cerpen : Indah pada waktunya

11.28 muthihaura 22 Comments



Aku menatap langit malam sembari memeluk lutut.  Angin malam bermain indah disekitarku. Malam semakin larut membuat mataku tak ingin terpejam. Aku suka malam. Suka banget! Saat malam tiba semua orang akan terbenam dengan mimpi masing-masing kecuali aku. Aku lebih suka menatap bintang-bintang dan bulan sembari mengeluarkan semua uneg-unegku. Semua masalah yang terasa nyesek dihati. Semua masalah yang aku tak tau bagaimana cara menyelesaikannya. Aku hanya seorang gadis kecil. Gadis kecil dalam kesendirian. Yah, sejak kecil selalu sendiri. Tak punya teman! Tak punya sahabat! Tak ada yang menyayangi.

 Aku hanya gadis kecil yang mencoba berdiri sendiri dengan kedua kakiku. Mencoba berdiri dengan keceriaan yang aku bangun sendiri. Mencoba sok kuat melawan hidup sendiri. Jatuh bangun sendiri. Tak ada tempat bersandar. Tak ada kaki yang membantu aku untuk bangun. Untuk bangun melawan hidup. aku menghela nafas pelan sembari memandangi malam pekat dengan gurat senyumnya yang terbentuk untukku.

“Dunia ini nggak adil ya. Sangat tak adil. Sejak kecil hidup tanpa kedua orang tua yang tak perhatian sama aku. Dihina dicaci maki bahkan udah jadi makanan khasku. Tapi aku capek. Capek ngelawan hidup sendiri. Lelah.” Ujarku sembari kembali menghela nafas. Berbagai episode yang lalu muncul dibenakku bagaikan sebuah film layar lebar yang siap diputar.


 Aku melangkah pelan menuju kelasku. Berbagai pasang mata menatapku jijik. Kenapa? Bukankah aku juga manusia sama seperti mereka? Aku kembali berjalan mencoba untuk tidak menghiraukan mereka. Mencoba sok tegar walau sebenarnya hati ini terlalu rapuh. Terlalu rapuh seperti kapas. “Awas woi!! Ada Virus! Uwweek. Ihhh.” Ujar seorang anak laki-laki bernama Faran. Semua teman-temanku berlari menjauh dariku. Kenapa? Ada yang salah denganku? Mereka membenciku entah siapa yang memulai. Aku menatap Faran, yang ditatap hanya tersenyum sinis dengan wajah lempengnya. Faran. Cowok itu! Yah,cowok yang sudah membuat semua teman-temanu membenciku. Aku nggak tau kenapa dia sangat membenciku. Sejak kami kenal, aku nggak pernah punya masalah dengan dia. Faran kembali tertawa sinis sembari menjauh dariku. Aku menatap cowok berwajah ganteng itu. Cowok yang dulu pernah mengisi hatiku dan Cowok yang dengan tega membuat hatiku hancur tak berbentuk. Aku mulai duduk dikursiku. Duduk sendiri tanpa teman!

“Eh Sya. Binder kemaren mana?” Tanya Ines sinis sembari menatapku.

“Kan udah gue kasih ke loe.”

“Nggak ada tuh. Loe ambil ya?!” bentak Ines. Aku menatap Ines tak berkedip.
           
“Nggak kok. Sumpah demi Allah nggak ada!” ucapku setengah menangis. Ines tertawa sinis.

“NGGAK USAH PAKAI SUMPAH-SUMPAH DEH! MANA ADA MALING MAU NGAkU! KALAU MALING NGAKU PENJARA BAKALAN PENUH!” bentak Ines tepat didepan mukaku. Rasa sakit kembali menusuk ulu hatiku. Rasa sakit yang sangat sulit untuk kulupakan.

  Kutepis sepenggal episode yang menyakitkan itu. Aku mencoba tersenyum paksa. Rasa sakit kembali bersemayam dihatiku. Seberapa besar aku ingin memaafkan mereka, rasanya nggak  bisa melihat semua yang telah mereka lakukan ke aku. Mereka nganggep aku sampah. Mereka hina aku. Mereka caci maki aku. Mereka merintah-merintah aku layaknya aku pembantu. Selama ini aku mencoba sabar. Sabar dalam menghadapi hidup. Cuma itu yang aku punya. Yah, kesabaran! Tapi semua orang memiliki batas kesabaran kan? Dan aku nggak tau kapan batas kesabaranku habis. Aku ‘sakit’. mencoba meredam rasa sakitku sendiri. Berdiri sendiri. Tersenyum sendiri. Hanya SENDIRI!! Tanpa sahabat! Tanpa teman! Yah, kupikir aku nggak butuh mereka karna memang aku nggak punya mereka. Otakku kembali berputar menayangan sebuah episode hidupku.


“Gue cinta banget sama loe. Gue sayang sama loe. Loe jangan pernah ninggalin gue ya? Gue bakal selalu ada buat loe.” Bisik Vino tepat ditelingaku. Aku tersenyum pada Vino. Saat ini aku punya Vino. Aku tak sendiri lagi. Vino bakal bantu aku ngejalani hidup. aku tersenyum.

Setelah beberapa bulan aku jadian dengan Vino. Dia berubah. Tak ada perhatian lagi yang aku dapat. Tak ada kata cinta lagi yang dia ucapkan. Aku kembali merasa sendiri. Merasa kesepian. Tapi aku mencoba tegar. Mencoba bertahan dengannya atas nama CINTA! Aku lakukan semuanya untuknya. Aku curahkan sepenuhnya rasa kasih sayang ini untuknya. Tapi dia kemana? Bahkan disaat aku ulang tahun pun dia nggak ngucapin! Miris bukan? Disaat orang yang loe sayang dan loe harepin menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘selamat ulang tahun buat loe’ bahkan dia sama sekali nggak ingat! Hingga suatu hari aku melihatnya tengah berpelukan mesra dengan perempuan lain.

“Vino. Loe ngapain?!” bentakku sambil berjalan menghampirinya. Vino melepaskan pelukannya tanpa sedikit pun merasa bersalah. Vino tersenyum sinis. “Akhirnya loe tau juga soal ini.” Ucapnya senang membuatku tak mengerti.

“Maksud loe? Loe kenapa sih ngehianatin gue? kenapa? Loe tega banget sih Vin!”

“KARNA GUE NGGAK PERNAH CINTA SAMA LOE NASYA! GUE MACARIN LOE CUMA BUAT MENANG TARUHAN DODOL!” bentaknya jujur. Aku tersentak tak mengerti. Lagi-lagi aku harus menaggung luka dihati. Luka yang akan selalu kuingat.

Masih kuingat selalu
Saat kau berjanji padaku
Takkan pernah ada cinta yang lainnya
Terasa begitu indah

Haha! Cowok kurang ajar bukan? Cowok yang tak punya perasaan! Cowok yang dengan mudah mengumbar kata CINTA tanpa tau arti CINTA sebenarnya. Cowok yang udah membuat hati aku semakin tak berbentuk. Cowok yang udah menancapkan sebilah pisau tajam keulu hati aku dan kini aku nggak tau bagaimana aku harus melepaskan pisau itu. Aku tersenyum sok kuat. Aku memejamkan mata berlahan sembari mencoba menikmati angin malam yang membelai lembut pipiku. Bayangan Vino muncul membuatku tersenyum sinis. Aku udah pernah ngerasain semua rasa sakit hati. Haha! Hidup ini aneh. Semua orang kaya dan cantik dihormati seakan-akan dunia hanya milik orang-orang yang kaya dan cantik.

            “NASYA GENDUT! Nasya gendut! Gendut-dut-dut-dut. Loe itu gendut! Gendut banget kaya TONG!”
           
“SYA!! Tubuh loe nggak bisa dikecilin ya? Gue ngga bisa lewat nih!”

“GENDUUUUTTTT!!!”

Ledekan-ledekan itu kembali terngiang-ngiang dibenakku. aku tersenyum sinis. Lalu otakku kembali berputar menayangkan adengan-adengan hidupku.

            “BUNDDAAAA. Jangan Tinggalin Nasya bunda! nasya takut! Bunda BANGUN!” teriakku saat mendapati sosok bunda yang tak bernyawa lagi. aku menguncang-nguncang tubuh bunda berharap bunda kembali bangun. Tapi tak ada reaksi. Bunda hanya mematung membuat air mataku mengalir semakin deras. kembali kuguncang-guncang tubuh wanita itu. Tetap diam membeku.

“BUNDA!! BANGUN! JANGAN TINGGALIN NASYA.” Teriakku histeris. Aku menatap bayi mungil yang ada disampingku. Seorang bayi mungil yang menyebabkan aku kehilangan seorang Ibu. Saat pemakaman tiba aku tak sanggup. Kakiku gemetar saat melihat wanita yang sangat aku sayangi dimasuki keliang lahat. Semuanya terasa begitu cepat bahkan sebelum aku bener-bener menyadarinya.

“Kak. Udah malam banget nih. Tidul lah lagi.” Ujar seorang anak kecil sembari menghampiriku. Aku tersadar dan buru-buru menghapus air mata disudut mataku. Aku menatap bocah kecil itu yang tengah tersenyum menampakkan deretan gigi-gigi kecilnya nan putih.
           
“Dani sendiri kenapa belum tidur?” tanyaku sembari meraih tubuh Kecil itu dan membawanya kepelukanku. Bocah itu hanya tertawa dipelukanku. “Dani nggak bisa tidul. Tadi Dani mimpi monstel jahat menyelang kakak. Kakak nggak papa kan?” tanyanya dengan bahasa cadel membuatku mengumbar senyum. Aku membelai rambut Dani.

“Kakak nggak papa kok. Dani nggak perlu khawatir sayang. Ya udah, ayo masuk!” ujarku sembari mengendong bocah berusia 4 tahun itu. Aku berjalan memasuki kamarku dan segera menutup pintu yang menghubungkan kamarku dengan balkon. Selamat malam dunia. Selamat malam semua. Semoga besok pagi kita ketemu lagi. batinku.

Sempat ngerasa sedih
Karna sering dibuli
Lelah jadinya malu
Karna dicibir mulu
Bukannya kutak mendengar
Kata-kata yang kasar
Bukannya kutak peduli
Semua caci dan maki
~*~*~*~
Aku menatap cermin sembari tersenyum super duper manis. Kutatap setiap lekuk gurat wajahku dicermin itu. CANTIK. Batinku. Aku menghela nafas. Semalam aku sudah cukup puas nostalgia semua masa lalu yang pernah aku alami.  Pagi ini rasanya plong! Lagi-lagi aku tersenyum saat mendapati pantulan wajahku dicermin itu. Hidup itu akan selalu berputar seperti bumi yang akan selalu berputar terhadap porosnya. Dalam hidup mungkin kita akan ada dibawah dan tak selamanya kita dibawah bukan? Seperti hidupku. Aku bukan NASYA yang dulu. bukan NASYA yang selalu dihina-hina. Bukan lagi NASYA yang selalu mendapat perlakuan buruk dari teman-temannya dan yang penting aku bukan NAYSA yang GENDUT seperti dulu. aku Nasya yang baru. Nasya cantik dengan tubuh langsing. Aku kembali menatap setiap inci wajahku. Sesekali aku bergaya bagaikan seorang model yang tengah berjalan diatas karpet merah.
           
“Aku NASYA TALITHA AZALIA. Seorang gadis yang duduk dikelas XI disebuah SMA favorit.” Ujarku tersenyum manis. Setelah puas menatap wajahku, aku menyambar tas yang tergeletak pasrah diatas tempat tidurku. Dengan langkah gontai aku berjalan meninggalkan rumah.

            “Pagi sayang. Ayo buruan naik.” Sapa Fian pacarku saat ini dan untuk selamanya. Aku menatap Fian seraya tersenyum super duper zuper manis! “Pagi juga Fian-ku. Kok tumben datangnya nggak telat?” tanyaku menggoda. Fian tersenyum.


“Habis gue udah kangen sih sama my princess Nasya.” Ucapnya sembari mengerlingkan sebelah matanya. Aku tertawa. Tawa lepas yang tidak ada kepalsuan didalamnya. Aku menaiki motor sport Fian. “Jalan jek!” ujarku.

“Jek-jek-jek! Emang gue ojek loe?” sungut Fian. Fian mulai melajukan motornya.

Musim Terindah adalah ….
Ketika kau sambut pagi dengansenyummu
Ketika kau payungi siang dengan sapamu
Ketika kau tutup malam ini dengan belai sayangmu
I love U Fian

Aku tersenyum menatap punggung Fian. Fian-ku. Ah, indahnya semua ini.

“Loe kenapa nangis?” Tanya seorang cowok. Aku buru-buru menghapus air mataku. Cowok itu duduk disampingku. Mungkin cowok itu heran saat ngelihat seorang cewek gendut yang duduk sendirian dan tengah menangis. Aku hanya berdiam kaku. tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir ini. Suasana hening untuk beberapa menit hingga akhirnya cowok itu merebahkan kepalaku kepundaknya. Aku sontak kaget tapi akhirnya aku menuruti saja. Ini pertama kalinya dalam hidupku ada seorang cowok ganteng yang memberikan pundaknya untukku.


“Gue nggak tau apa masalah loe. Yang gue tau loe pasti lagi sedih banget. Didunia ini nggak ada manusia yang luput dari masalah. Semua orang pasti punya masalah kan? Loe tau itu kan? Tapi sebagai manusia kita dituntut buat selalu berusaha untuk mencari penyelesain dari masalah itu. Dan caranya bukan dengan menangis. Kalau loe nangis, orang yang  nyakitin loe bakal tersenyum senang karna mereka merasa mereka menang! Orang-orang sukses itu tak luput dari masalah. Mereka dihina, direndahkan, dicaci bahkan dilecehkan harga dirinya. Tapi mereka tak pernah putus asa. Mereka selalu berjuang buat buktiin kalau mereka itu hebat! Loe juga harus lakuin hal yang sama kaya mereka! Hidup adalah sekolah dan tentu saja bila loe semakin arif maka semakin banyak kelas yg akan loe hadapi dan ingat kelas itu akan menyuguhkan ujian-ujian yang lebih parah dari yang loe hadapi sekarang.” Ujar cowok itu panjang lebar. Aku tertegun mendengarnya. Cowok itu seperti menyentrumkan semangat dalam hidup aku.

“Waktumu berharga! Dan terlalu rendah buat menangisi orang-orang yang tak pernah menghargaimu. Berkaryalah! Karna hidup hanya sekali.” Lanjut cowok itu seraya tersenyum.

“Eh, maaf ya kalau gue sok tau. Gue Fian. Nama loe siapa?” Tanya cowok itu ramah.

“Nasya. Nasya Talitha Azalia.” Ucapku gugup. Saking gugupnya aku menyebutkan nama panjangku.

“Nama yang bagus. Loe tau nggak arti nama loe itu?”

“Enggak. Emang loe tau apa?”

“Tau lah! Fian gitu! Artinya itu ‘Gadis ajaib yang selalu dilindungi’ dan sekarang gue akan jadi pelindungnya.” Ucap Fian membuatku terkejut.

Aku tertawa renyah saat tayangan itu berputar dibenakku. sejak pertemuan singkat itu aku dan Fian menjadi dekat. Aku tak sungkan bila menceritakan masalahku padanya. Fian selalu ngemotivasi aku dikala aku ngedown. Fian yang selalu hibur aku. Fian yang selalu nyediain pundaknya buat aku nangis. Fian juga yang ngebantu aku buat ngejalanin diet dan inilah hasilnya.

“NASYYYAAA. LOE DENGERIN GUE NGGAK SIH??” teriak Fian membuyarkan semua lamunan indahku. PLAKK! Aku menepak bahu Fian. “Ihh. Loe kenapa sih pake teriak-teriak Fian sayang?”

“Loe sih! gue dari tadi capek tau berkoar-koar. Eh, loe kacangin. Harga kacang loe berapa sih?” Tanya Fian. Aku hanya menampakkan cengiran kudaku, walau aku tau Fian nggak melihatnya.

“Maaf-maaf! Emang loe ngomong apa sih?”

“Tuh kan nggak didengerin! Gue Cuma bilang kita ini komplotan pencuri tau!”

“Lho? Kok pencuri sih? nggak ada profesi yang lebih bagusan dikit gitu?” tanyaku tak mengerti.

“Pencuri deh yang lebih cocok buat kita. Loe nyuri hati gue. gue curi hati loe.” Ujarnya sembari tertawa renyah. Pipiku merona merah. Bisa aja nih cowok! PLAKK!

“Lho? Kok dipukul lagi sih?” Tanya Fian. Aku tertawa. “Loe sih gombal!”

“Tapi loe seneng kan gue gombalin? Dah ah, buruan turun. Da sampai tau!”
 
Adakalahnya cinta datang tiba-tiba. Adakalahnya cinta datang walau hanya sesaat. Adakalahnya cinta datang hanya di bibir saja. Tapi cintaku untuk selamanya, dan namamu terukir dilubuk hatiku.


Aku berjalan menuju kelas, tak kuhiraukan panggilan Fian yang menyuruhku menunggunya. Lagian kelas kita beda kok.

“Hy cantik. Kenalan dong.” pinta seorang cowok sambil menghalangi jalanku. Aku menatap cowok itu lekat-lekat. Vino?! Haha! Aku menatap cowok itu sekali lagi.

“Loe anak baru yah?” tanyaku sembari mengulurkan tanganku. Aku tersenyum menggoda padanya. Cowok itu menyambut uluran tanganku.

“Iya. Gue baru sebulan disini. Sejak gue lihat loe, nggak tau kenapa gue suka sama loe. Oh ya, nama gue Herdiansyah Zevino. Panggil aja Vino.” Ujarnya dengan tingkat kepedean yang tinggi. Aku tersenyum sinis menatap Vino.

“Kenalin. Gue NASYA. NASYA TALITHA AZALIA. Senang berkenalan dengan anda. 2 tahun kita nggak jumpa ya.” Ujarku sinis. Aku menatap raut wajah Vino yang terlihat kaget.

“Nasya? Nas, gue mau minta maaf sama loe. Dari dulu gue sebenarnya sayang sama loe. Gue Cuma terpaksa ngomong kaya gitu sama loe. Maafin gue Nas.” Pintanya dengan gaya muka sok memelas. aku menatapnya geram. Setelah sekian lama loe buat gue hancur! Loe buang gue seperti sampah dan sekarang baru loe minta maaf? Kemana aja boy?

“Gue masih sayang sama loe Nas. Gue cinta sama loe. Please terima gue kembali. Gue bakal perbaiki semuanya.”

“Gue bakal maafin loe kalau loe mau berlutut didepan gue dan teriak kenceng-kenceng kalau loe minta maaf kegue serta bilang diri loe itu pecundang.” Kataku. Vino pun berlutut didepanku.

“Gue emang cowok bodoh! Gue pecundang. Gue minta maaf.”

“Nggak denger. Loe ngomong apa kumur-kumur ya?”

“NASYA! GUE EMANG COWOK BODOH! GUE PECUNDANG DAN GUE PENGEN MINTA MAAF SAMA LOE.” Teriak Vino. Aku tertawa penuh kemenangan. Semua mata tertuju pada kami. Aku puas.

“Yang? Ada apaan sih? ini siapa?” Tanya Fian sembari berjalan menghampiriku.

“Nggak tau nih yang. Nggak kenel! Nyamuk kali. Ya dah yuk, anterin gue kekelas.” Kataku sembari mengandeng Fian dan berjalan menuju kelas.
~*~*~*~
 Lagi-lagi aku menatap cermin. Kutaburkan bedak bayi kewajahku dan kusemprotkan parfum ketubuhku. “Duh. Udah cakep belum ya?” tanyaku pada cermin. Yah, malam ini aku akan jalan-jalan dengan Fian-ku. Kurapikan poniku dan rambut sebahuku. Aku menatap diriku dari atas kebawah. sip! Ok. Ucapku. Setelah merasa semuanya ok, aku pun berjalan menuju ruang tamu. Disana pangeranku tengah menunggu dengan sabarnya. Aku menatap laki-laki itu. Laki-laki yang telah mengetuk hatiku diwaktu yang tepat. Laki-laki dengan senyumnya yang mampu meluluhkan hatiku saat aku tak membiarkan seorang pun mengetuk bahkan menjamah hati ini.

“Widii. Ada bidadari dari kayangan nih. Entar selendangnya gue curi deh, biar nggak bisa balik kekayangan lagi” Ucapnya seraya tersenyum saat menyadari aku sudah ada didepannya.

“Yee. Bisa aja si bos! Ya udah, berangkat yuk!”

“Kakak. Kakak mau kemana? Ikut.” Ujar Dani sembari menatapku. aku membelai lembut rambut Dani sembari pendanganku tertuju pada Fian. “Ya udah, bawa aja si Daninya.” Ucap Fian bijak.  “Bener nih? Entar ganggu lagi?”

“Nggak kok. Tenang aja. Latihan punya anak gitu. Anggap aja dia anak kita. Ya mama?” ucapnya. Aku mencibir kearahnya. SEETT! Tanganku mencubit lengan Fian. Fian mengelus lengannya sembari meringis pelan.

“Aduw! Dani liat nih, mamamu nakal!”

“FIAN! Apa sih! ah.”

“Yee. Gitu aja ngambek. Ayo jalan. Gue bawa mobil tuh.” Ujar Fian sambil melangkah keluar rumah.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.  Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya. Hidup tanpa cinta seperti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau mengejar waktu dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau menjaga dirimu. Sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Hidup itu memang dipenuhi rintangan. Pahit manis kehidupan harus kita lalui. Hadapilah hidup dengan sebuah senyuman niscaya hidup akan tersenyum padamu. Jadilah seperti batu karang yang selalu diterjang ombak tapi dia tetap tegar berdiri. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka. Semuanya akan indah pada waktunya J

“Mama. Kok malah bengong disitu sih? ayo ah.” Panggil Fian. Aku tersenyum. “Iya papa! Bentar. Anakmu rewel nih.” Kataku sembari mengandeng Dani.

The end


Baca Artikel Populer Lainnya

22 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi yaa ;) Kepanjangan yah? Kapan-kapan kalau ngepost cerpen sepanjang ini, aku kasih part deh. saran diterima, makasih.

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasii. Iya nggak papa, kayanya memang kepanjangan. Makasih sarannya ya ;)

      Hapus
  6. Kurasa ini komen keduaku, yang pertama kala Muthi promo pertama kali di BE dan saya juga ikut promo, tapi Muthi lupa BW, hehe. Semoga kian semangat menulis.
    Ceritanya sudah asyik meski berkesan melompat-lompat tanpa penjelasan kayak gimana sebelumnya hidup Nasya hingga dihinakan sebagai maling atau dibuli mulu. Latar belakangnya pun luput sepeninggal ibu, apakah hanya dibesarkan ayah? Tapi sosok ayah absen.
    Gimana, ya, kesan melompat-lompat itu harus ada logikanya yang logis dan bisa dipahami. Di sana ada tumpang-tindih penggambaran sosok yang gendut sekonyong-konyong jadi cantik dan diinginkan. Padahal logika penting dalam suatu cerita padahal pengemasan dengan tambahan nasihat hidup itu sudah cantik.
    Ehm, karena kita juga belajar di BAW Community, ada baiknya perhatikan gimana uraian Mbak dan Mas di sana kala membedah karya. Tetap semangat, ya, Muthi.
    BTW, belajar EYD pula agar tulisannya rapi. Bisa membedakan antara kata depan dan imbuhan sampai peletakan partikel pun.
    Maaf jika ada kata yang tak berkenan di hati. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya y mbak? kenapa nggak diingetin pas kelupaan itu? Masukan bermanfaatn mbak, semuanya berkenan dihati kok. jadi semakin semangat buat bikin cerpen yang jauh lebih baik lagi. makasii mbak :D

      Hapus
  7. ceritanya bagus banget mbak jadi masuk dalam alurnya tapi kalau bisa diringkas saja atau dibuat 2 bagian gitu biar nggak panjang-panjang hehe semoga ada manusia kayak vian di bumi ini amin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiii. iyaa, kayanya kepanjangan ini. Pasti ada manusia kaya Fian. mudah-mudahan aja :D

      Hapus
  8. Waktu lagi baca ada sesuatu yang ingin aku komen, tapi karena keasyikan baca ceritanya jadi lupa komen apaan wwkkw
    Cerpennya bagus mbak, enak di baca. Tapi ada sedikit masukan, mungkin masukan ini sama kayak Bastian dengan Fuji. Cerpennya terlalu panjang untuk ukuran blog, mending di buat part. Terus di tambah gambar ilustrasi juga, biar gak terlalu bosen baca cerita semua. Selebihnya, cerpennya bagus banget :)

    BalasHapus
  9. Wah ngos-ngosan nih bacanya hahha. Tapi over all ceritanya udah bagus kok. Amanat dan pesan yang diinginkan si penulis udah masuk.

    Aku mau kasih beberapa masukan yang semoga nggak bikin sakit hati ya hehe. Biasanya aku kalo dikomen pedes suka sakit hati *lah malah curhat*

    Pertama aku setuju sama Mbak tentang alurnya. Mungkin kamu maksudnya mau bikin alur maju-mundur gitu ya? Bagus sih, tapi loncatannya itu kurang rapi. Kurang lembut. Jadi terkesan agak kasar gitu loh Mut. Kelogisan cerita juga kurang jelas. Kenapa Nasya dihina, terus perubahan waktu dia dari gendut ke langsing itu kenapa. Soalnya kelogisan itu hal penting dalam sebuah cerita. Sebab-akibatnya harus jelas.

    Kedua, di yang harusnya jadi preposisi tapi kamu jadiin kata gabung. Di kalau kata depannya nama tempat dipisah. Sedangkan di kalau kata depannya kata kerja, baru digabung.

    Ketiga, aku pikir ini ceritanya young-adult, soalnya di awal-awal narasinya cukup baku. Tapi ada beberapa kata yang nggak baku. Pas baca keseluruhan ternyata teenlit ya. Kalo memang mau teenlit, bahasanya dibuat sesantai mungkin aja. Nggak usah terlalu baku di narasi :)

    The last, ada beberapa kata yang aku cari di KBBI tapi nggak ada artinya. Kayak nafas (yang seharusnya napas), berlahan (mungkin maksud kamu perlahan), dan menguncang-nguncang (yang harusnya mengguncang-guncang).

    Aduh panjang bgt komennya. Maaf ya Mut, kalo komenku nggak membantu, tolong abaikan aja hahaha. Aku juga masih belajar kok, jadi kalo ada yang aku tau, aku pengen share gitu :) terus semangaaattt nulisnya!

    #PenulisHarusBermentalLebihdariBaja

    BalasHapus
    Balasan
    1. kak dwi lengkap banget deh ni komentarnya.
      aku jadi bingung mau komentar apa.
      intinya sih aku suka, tapi cerpennya terlalu panjang jadi pas di tengah jalan males bacanya kenapa gak se;esai - selesai.

      yang lain idem kak dwi deh, heheu

      Hapus
  10. Wah udah banyak masukannya ya.. Sepertinya itu sudah cukup, saya nggak perlu nambahin lagi. Intinya juga sama aja. Tapi aku mau kasih semangat biar semangat belajar nulisnya! Semangaaat!

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  12. asikkmbangettt nihhh, cerpen dengan alur cerita yang super cepattt, tapi bagus sihh..pertaa aku baca wahh nih cewek kasian amit, tapi happy ending sampe udah jadi ortu, jadi seneng deh bacanya..bagus cc!!! :D

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus