Cerpen : Jelita sahabatku
Haaay,
Assalamua’laikum. Hay haaay ;D kali ini aku pengen ngepost cerpen karya aku.
cerpen ini aku buat saat kelas 2 SMA dan aku ikutin dalam lomba yang diadain
aksi dan Alhamdulillah berhasil jadi juara 2. Hihi.
Okeh, lest check this out :
Cerpen : Jelita sahabatku
Aku terdiam, kupandangi tubuhku
didepan cermin, hmmm.aku manis ya,tapi rada-rada kurus,lebih tepatnya sih emang
aku kurus ujarku sambil tersenyum super duper manis, sesekali aku bergaya
didepan cermin seperti seorang model. aku meraih sisir, lalu aku mulai menyisir
rambutku yang cepak. Aku tersenyum sinis, entah apa yang aku rasakan saat ini.
Harusnya hari libur seperti ini diisi bersama sahabat-sahabat, tapi itu ga bisa
aku lakuin Karena aku ga punya seorang sahabat pun, jangan kan sahabat teman
aja mungkin aku ga punya. aku tertawa getir. Mana ada orang yang mau jadi teman
cewek aneh sepertiku ujarku dalam hati.
“Cla. Kak mau ke mall ni. Mau
jalan bareng teman-teman. Mau nitip sesuatu ga?”Tanya Nia, kakakku. Aku terdiam
sambil menatap kakakku, ada sebersit perasaan iri padanya.. ‘Cantik’pikirku.
“hey. Kok malah bengong gitu. Mau nitip ga? Kak da telat nih”ujar kak Nia
membuyarkan lamunanku.
“ga deh kak”, kak Nia segera berlalu meninggalkanku. enak banget ya jadi
kak Nia. Udah cantik, pintar, supel, gaul lagi dan pastinya kak Nia punya
banyak sahabat dan teman. Pasti menyenangkan mempunyai sahabat. Bisa saling
berbagi cerita, berbagi keluh kesah dan berbagi banyak hal lainnya. Kapan ya
aku punya sahabat? Aku pengen punya sahabat! Sahabat yang ngerti aku. Sahabat
yang selalu ada dikala ku suka dan duka sahabat yang selalu mengigatkanku pada
kebenaran cerocos hatiku sambil membayangkan diriku bercanda ria dengan seorang
sahabat. aku meraih diary-ku dari meja belajarku. Ku buka halaman demi halaman
diary yang berisi semua keinginanku termasuk keinginan untuk mempunyai seorang
sahabat. Suatu hari nanti aku pasti punya sahabat!. Ku rebahkan tubuh kurus ini
ketempat tidur, ku pandangi langit-langit kamarku yang mungil, berbagai pernyataan
dan pertanyaan berkelabat dalam memori otakku. Oh Tuhan, aku bener-bener
merindukan seorang sahabat, kirimkan lah seorang sahabat untukku. Aku ingin
merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang sahabat walau hanya sebentar.
Secercah tetesan bening jatuh dari kelopak mataku, ga bisa ku bendung lagi.
***
Ku pandangi hujan yang turun dari
jendela kamarku. Hujan itu turun begitu anggun seperti pantulan manik-manik.
Aku suka hujan. Saat hujan aku bisa menangis sepuasnya dan berteriak sesukaku
tanpa takut kedengaran oleh orang-orang. Aku suka suasana hujan yang begitu
kontemplatif. Hari ini hari terakhir liburan, aku ga ingin menyianyiakannya,
nanti setelah hujan reda aku ingin ke taman kota melihat suasana setelah hujan.
Pasti sangat mengasikkan pikirku. Ku raih jaket dari lemari pakainku. Hujan
kali ini membuat tubuh kurusku kedinginan, ku rapatkan jaket itu. Aku kembali
menatap hujan. Sungguh indah, Terimakasih ya Allah. Berkat-Mu aku bisa ngelihat
hujan. Hujan sudah mulai reda, aku segera berlari keluar rumah dengan cepat,
tak ku hiraukan panggilan ibu yang keheranan melihat tingkah aneh ku. Ku
percepat langkahku menuju taman yang tidak jauh dari rumahku. Aku ingin
cepat-cepat duduk dibangku kesayanganku pada taman itu. Aku ingin merasakan
hawa dingin ditaman itu. Sesampainya ditaman, ku hempaskan pantatku pada kursi
taman itu, tak ku hiraukan rasa sakit di pantatku. Aku tersenyum sambil
menyandarkan tubuhku pada kursi itu. Mataku mulai bergerilya menatap
pemandangan taman disekelilingku. Tanpa sengaja mataku tertuju pada seorang
cewek yang tengah menangis dikursi taman paling pojok. Aku menghampiri cewek
itu, aku merasa ga tega melihatnya seperti itu.
