Tentang Cinta#4
Baca juga : Tentang Cinta#3
Karla
datang terlambat hari ini. Ia kira tidak akan mendapat hukuman dari sang ketua
BEM. Ternyata malah Farran memperparah hukumannya. Tidak, cowok itu sama sekali
tidak menyuruh Karla mengelilingi lapangan seperti pertama kali bertemu, tapi
dia meminta gadis itu untuk menjadi pembantunya.
Cinta itu tak bisa
dijelaskan dengan kata-kata. Hanya bisa dijelaskan dan dirasakan oleh hati.
Ospek udah berakhir dua hari yang
lalu dan itu artinya Karla udah resmi menjadi seorang mahasiswi. Gadis itu
tersenyum penuh kemenangan. Langkah kakinya yang anggun memasuki ruang kelas
kuliahnya untuk yang pertama kali. Gadis cantik itu menghembuskan nafas pelan.
Setelah duduk dikursi yang
dipilihnya, Karla terdiam sembari mengetuk-ngetukkan ujung pena di dagunya.
Bayangan saat hari terakhir OSPEK kemaren
memasuki dimensi memori otak Karla. Membuat gadis itu mengerucut kesal.
“Kar. Minuman buat gue mana?” Karla berlari
tergopoh-gopoh dari kantin menuju lapangan. Tangan mungil gadis itu memegang
gelas besar. Karla mengulurkan gelas itu
ke hadapan Farran.
Farran mengernyit pelan. Lalu pandangan tajam cowok itu
menatap Karla. “Kok teh? Gue kan maunya jus alpokat.”
“Lho? Tadi katanya teh! Gimana sih kakak ini.” Karla
menggerutu pelan.
“Cepat ganti! Gue mau jus alpokat sekarang!” Karla
menarik nafas kesal sembari mencoba mengatur emosinya. Sabar sabar! Batin
Karla. Dengan tergopoh-gopoh Karla kembali berlari menuju kantin.
Sepuluh menit kemudian, gadis itu sudah berdiri dihadapan
Farran sembari mengulurkan segelas jus alpokat. Karla membungkuk. Merasa
kecapean. Gadis itu berkali-kali mengatur ritme nafasnya.
“Makanannya mana?” Karla melotot kaget. “Makanan apa kak?
Tadi kan nggak mesan.”
“Ya kenapa nggak inisiatif sendiri sih? Nggak kreatif
amat!” Farran bersandar dikursinya dengan santai sembari menyeruput pelan jus
alpukat. “Ya gimana, kakaknya nggak mesan juga! Lagian ini waktu istirahat.
Yang lain pada istirahat, kenapa aku nggak?”
“Pokoknya nggak mau tau! Buruan beli makanan atau hukuman
mau ditambah?” Farran menaikkan alis kirinya. Karla mulai panas. Kedua
tangannya mulai terkepal. “FINE! Gue kekantin.” Karla mendengus sembari berlari
ke kantin.Tanpa Karla dan seorang pun sadari, Farran tersenyum tipis.
Karla terdiam. Wajahnya menunjukkan
ekspresi sebete mungkin. Pasalnya kejadian itu mengingatkannya betapa
nyebelinnya seorang Farran dan betapa menyesalnya ia pernah memuji cowok itu
walau hanya dalam hati.
“Eh, lo budek ya?” Sebuah tangan
yang melambai didepan wajah Karla dan sebuah suara menghentikan lamunan dari memori
otak gadis berusia tujuh belas tahun itu. Karla tergagap, buru-buru ditatapnya
sang pemilik tangan.
“Lo? Bukannya lo cowok yang nabrak
gue beberapa hari yang lalu ya?”
“Iya, emang kenapa? Buruan minggir!
Gue mau duduk disini.” Adit menatap sinis kearah Karla sembari tangannya
menarik tas Karla dan memindahkannya pada bangku kosong disampingnya.
Karla buru-buru berdiri. Matanya
menatap tajam kesosok ganteng dihadapannya. “Apa-apaan sih lo? Mau lo itu apa
hah? Kursi kosong kan banyak.” Suara gadis mungil itu naik beberapa oktaf,
membuat seisi kelas menoleh kearah mereka.
“Gue mau disini! Kenapa? Ada
masalah?” Karla menghembuskan nafas
kesal dan akhirnya mengalah. Dasar cowok
egois! Resek banget!
*@muthiiihauraa*
Grasia mondar-mandir dihadapan Farran. Saat ini
mereka berdua memang berada diruang secretariat BEM. Farran masih asik mengetik
laporan untuk rapat nanti. “Aduh gimana ini?” Lagi-lagi Grasia menggerutu
sembari mondar-mandir yang membuat Farran merasa terganggu.
Cowok berwajah cool itu menatap
Grasia dari ujung matanya. “What are you
doing Gras? Please, lo ganggu
konsentrasi gue banget.” Grasia berhenti lalu memandangi Farran sekilas.
Cewek itu mendekati Farran dan duduk
dibangku kosong samping Farran. Grasia menopang dagunya tanda bête. Wajah gadis
itu ditekuk. “Kenapa sih?” Farran menoleh pada Grasia. Merasa sedikit iba dengan
gadis disampingnya.
“Comblangin gue dong sama Kevin.”
Farran menepuk keningnya saat mendengar jawaban dari Grasia. Ditatapnya wajah
Grasia yang penuh harap.
“Please
ya Ran. Bantuin gue dong! Lo kan dekat sama Kevin.” Grasia menangkupkan
kedua telapak tangannya dengan wajah yang dibuat sememelas mungkin. Farran
menghembuskan nafas berat.
“Gras, gue baru akhir-akhir ini dekat
dengan dia. Dia juga nggak pernah cerita tentang cewek yang dia sukai ke gue.
Cinta itu nggak bisa dipaksa tau.” Farran kembali berkutat dengan laptopnya.
Jari-jari kekar cowok itu bermain indah diatas keyboard.
Grasia kembali cemberut. “Pelit
banget sih Ran! Nggak mau nolongin gue. Terserahlah! Gue aduin lo sama nyokap
lo karna nggak mau bantuin gue.” sungut Grasia sambil berlalu meninggalkan
Farran.
Farran menatap kepergian Grasia
sembari menggeleng pelan. Gras Gras! Lo
dari dulu nggak pernah berubah. Cinta nggak bisa dipaksakan tau! Harusnya lo
biarkan waktu bergulir untuk membuktikannya.
Farran menyeka sedikit keringat dikeningnya.
Cowok itu menghembuskan nafas pelan. Entah kenapa bayangan wajah Karla memenuhi
ruang kepala Farran. Cowok berwajah cool dengan
raut wajah tegas itu terdiam. Membiarkan pikirannya melayang ke satu cewek.
Apa
gue bener-bener jatuh cinta dengan dia? Se-simple itu? Tentu saja! Dulu pun gue
selalu berjanji untuk jagain dia.
*@muthiiihauraa*
“Lo tadi kenapa sih? Masalah banget ya buat lo?”
Adit menghadang jalan Karla sembari menatap cewek itu tepat dimanik mata Karla.
Gadis itu terlihat sedikit kagok. Buru-buru dirapiinnya pita biru muda yang
tersemit indah dirambutnya untuk menghilangkan kekagokan.
Karla mundur selangkah dari hadapan
Adit. “Lo tadi kenapa? Mau cari masalah dengan gue?” ucap Adit lagi. Karla
mendengus kesal. Kejadian tadi saat dikelas berputar dengan jelas dibenak gadis
cantik itu.
Adit masih asik
bermain dengan BB-nya. Sama sekali tak dihiraukannya suasana disekelilingnya.
Kicaun dosen didepan pun nggak membuat Adit mengalihkan pandangannya.
Karla yang duduk tepat diposisi samping Adit lama-lama
merasa terganggu juga dengan kesibukan cowok itu yang jelas-jelas sama sekali
tidak mengganggunya. “Sstt. Perhatiin dosennya dong.” tegur Karla pelan.
Adit yang merasa keasikannya terganggu oleh teguran Karla
segera menatap cewek itu dengan pandangan tajam. “Diam aja deh lo!” Karla
mengernyit geram mendengar jawaban Adit.
“Lo itu diingetin yang baik bukannya trimakasih malah
marah-marah! Dasar cowok aneh!”
“Hey! Lo budek atau apa sih?” Adit
melambai-lambaikan tangannya tepat didepan wajah Karla, membuat sepenggal
kenangan tadi memudar dari benaknya.
“Lo itu kenapa sih? Kenal juga
nggak! Kenapa lo malah marah-marah nggak jelas sama gue? Salah gue apa?” Karla
yang sudah termakan emosi berkacak pinggang seolah menantang Adit.
“Salah lo? BAN—”
“Kar, temenin gue makan yuk? Cowok
aneh ngapain dilayanin gitu?” Farran yang entah kapan sudah berdiri dibelakang
Karla segera menarik lengan gadis itu. Karla tak bisa berbuat apa-apa selain
mengikuti langkah kaki Farran dengan tangan yang masih ditarik Farran.
“Ciih! Cowok norak sama cewek norak
emang cocok deh lo!” ucap Adit geram. Suaranya yang besar mampu membuat Karla
dan Farran mendengar dengan jelas ucapan Adit.
Farran tak bergeming. Senyum sinis
mencuat dari ujung bibirnya. Telapak tangannya semakin kuat menggenggam
pergelangan tangan Karla, tanpa tau gadis itu tengah menahan sakit.
Dengan susah payah, Karla menyamai
langkah kaki Farran. Rasa perih terus terkuak dari lengan tangannya. Karla
menoleh kebelakang, bermaksud menatap Adit. Namun ternyata Adit sudah tak
berada ditempatnya.
“Awwh! Kak tangan gue sakit.” Karla
mencoba melepaskan pergelangan tangannya. Farran berhenti, lalu menatap Karla
sembari tersenyum. Dilepaskannya pergelangan tangan gadis itu. “Sorry ya! Hm.
Gue kan udah bantuin lo lari dari cowok aneh itu, so lo temenin gue makan oke?”
Karla memegangi pergelangan
tangannya. Mengelus-ngelus pelan. “Gue kan nggak minta kakak nolongin gue.”
Farran tersenyum jenaka, membuat Karla sedikit mengagumi wajah cool dihadapannya.
“Pokoknya lo harus nemenin gue. Lo
nggak lupa kan kalau gue ketua BEM di—”
“Oke-oke. Fine!” Karla buru-buru memotong perkataan Farran. Sama sekali tak
ingin mendengar kata-kata sombong yang terlontar dari mulut Farran. Cowok itu
tersenyum. Merasa menang.
*@muthiiihauraa*
Karla mengaduk-aduk jus jeruknya tanpa bernafsu.
Sesekali dikecapnya jus itu. Dari ujung matanya, Karla menatap sosok Farran
yang tengah menyantap mie gorengnya.
Kalau
aja nih cowok gayanya nggak sengak, gue pasti mungkin udah jatuh cinta sama
dia. Haa? What? Jatuh cinta? Sama dia? Oh no! Karla menggeleng-gelengkan
kepalanya sembari bergidik ngeri, seakan-akan apa yang apa yang ada dalam
pikirannya itu adalah hal yang paling mengerikan.
“Kenapa lo?” Farran yang menangkap
gelagat aneh Karla segera menatap cewek itu. “Nggak papa kak.”
“Eh iya, pesenin gue jus alpokat
dong!” Haa? Enak banget nih orang
nyuruh-nyuruh! Emang gue babu dia apa? Karla membati pelan. “Pesen sendiri
dong Kak!”
“Gue ketua BEM lho disini! Lo nggak
mau nurut sama gue?” Karla menghembuskan nafas kesal. Kalau udah denger
kata-kata kaya gitu, Karla hanya bisa nyerah. “Oke!” Karla berdiri dari
duduknya.
“Senyum dong!” Karla memberikan
senyum terpaksanya pada Farran. Rasanya, Karla ingin sekali mencakar-cakar
wajah cowok dihadapannya itu. “Gitu kan cantik. Sekalian gorengan ya!” Karla
mengangguk sembari berlalu meninggalkan Farran.
Cowok itu memandangi punggung Karla.
Farran tersenyum pelan. Entah kenapa ada sensasi yang begitu menyenangkan saat
bisa mengerjai Karla. Maaf ya, gue nggak
maksud apa-apa! Tapi ngelihat tampang menyerah lo bikin gue makin semangat.
Karla berjalan dengan
langkah gontai. Hatinya sudah mulai memanas. Cewek itu menghembuskan nafas
pelan, berharap rasa kesalnya dapat terpental.
Iiih!
Itu orang memang menyebalkan! Cowok yang menyombongkan jabatan. Kalau dia bukan
ketua BEM, udah aku bejek-bejek! Aku jadiin pergedel deh tu orang! Kenapa cowok
didunia ini begitu menyebalkan? Kecuali Kak Ivin!
0 komentar: