? Disaat akhlak muda-mudinya semakin bobrok? Disaat tukar
rupiah semakin melemah? Disaat banyak remaja perempuan yang sudah tidak perawan
lagi? Disaat tindak kejahatan semakin merajarela? Disaat club malam lebih
digemari ketimbang mesjid? Disaat tak ada batasan antara cewek dan cowok? Ini
kemerdekaan yang kita gembor-gemborkan itu? Ini kemerdekaan yang kita teriakkan
itu? Miris! ;’( Sebelum 70 tahun yang lalu, para pejuang berjuang nyawa untuk
merebut kemerdekaan dengan sekuat tenaga. Kalau zaman sekarang,
menghambur-hamburkan apa yang ada dengan begitu mudahnya.
Ah, Indonesia!
:’( :’(
Sumber daya alamnya melimpah, tapi tidak dengan sumber daya manusianya.
Semua orang berlomba menduduki posisi penting untuk memimpin Indonesia, tapi
belum ada yang bisa memimpin layaknya Rasulullah. Belum ada yang bisa memimpin
layaknya Khalifah. Masih adakah zaman sekarang pemimpin yang menaruh beras
dipunggungnya lalu secara diam-diam mengantarkannya kerumah penduduk yang
membutuhkan? Tidak! Dulu sahabat Rasulullah ada yang menolak saat ditunjuk jadi
pemimpin karna tau betapa beratnya tanggung jawab seorang pemimpin, kalau
sekarang malah rebutan.
Terlepas dari
semua itu, aku tetap bangga menjadi bagian dari Indonesia. Aku bangga terlahir
dinegara ini. Putih tulangku, merah darahku, untukmu Indonesia. Mungkin saat
ini belum ada yang benar-benar bisa aku berikan untuk Indonesiaku, tapi aku
akan berusaha sebaik yang aku bisa. Terimakasih Indonesia, untuk tanahnya,
untuk udaranya, untuk semua hal kenangan yang pernah aku alami disini. Jangan
tanya apa yang sudah Indonesia berikan padamu, tapi tanyalah, apa yang sudah
kamu berikan pada Indonesia. Kalau ingin ada perubahan pada negri ini, mulailah
perbaiki diri sendiri! Jangan bisanya menuntut dan teriak sana-sini! Bukankah
cara terampuh untuk memperbaiki suatu bangsa adalah dengan memperbaiki diri
sendiri terlebih dahulu?
Kemaren
ditanggal 16 Agustus, aku dapat SMS dari Mumun. Isi SMS-nya begini : “Besok
adalah hari yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia, hari yang bersejarah.
Seluruh masyarakat Indonesia bergembira menyambutnya. Tapi kenapa aku tidak
begitu gembira? Kenapa aku tidak terlalu berharap akan hari itu? Seharusnya aku
gembira dan ikut meramaikan acara 17 didesaku. Aku hanya melihat orang-orang
berlalu lalang kesana kemari dari jendela rumahku, sesekali aku mendengar suara
riuh, ramai, gembira dari kejauhan. Seketika rumahku berubah jadi kampusku. Aku
bersenda gurau bersama tiga temanku, senyuman mereka tergambar jelas dibenakku.
Tiba-tiba, “Ala zuhun?” suara kakekku membuyarkan lamunanku. Dengan sedikit
kesal aku menjawab “Ala suda tadi tuok”. Ah, aku baru sadar, ternyata aku rindu
teman-teman superku, Ulan, Muthi, Ides. Aku menunggu tanggal 20, bukan tanggal
17 Agustus. Ya, tanggal 20 nanti aku akan bertemu dengan teman-temanku .
sungguh tidak sabar aku menunggu hari itu. I MISS U MY LOVE :*”
Bebmun ;’) {}
Bikin terharu deeh! Maaf nggak bisa balas sms mu ya beb, aku nggak ada pulsa.
Aku juga menunggu tanggal itu, 20 Agustus {} I miss u too beb. Aku sayang
kalian bangets {} Kalian adalah yang terbaik dalam hidupku. Trimakasih untuk
semua cerita dan kenangan yang kalian ukir didalam hidupku. Semoga kalian bisa
bangga punya aku, layaknya aku bangga punya kalian! 17 Agustus kali ini menjadi
saksi, betapa aku rindu pada kalian. Kalian yang selalu ada dalam tiap doaku.
Hai hari bersejarah, sampaikan pada mereka, bahwa mereka juga bersejarah
didalam hidupku!