“kamu kenapa?”Tanyaku, cewek itu
seperti terkejut melihat kehadiran orang yang tak dikenalnya secara tiba-tiba.
Buru-buru ia menyeka air mata yang membasahi pipi putihnya. Lalu ia menggeleng
sambil tersenyum.
“aku ga kenapa-napa”desahnya
pelan. Aku duduk disampingnya. Aku menatapnya dalam-dalam. Ia cantik! Tubuhnya
sempurna, tapi kenapa dia nangis sesegukan kaya tadi tanyaku tak mengerti.
“kenapa? Ada yang salah dengan
aku?”tanyanya, sepertinya ia merasa kalau aku memperhatikannya.
“eh, ga kok. O ya, nama kamu
siapa?”
“Jelita. Ya udah, aku pergi dulu
ya? Udah dicari bunda kayanya”ujarnya sambil berlalu meninggalkanku.
“yah. Hati-hati ya. O ya nama aku
Clana. Panggil aja Cla”teriakku tanpa malu-malu, Jelita tersenyum sambil
mengangguk, ia kembali berlalu meninggalkanku. Aku duduk sambil tersenyum
pahit. Kira-kira cewek itu kenapa ya? Tanyaku. Sempat terpikir olehku hal yang
tidak-tidak tentang cewek cantik bernama Jelita itu, tapi pikiran itu
cepat-cepat ku tepis. Aku kembali menatap sekelilingku. Rasa lapar mengahantui
perutku. Ku elus-elus perutku yang tengah berontak meminta jatahnya.
“sabar ya perutku sayang. Entar
lagi aku bakal ngasih kamu makanan kesukaanmu. Jangan berontak kaya gitu
ya?”ujarku pada diriku sendiri. Uuhh, aku bener-bener mirip orang gila kan?. Ku
tatap kesekelilingku, mataku dengan jenaka mencari-cari sesosok tubuh gendut
dengan gerobak baksonya.
***
Ku masuki gerbang SMA 1234. yah,
ini sekolahku. Sekolah yang menyimpan banyak kenangan disini, terutama kenangan
menyedihkan yang terjadi dalam hidupku. Aku menghela nafas. Berat. Itu lah yang
aku rasakan saat ini. Andai aku punya sahabat, mungkin aku bisa membagi sedikit
beban berat ini padanya. Beban berat yang selama ini telah aku lalui hampir
setahun penuh disekolah ini tanpa seorang sahabat yang menemani atau pun
memberi semangat.
“hai Cla”, aku menatap cewek yang
menyapaku itu dengan agak terkejut.
“he eh. Jelita? Kamu ngapain
disini?”Tanyaku sambil tersenyum menatap Jelita, Jelita membalas senyum ku
dengan sangat manis.
“ya sekolah dong. Mulai hari ini aku resmi bersekolah disini. Hhmm.
Kayanya kita sekelas deh. Kamu X.3 kan?”Tanya Jelita, aku mengangguk
mengiyakan. Tiba-tiba Jelita mengandeng tangan ku.
“ya udah,
langsung kekelas aja yuk”ajaknya. Aku mengikuti saja ajakan cewek cantik itu.
Setiba dikelas, Jelita meletakkan tasnya disamping tas ku.
“aku duduk disini aja
yah”pintanya, aku menggangguk dengan senang. Gimana ga senang coba? Dulu
sebelum dia datang, bangku disampingku selalu kosong. Ga ada yang pernah ingin
duduk sebangku denganku, aku ga tau alasannya mengapa. Mereka selalu
mengasingkanku. Entah apa salahku pada mereka. Aku tersenyum sembari duduk
dismping Jelita. Mulai hari ini aku punya teman sebangku dan semoga Jelita
tidak terpengaruh hasutan teman sekelasku untuk menjauhiku.
“eh, kamu Jelita
anak baru itu kan? Kok mau sih duduk disini bareng cewek aneh ini? Duduk
didepan aja yuk?”ajak Kesya, teman sekelasku yang sangat anti padaku. Aku
menundukkan kepala, takut menatap matanya yang seperti ingin menelan ku
hidup-hidup. Hatiku sangat berharap agar Jelita tidak terpengaruh pada Kesya.
Jelita menolak dengan senyuman manisnya, senyuman yang dapat membuat hati para
lelaki yang melihatnya bergetar. Aku merasa lega sekali ternyata Jelita lebih
memilih duduk didekatku. Kesya berlalu dengan menatapku sinis, tapi aku
membalasnya dengan senyuman.
“thanks ya da mau duduk
didekatku”ujar ku tulus. Jelita tersenyum sambil menggenggam tanganku.
“ga usah berterimakasih kaya gitu
ah. Kamu kok diam aja sih diperlakukan ga adil kaya gitu? Itu namanya udah
melanggar hak azasi manusia. Kamu harus ngebela diri dong, jangan mau
ditindas”, aku hanya bisa berdiam diri sambil tersenyum getir. Perkataan Jelita
ku benarkan juga didalam hati, tapi mau gimana lagi? Aku memang ga bisa berbuat
apa-apa. Aku terlalu pengecut untuk hal seperti itu.
***
Sudah hampir 2 bulan ini aku dekat
dengan Jelita. Berbagai kegiatan kami lakukan bersama. Suka dan duka kami
lewati bersama. Aku sangat senang. Kini aku sudah bisa merasakan bagaimana
rasanya memiliki seorang sahabat. Jelita seperti seorang bidadari yang datang
secara tiba-tiba dalam hidupku dan menemaniku menghadapi semua masalah yang
datang tanpa henti-hentinya. Tapi kadang aku sering cemas ngelihat keadaan
Jelita, kadang tiba-tiba ia pingsan, kadang pula ia tiba-tiba merasakan sakit
di kepalanya. Saat aku Tanya soal penyakitnya, ia hanya tersenyum. Aku tau dia
menyimpan sesuatu dariku.
“Cla. Ikut aku yuk?”ajak Jelita
sambil menarik lengan tanganku saat bel pulang sekolah berbunyi.
“iihh. Pelan-pelan dong. Mang mau
kemana sih?”tanyaku, Jelita ga menjawab. Langkahnya semakin cepat membuat ku
jadi penasaran. Aku menjejeri langkahnya. Jelita memasuki mobilnya diikuti
olehku. Aku semakin ga ngerti dengan jalan pikiran cewek cantik satu ini. Mobil
berjalan menerusuri jalanan kota Pekanbaru.
“mau kemana sih?”tanyaku lagi.
“udah ga usah
banyak nanya. Entar tau sendiri kok”ujarnya lembut. Aku mencoba tersenyum walau
perasaanku mulai semberawut. Aku menghela nafas sambil menatap jalanan
disekelilingku. Sepi, desah hati ku pelan. Aku mulai khawatir. Sepertinya
Jelita membaca gelagat kekhawatiranku, ia tersenyum manis.
“tenang aja, bentar lagi nyampai
kok. Ga usah takut gitu ah”kata Jelita. Lalu mobil itu berhenti didepan sebuah
rumah bercat putih. Aku turun dari mobil Jelita. Mataku menatap kesekeliling.
Aku membaca papan besar bertuliskan ‘yayasan tuna netra’. Aku mendesah. Kirain
mau diajak kemana pikirku. Jelita keluar dari mobilnya sambil tersenyum. Jelita
mengajakku masuk kedalam. Kini aku baru tau kalau keluarga Jelita lah yang
membangun yayasan tuna netra ini. Sungguh mulia hati keluarga Jelita, semoga
Allah membalas kebaikan keluarga Jelita kataku pelan.
“Cla. Kamu lihat kan orang-orang
disekeliling kita ini? Mereka tampak bahagia walaupun memiliki banyak
kekurangan. Kita jauh lebih beruntung dari mereka Cla. Jadi buat apa kita
minder dengan diri kita sendiri? Harusnya kita bersukur! Dan mencoba untuk
berprestasi dengan semua kelebihan yang diberikan Allah untuk kita. Ingat Cla,
ga ada manusia yang sempurna didunia ini”kata Jelita panjang lebar. aku
tertegun, aku merasa terpojok dengan kata-kata Jelita. Bagaimana pun yang
dikatakan Jelita itu benar. Kini aku tau bahwa Jelita mencoba menyadarkanku
karena aku selalu meremehkan hidupku, meremehkan diriku sendiri bahkan
meremehkan kemampuan yang aku miliki. Aku ga tau mau ngomong apa. Bibirku seakan
terkatup dan tak mampu mengeluarkan kata-kata. Secara spontan aku memeluk
Jelita. Kini aku benar-benar sadar akan diriku. Selama ini aku membiarkan orang
lain untuk merusak hidupku, ku biarkan juga orang lain menindasku. Harusnya aku
memberontak, aku juga punya hak yang sama dengan mereka.
“thanks Jelita. Kamu udah nyadarin
aku akan makna sebuah kehidupan. Aku senang bisa kenal dengan orang berhati
baik sepertimu. Sekali lagi makasih”
“udah ga usah lebay gitu. Hmm. Aku
punya sesuatu untukmu., tapi bukanya dirumah aja ya”kata Jelita sambil
memberikan sebuah amplop biru padaku. Aku menatap amplop itu sambil tersenyum.
***
Ku hempaskan pantatku diatas
tempat tidur. Ku raih amplop biru itu dengan seksama. Dengan berlahan ku buka
amplop itu yang ternyata berisi sebuah puisi. Ku baca puisi tersebut.
Sahabat
Apabila kau ingin bersahabat, janganlah karna
kelebihannya,
Karna
mungkin dengan 1 kelemahan, kau akan menjauhinya..
andai
kau bersahabat, janganlah karna kebaikannya,
karna
mungkin dengan 1 keburukan, kau akan membencinya..
andai
kau inginkan sahabat, janganlah karna ilmunya,
karna
apabila dia kurang ilmu, kau akan memfitnahnya..
andai
kau inginkan seorang sahabat, terimalah dia apa adanya,
karna
dia seorang sahabat yang hanya manusia biasa..
jangan diharapkan sempurna, karna kau juga
tidak sempurna,
tiada
yang sempurna didunia ini..
puisi
ini ku dapat dari sebuah situs diinternet, dan aku ingin
memberikannya untuk sahabatku yaitu kamu.
ku
harap kamu menerimanya. Dan maaf karna ku ga bisa
membuat kan mu puisi dari imajinasiku sendiri.
Salam
hangat untuk sahabatku Clana
~
Jelita Aprilia ~
Aku mengusap air mataku yang sudah mengalir
sejak pertama kali membaca puisi tersebut.. Aku bener-bener terharu. Walaupun
puisi itu bukan karya Jelita sendiri tapi aku tetap senang. Aku sangat bahagia.
Hari ini ga akan bisa kulupain dalam hidupku. Banyak pelajaran yang ku dapat
hari ini bersama Jelita. Tapi malam ini perasaanku ga enak. Aku ga tau apa yang
bakal terjadi. Ku harap semuanya baik-baik saja. Ku simpan kertas puisi dari
Jelita. Ku coba memejamkan mata agar semua perasaan ga enak ku hilang.
***
Aku membuka mataku. Cahaya pagi menembus jendela kamarku. Aku menggeliat.
Ku raih HP ku. 1 panggilan tak terjawab dari Jelita pada jam 23.45. tumben, mau
ngapain Jelita nelpon jam segitu ya? Tanyaku pada diriku sendiri. Kubuka sms
yang baru masuk ke HP ku dari kakaknya Jelita yang berisi ‘Cla. Jelita
meninggal karna kanker otak yang dideritanya’. Aku tersentak kaget membacanya.
Tubuhku serasa tidak berada dibumi. Innalillah ucapku lirih. Terjawab sudah
kegelisahanku semalam. Aku merasa pusing, sekelilingku terasa berputar-putar
dengan cepat dan tiba-tiba aku ambruk diatas tempat tidur.
***
Aku menatap gundukan tanah
didepanku. Didalam tanah itu terbaring jasad sahabatku. Tetesan bening jatuh
dari kelopak mataku. Ini semua terasa mimpi ucapku lirih. Jelita, dibalik
tubuhmu nan anggun ternyata kamu menyimpan sebuah penyakit yang mengerikan.
Dulu aku sempat iri padamu, merasa Allah ga adil akan hidupku. Aku iri karna
kamu diciptakan sangat sempurna menurutku. Kamu pintar, cantik, baik dan masih
banyak lagi kelebihan yang kamu miliki, sedangkan aku? Tapi ternyata dibalik
tubuhmu itu tersimpan sebuah penyakit yang aku pun mungkin ga sanggup untuk
menghadapinya. Sekarang baru ku sadari ternyata Allah maha adil. Jelita, aku
sangat bahagia bertemu denganmu walau itu hanya beberapa bulan, kau banyak
mengajarkanku akan arti sebuah kehidupan. Aku ikhlas atas kepergianmu. Karna
Allah kita bertemu karna Allah jua lah kita berpisah. Selamat jalan sahabat,
do’aku akan selalu menyertaimu.
The end
Gimana? masih
amatir banget, jadi harap dimaklumi. Hehe. ;D no copas-copas dan hargai
kreatifitas anak bangsa! Ini karyaku, mana karyamu? ;p
http://madanma.wordpress.com/2010/03/05/arti-sahabat-di-mata-saya/
0 komentar: