[Cerpen Mini]: Tentang Sebuah Komitmen

17.57 muthihaura 1 Comments



“Untuk semua mimpi-mimpimu. Untuk semua rencana masa depanmu, bolehkah ku temani mu berjuang?” Arga menatap tepat di manik mata Alin. Membuat gadis mungil bernama lengkap Alin Saravati itu merasa grogi.

        Alin menghembuskan nafas, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya dari Arga yang tepat berdiri dihadapannya. “Bolehkah ku temani mu berjuang?” Arga mengulang pertanyaannya.

        Dengan penuh keberanian, Alin kembali menatap mata Arga. Mencoba mencari keseriusan dimanik mata itu. Dan Alin menemukannya. Entah untuk yang keberapa kalinya, Alin menghembuskan nafas.
 

        “Benarkah kamu akan temaniku berjuang? Karna jalanku nantinya bukan jalan mulus. Karna jalanku nantinya penuh liku, penuh duri. Aku hanya takut, saat aku mengizinkanmu untuk menemaniku berjuang, di tengah jalan kamu nggak akan sanggup. Kamu akan memilih menyerah,” terang Alin panjang lebar.


        Alin mengenyahkan sepenggal episode itu, lalu kemudian menghembuskan nafas. Alin menatap layar smartphonennya, tapi Arga tak juga kunjung menghubungi. 

komitmen
Komitmen. source: google


“Setahun yang lalu, kamu meyakinkanku untuk menemaniku berjuang dan aku menerima tawaran itu. Tapi, beberapa hari ini, kamu berubah.” Alin meracau pada dirinya sendiri.

Kamu makin sibuk. Memang sih selalu ngabarin. Selalu chat tiap hari di waktu-waktu tertentu. Iya, diwaktu tertentu, setelah itu kamu menghilang. Aku butuh perhatian kamu!

Entah untuk yang keberapa kalinya, Alin kembali menghembuskan nafas. “Apa kamu lupa dengan semua komitmen kita? Apa kamu lupa dengan semua impian yang udah kita bangun hampir setahunan ini?”

Alin menatap poto dirinya dan Arga, lalu kemudian menatap keluar jendela. Langit malam tengah menangis. Hujan tak kunjung berhenti sejak sore tadi. Jujur, Alin benar-benar merindukan lelaki tegap bernama lengkap Arga Dinata itu.

Kemana sih? Kok chat aku nggak kamu balas? Alin menggerutu di dalam hatinya, lalu kemudian menghentak-hentakkan kakinya kesal.

“Oke, nggak bisa gini terus, Lin! Kamu harus fokus sama semua impian-impian kamu. Mulai detik ini, jangan ngechat dia. Jangan balas chat dia hingga beberapa hari kedepan! Biar dia tau gimana rasanya,” Alin bertekad.
*@muthihaura1*

Arga menatap layar laptopnya, lalu kemudian berkali-kali mengucek mata. Arga merenggangkan tangannya. Badannya benar-benar terasa pegal. Hari ini, lelaki berusia 24 tahun itu lembur lagi. Memang beberapa hari ini, Arga selalu mengambil jatah lembur.

Kemudian Arga tersenyum menatap poto ia dan gadisnya di atas meja kantornya. Seketika, segala rasa capek itu hilang. “Aku lembur gini untuk kamu. Untuk kita. Untuk kehidupan kita kedepannya.”

“Agar aku bisa segera menghalalkan kamu,” kata Arga sambil menatap poto itu. Mungkin aku nggak kaya cowok lain yang bisa ngasih kamu A, B, C, dan D. Yang bisa romantis beliin ini itu. Yang bisa chat dan nelponin kamu setiap detik.

“Maaf, aku belum bisa ngasih semua itu sekarang. Sabar ya. Aku lagi usaha,” kata Arga. Lelaki itu kemudian mengambil smartphonennya. Sudah sejaman lebih ia tak membalas chat gadisnya.

Gadisnya pun tak pernah memprotes atau menterornya dengan banyak sms. Berbeda dengan gadis-gadis lainnya yang harus selalu minta dihubungi.


Lagi apa?


Sent. Arga baru saja mengirimkan kalimat itu. “Aku telah memilih kamu. Pegang komitmen aku ya. Pegang kata-kata aku, karna laki-laki dinilai dari seberapa bisa dia memenuhi kata-katanya,” ucap Arga lalu kemudian kembali menatap layar laptopnya.
*@@@*
       
“Aku nggak butuh kamu! Nggak butuh!” Alin berguman kesal, lalu meraih laptopnya. Lebih baik aku ngerjain job, ketimbang mikirin laki-laki kaya gitu! Batin Ailin.

        Semenit kemudian, smartphone gadis berwajah manis itu berbunyi. Arga menchatnya via whatsaap. Segala kekesalan yang Alin rasakan seketika hilang. Alin melonjak senang, lalu kembali meletakkan laptopnya dan berbaring dikasurnya.


Nggak lagi apa-apa. Kamu lagi apa? Udah makan? Hehe


        Balasan chat Alin. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Sejam. Sejam lebih tak juga kunjung ada balasan. Alin menatap smartphonenya dengan kesal. “Arght!!!”

Baca Artikel Populer Lainnya

1 komentar: