Museum Sang Nila Utama
Hay,
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya? Akhir-akhir ini, aku lagi berusaha nekanin
rasa malas. Lagi berusaha untuk keluar dari zona nyaman. Iya, semuanya lagi
diusahain. Akhir-akhir ini juga, aku dapat satu pelajaran berharga yakni
‘jangan percaya pada siapapun, kita nggak tau yang mana kawan dan yang mana
lawan’!
Bukan
bermaksud apa-apa. Bukan bermaksud nggak percaya dengan orang, hanya saja
terlalu banyak kejadian yang bikin aku nyesek sendiri pas udah ngepercayai
seseorang. Kepercayaan itu mahal harganya, sekali kamu rusak, selamanya aku tak
akan percaya. ;’)
Oke
skip curhatnya! Jadi ceritanya pas dikdas adik-adik angkatan 2016, dihari
Sabtunya ada liputan keluar. Ditahun-tahun sebelumnya nggak ada liputan keluar,
baru diadakan ditahun 2016 ini. Tempat yang dipilih, museum sang nila utama.
Aku sih setuju-setuju aja, soalnya udah lama banget nggak ke museum ini.
Museum
sang nila utama ini terletak di jalan jendral Sudirman dan diresmikan oleh
Direktur Jenderal Kebudayaan Prof.Dr.Edi Sedyawati pada tanggal 9 Juli 1994.
Saat ini, bangunan museum sedang dalam tahap renovasi.
Aku
juga sempat ngewawancarai salah seorang staff-nya, nama mbaknya Nefitriani. Bukan
wawancara sih sebenarnya, Cuma sekedar kepo dan pengen tau aja. Ini nih hasil
sedikit cerita-cerita a.k.a kepo dengan si mbak, check this out :
Seharusnya
untuk perawatan koleksi dua kali dalam satu tahun, enam bulan sekali. Tapi
sekarang nggak, soalnya semua itu tergantung anggaran yang didapat. Jadi saat
ini kita perawatannya manual aja, dibersihkan. Kalau perawatan yang
sebenar-benarnya, biayanya mahal. Nggak sembarangan. Perawatannya itu harus
pakai asam sitritnya, airnya bukan air sembarangan. Ada banyak itu, kalau untuk
kayu pakai parapit biar awet.
Koleksi
di museum hampir semuanya duplikat, Cuma beberapa jenis yang asli. Yang asli
salah satunya batu siput. Kalau naskah semuanya asli. Sepeda asli dari soeman
HS. Setiap tahun seharusnya diganti koleksinya, tapi kita ini udah lama nggak
dirobah. Kenapa nggak dirobah? Itu karna prosedurnya banyak, kalau nggak
dikabulkan anggaran untuk pergantian koleksi, gimana mau ngerubahnya? Soalnya
biayanya tu nggak sedikit, apalagi bahan-bahannya itu dari zat-zat kimia gitu.
Mahal.
Pergantian
koleksi ini maksudnya, semua yang dipamerkan disini, nanti diganti, masukin
koleksi baru. Yang lama dimasukin ke gudang, yang digudang kita tukar lagi
pindah kedepan. Kalau dipajang semua sekaligus nggak mudat tempatnya. Yang
sekarang ini lebih banyak digudang dari pada yang dipamerkan.
Dana
yang disediakan oleh PEMDA. Pernah kemalingan pedang udah lama.”
Aku
kalau diajak ketempat-tempat sejarah kaya gini senang. Ilmu baru dan pengalaman
baru. Sama kaya pas ke Istana Siak beberapa bulan yang lalu bareng
Adrial-Arul-Nafi. Sayang banget ke museum ini nggak divideokan, jadi
cepat-cepat kepengen punya kamera.
Oh
ya, saat memasuki museum, banyak spanduk-spanduk yang tertempel. Di spanduk itu
diceritakan tentang sejarah Riau. Penasaran? Ini ada sedikit yang berhasil aku
salin, check this out :
"Peristiwa G 30 S PKI
Situasi
politik di Riau semakin memuncak ditandai bermunculannya organisasi mahasiswa,
diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII),
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Semmi dan Mapancas.
Di
Pekanbaru dilakukan berbagai kegiatan menyusun strategi dan latihan baris
berbaris. Para pemimpin organisasi banyak yang ditangkap dan diamankan. Di
Indragiri Hilir, PKI digerakkan MD Muchtar.
Gerakan
menghancurkan PKI dilakukan sebagian besar komponen masyarakat Riau dengan
membentuk Komando Aksi Bersama diprakarsai generasi muda, yang melibatkan
tokoh-tokoh PII, ANSOR, HMI, SEMMI, IMM, PI PERTI, MAPANCAS, PMKRI, GMKI, dan
lain-lain. Pertemuan dilakukan di Kantor Sosil pada 7 Oktober 1965 dengan menampilkan
Tubagus Ishak.
Selanjutnya
dilakukan demonstrasi keliling Pekanbaru menghancurkan SOBSI di jalan Sulawesi
(sekarang JL.H.Agus Salim), menduduki kantor PKI di jalan Dahlia. Juga
menggeledah rumah Ketua PKI Riau yakni Abdullah Alihami dan lain-lain. Gerakan
ini bekerjasama dengan TNI AD dari Kodam Siliwangi.
Tahanan
G 30 SPKI kategori Golongan A, diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa
(Mahmilub) yang diselenggarakan di Gedung Nasional (sekarang Balai Dang Merdu),
yang menetapkan hukuman mati. Sementara Golongan B dan C, ditahan di Tempat
Penahanan Umum (sekarang Citra Plaza), Jalan Pepaya.
Era demokrasi terpimpin
Era
ini dimulai sejak keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak era ini juga
muncul Partai Komunis Indonesia .
Demokrasi
pada dasarnya hanya memunculkan tiga kekuatan politik utama yakni, Soekarno,
PKI, dan TNI AD.
Masa Konfrontasi RI-MALAYSIA
Masa
ini berdampak cukup besar bagi masyarakat Riau. 4-5 Juni 1964, Panglima Kodam
se-Sumatera rapat di Pekanbaru, mengingat Pekanbaru sebagai front terdepan dan
berhadapan langsung.
Dampak
moneter era ini menghapuskan pemberlakuan mata uang dolar/ringgit di Kepulaun
Riau dan menggantinya dengan Rupiah, yang menimbulkan stagnansi perekonomian
Riau.
Sebelum kemerdekaan
Setelah
menyerahkan Belanda kepada Jepang di Kalijati tanggal 9 Maret 1942, rakyat
Indonesia harus menerima rezim Tentara Penduduk Jepang.
Penyerangan
pertama dilancarkan Jepang terhadap Kepulaun Riau tanggal 14 Desember 1941 oleh
tiga skuadron pesawat terbang. Pulau pertama mendapat serangan yaitu
Terempa.serangan udara keatas kota Terempa ini diulangi lagi pada tanggal 19
Desember yang diikuti pendaratan kesatuan-kesatuan Angkatan Laut Jepang pada
tanggal 15 Januari 1942.
Di
Bangkinang, Jepang mengumpulkan seluruh pegawai Controleur termasuk Controleur
dan Kepala Polisi untuk mengadakan serah terima kekuasaan tentara Belanda dan
Jepang.
Kedatangan
bangsa Jepang ke Siak tanggal 4 April 1942"
Mungkin
tulisan nggak akan sempurna tanpa photo bukan? Untuk photo-photo, aku Cuma
punya sedikit.
Oke
mungkin sekian dulu. Jangan malas ke museum ya! Jangan malas belajar sejarah.
Orang besar adalah orang yang menghargai dan tidak melupakan jasa-jasa
pahlawannya. Salam sayang, @muthiiihauraa.
Sabtu,
19 November 2016. 20.29 WIB.
Semoga anggaran untuk pemeliharaan dan menambah koleksi museum tetap mengalir ya mbak. Biar makin banyak orang datang ke museum tersebut dan begitu banyak orang juga lebih banyak tahu tentang sejarahnya
BalasHapusIya mbak, amin. semoga saja :D
Hapusmuseum di Indonesia kadang suka ngga terjaga dengan baik, kondisinya pun kurang bagus, hanya beberapa museum aja yg terawat, jadi bikin orang2 malas pergi ke museum
BalasHapusiya betul tuh mbak setuju.
HapusPadahal kan kalau dijaga dengan baik, pengunjungnya pasti ramai ;))
Mba Nefri ini blogger juga bukan? Kaya pernah dengar nama beliau. Saya termasuk yang menyukai berkunjung ke museum, karena itu saya merasa sedih ketika menemui satu museum yang tidak terawat. Semoga saja selalu ada anggaran khusus untuk benar-benar merawat museum di Indonesia di semua tempat.
BalasHapusKayanya bukan blogger mbak, tapi kurang tau juga hehe.
HapusAmin mbak, semoga saja ;)
Saya sebenarnya suka sejarah tapi lamaaaa banget ga ke museum. Iya. Museum sering ga terawat ya, bau apek dan malas. Moga museum Indonesia makin maju dan terawat. Butuh anggaran juga ya.
BalasHapusAku juga suka ke museum mbak. Amin ya mbak ;)
Hapusunik2 ya muti koleksinya, banyak koleksi langka juga ya
BalasHapusSayang ya kalau museum gak terawat, pdhl ini adalah keayaan bangsa yg bisa diwariskan utk anak cucu kelak, TFS mbk :)
BalasHapusAnak-anak saya suka banget kalo diajak ke museum, mudah-mudahan Indonesia bisa maksimalin museum-museum yang ada. Thanks for sharing btw
BalasHapussalam,
syanu