Sekali lagi
selamat ulang tahun Indonesiaku! Dari seseorang yang belum bisa membanggakanmu,
@muthiiihauraa
Senin, 17
Agustus 2015. 21.20 WIB.
Update :
Malam ini aku
baru saja menyaksikan ‘Mata Najwa’ yang kali ini membahas tentang seorang
Jendral Sudirman. Tak banyak yang tau kisah seorang Sudirman, termasuk aku,
yang aku tau hanya Jendral Sudirman seorang pejuang yang namanya banyak
digunakan sebagai nama jalan dan nama gedung. Perjuangannya pun tak ku tau,
tapi setelah menonto ‘Mata Najwa’ pikiranku langsung terbuka. Jendral Sudirman
adalah sosok yang hebat. Ditengah sakitnya pun masih bergerilya untuk
mempertahankan Indonesia dari Belanja. Tubercolocis yang dideritanya tidak
membuatnya semangatnya turun. Satu paru-paru tak menyurutkan semangatnya untuk
berjuang. Hormatku untukmu sang pahlawan!
Kemaren tepatnya
ditanggal 18 Agustus, didekat rumahku mengadakan panggung musik perayaan 17
Agustus dari pagi sampai jam 2 malam. Aku tidak bisa tidur nyenyak malam
kemaren. Abaku bilang andai saja para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya
melihat perayaan itu, pastilah mereka akan menangis. Menangis sedih karna
mereka mengorbankan nyawa-darah-air mata untuk merebut kemerdekaan, sedangkan
kita sekarang berfoya-foya.
Kata-kata
terkahir di ‘Mata Najwa’ :
Pemimpin seperti
Jendral Sudirman tak akan pernah meninggalkan barisan. Ia bersedia menderita
karena rakyat sedang merasakan nestapa. Daripada menyerah dan diasingkan, ia
memilih bergerilya didusun dan pegunungan. Tidur digubuk yang sama dengan
pasukannya, makan dengan menu serupa dengan rakyatnya. Soedirman menunggal
dengan rakyat, ia tak berjawak dengan yang melarat. Karena memimpin adalah juga
menderita, bukan bermewah-mewahan dengan harta. Dengan itulah ia memperjuangkan
kemerdekaan dengan mempertaruhkan semua kemungkinan. Sebab kemerdekaan yang tak
diperjuangkan, tidak akan pernah dimenangkan. Generasi selanjutnya yang harus
melanjutkan agar pengorbanan Soedirman tak disia-siakan. Karena kemerdekaan
yang gagal diisi hanya akan menjadi narasi yang penuh basa-basi.
Trimakasih
Jendral Soedirman! Trimakasih untuk semua pejuang yang dengan darah dan air
mata merebut kemerdekaan hingga Indonesia bisa berada di usia 70 tahun seperti
sekarang ini. Tampaknya aku harus kembali banyak-banyak mempelajari sejarah.
Salam hormatku untuk kalian para pahlawan, @muthiiihauraa
Rabu, 19 Agustus
2015. 21.45 WIB.
Makna kemerdekaan bangsa kita ketika disandingkan dengan kenyataan hidup terasa pelik ya? :D
BalasHapusKlo menurutku bangsa kita sudah merdeka. Setidaknya, merdeka dari kepentingan bangsa asing. Dulu kan bangsa asing berkentingan mengeruk SDA dengan cara menjajah kita. Nah sekarang, bangsa kita belum merdeka dari kepentingan sekelompok orang yang tamak akan kekuasaan dan harta.
Jadinya seperti foto-foto yang kamu pajang di atas. Ada saja orang yang hidupnya berkesusahan karena sebagian orang yang lain masih mementingkan kenyamanan hidupnya sendiri. Termasuk orang yang mementingkan kenyamanan tidak serius mengikuti upacara.
Kalau pun dipikir-pikir, orang-orang yang disebut "pahlawan" itu berjuang mengusir penjajah dengan kepentingannya masing-masing. Ada yang ingin sejahtera. Ada yang ingin menegakkan agama. Ada yang karena dendam. Macam-macam lah motifnya.
Semoga semakin kedepan orang orang pinggiran seperti mereka juga dapat merasakan kemerdekaan dari yang namanya sengsara.. :(
BalasHapusPostingan yg bermanfaat sekali gan dan menginspirasi..
Ohh ya mampir ke blog sederhana saya ya gan sebagai tanda persahabatan :)