Cerpen : Menggapai cahaya
Haaay,
Assalamua’laikum. Hay haaay ;D kali ini aku pengen ngepost cerpen karya aku.
udah lama aku buatnya, tapi nggak ada salahnya juga kan aku post. oh ya, cerpen ini pernah aku ikutin lomba yang diadain majalah AKSI MAN 2 Model Pekanbaru. Jadi juara III, Alhamdulillah. Hihi. Okeh,
lest check this out :
Cerpen : Menggapai cahaya
Wanita sholehah bak mutiara didasar laut. Tak selalu putih terkadang
terbungkus lumut. Didalam cangkangnya ia senang berada, menjaga diri dan tak
mudah digoda.
Gadis itu masih terpaku menatap
barisan deret indah di Qur’annya. Bibir mungilnya melafazkan ayat-ayat
Al-Qur’an. Aku menunggunya dengan setengah bête, sedangkan disampingku Airin
malah asik mendengarkan lagu dari Hp-nya lewat heandset. Sesekali mataku melirik jam tangan biru dipergelangan
kiriku. “Kalau bukan karna kita satu kelompok sejarah dengan dia, aku juga
malas kerumah dia.” Bisik Airin tepat ditelingaku. Aku mengangguk setuju, walau
sebenarnya aku sangat ingin mengenalnya. Entah kenapa aku begitu penasaran
dengan sosok gadis itu. Dia gadis cantik yang memiliki wajah cahaya. Itu menurutku.
Gadis itu bernama Shifa. Shifa Zahra
Althafunnisa. Nama yang bagus menurutku. Wajahnya putih bersih dengan bola mata
yang coklat terang dipadu dengan alis yang tebal. Bibirnya tipis dengan hidung
mancung. Shifa menyudahi bacaan Qur’annya sembari menatap kearah aku dan Airin.
Jilbab panjangnya berkibar tertiup angin. “Sorry ya lama nunggu. Aku buatin
minum dulu.” Ucap Shifa sembari berjalan menuju dapur rumahnya.
“Bete! Lama-lama bisa mati gaya aku
disini. Gadis freak!” Dengus Airin sambil
merapikan seragam putih abu-abunya. Roknya yang 5 cm diatas lutut tampak
sedikit kusut akibat tiduran dikasur Shifa.
Airin menjepitkan pita pink dirambutnya yang tergerai indah. “Aduh Rin,
kamu dari tadi ngomel mulu. Sabar deh!”
Mataku bergerilya menatap isi kamar
Shifa yang tertata rapi. Berbagai macam piala dan piagam tersusun didalam 2
buah rak besar yang terletak disudut kamar yang berdekatan dengan balkon. Aku
berjalan mendekati rak piala itu. Menatapnya dengan tatapan kagum. “Keren!
Menyabet berbagai macam juara olimpiade yang nasional maupun internasional.”
Kataku lirih. selirih hembusan angin yang bermain lembut diwajahku. Airin seolah acuh tak acuh dengan
perkataanku.
Shifa datang dengan setoples makanan
dan 3 gelas juice Alpukat. Gadis yang setia mengenakan manset ditangannya itu
mempersilahkan kami mencicipi makanan yang dibawanya. Dengan cepat Shifa
menghidupkan laptopnya. Aku meraih juice Alpukatku dan menyeruputnya pelan,
begitu juga dengan Airin.
“Kalau tema presentasi kita yang ini aja gimana?” Tanya Shifa sambil
menunjukkan sesuatu dari laptopnya. Aku menatap sekilas sembari mengangguk
setuju. “Terserah.” Kata Airin sambil meraih sebuah biscuit dari toples
makanan.
Jari-jari Shifa bermain-main indah diatas keyboard laptopnya. Matanya jeli menatap laptop. Airin malah asik
bermain dengan Hp-nya. “Shif. Kamu cantik tau. Pintar lagi. Kalau pakain kamu
nggak jadul kaya gini, jamin deh semua cowok bakal bertekuk lutut kepadamu.”
Aku menggaruk bagian kepalaku yang tidak gatal. Shifa tersenyum mendengar
perkataanku sembari menatapku sekilas.
“Tak penting bagiku cantik dimata manusia, namun sungguh aku sangat
ingin cantik dimata Allah.”
Aku tertegun mendengar perkataan
Shifa. Rasa tertarik muncul dibenakku. “Emangnya kenapa sih kamu berjilbab
begitu. Nggak panas gitu?”
“Lebih panas api neraka. Kafta,
berjilbab itu wajib. Kalau wajib tak dikerjakan artinya dosa. Aku tak ingin
pahala yang aku dapatkan selama hidupku seperti ember bocor hanya karna aku
tidak berjilbab. Dengan jilbab juga
membuatku berpikir ulang untuk melakukan hal-hal yang tak baik dan membantuku
lebih banyak mengingat akhirat” Perkataan Shifa barusan seakan menamparku. Aku
terdiam.
“Tapi kan dengan berpakain seperti
pakain kamu ini mana ada cowok yang tertarik.” Kali ini suara Airin. Tampaknya
Airin juga sama tertariknya denganku. “Sekarang sama sekali aku nggak berniat
punya pacar. Rin, jodoh itu udah tertulis di lauhul mahfuz dan Allah berjanji
bahwa laki-laki yang baik hanya buat perempuan yang baik juga. Dengan pakain
ini aku ngerasa terjaga. aku ingin menjadi ‘barang di etalase’ yang mahal.
Bukan barang yang di jalanan yang bebas di sentuh siapa saja.” Jelas Shifa
panjang lebar.
Airin terdiam sembari menatap
pakainnya. Aku menghela nafas pelan. Bayangan wajah Bian, pacarku menari-nari
indah dimemori otakku. Apa yang selama ini telah aku lakukan bersama Bian dan
sederet mantan pacarku yang lain? Tiba-tiba aku sangat ingin menangis. “Eh,
maaf. Aku nggak maksud apa-apa.” Shifa menatap kami dengan perasaan bersalah.
“Enggak
kok. Kami malah senang ngedengarnya. Terus apa lagi?” Tanyaku sembari
tersenyum. “Dengan jilbab, laki-laki
akan menghargainya dan tidak melihatnya hanya dengan objek sex belaka. Seorang
ahli matematika Muslim ditanya tentang
wanita sholehah. Beliau menjawab dalam versi ilmu matematika. Jika
wanita sholehah dan beragama = 1, jika dia cantik, tambah 0 dibelakang 1 = 10,
jika dia kaya, tambah lagi 0 = 100, dan jika wanita itu dari keluarga
baik-baik, tambah lagi 0 = 1000. Tapi jika yang ‘1’ tiada, maka tidak ada yang
tersisa pada wanita tersebut kecuali sekelompok 0.”
Aku
menghela nafas pelan. “Wanita sholehah bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang
mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya. Wanita
sholehah bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan, tetapi
dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu. Wanita sholehah tidak dilihat dari
seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering
dibicarakan mulutnya. Wanita sholehah bukan dilihat dari keahliannya berbahasa,
tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara. Wanita sholehah bukan dilihat
dari keberaniannya dalam berpakaian, tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani
mempertaruhkan kehormatannya.” Lanjut Shifa.
***
Aku
meringkuk sembari memeluk lutut. Pandanganku tertuju pada dinding kamarku. Aku
menangis. Menangis untuk semuanya. Entah mengapa perkataan Shifa tadi siang
mampu menohokku. Badanku gemetaran. Kemana aku selama ini? Kenapa aku terlalu
terlena dengan indahnya dunia yang hanya sementara?
“Kecantikan wanita itu terpencar dari
caranya melihat kehidupan dan berdiri pada prinsip yang sering bertolak
belakang dengan prinsip dunia.”
Kata-kata
Shifa itu masih terngiang-ngiang ditelingaku. Shifa, tunggu aku besok di mesjid. Aku ingin sepertimu. Aku ingin
memiliki wajah bercahaya sepertimu.
Ajari aku menggapai cahaya. Bisikku
didalam hati.
The end
Gimana? masih
amatir banget, jadi harap dimaklumi. Hehe. ;D no copas-copas dan hargai
kreatifitas anak bangsa! Ini karyaku, mana karyamu? ;p
link gambar :
http://armendasyifa.wordpress.com/2011/11/17/ahsanu-amala/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapushaha, makasih ya kak ;D
Hapussemangat kak! ini juga masih belajar ;D mari belajar bareng-bareng :)
Ayo ayo, kirim cerpen ke majalah. keren kok cerpennya. >.<
BalasHapusSalam kenal yah
kemajalah mana kak? kurang ngerti cara ngirim ke majalah. hehe.
Hapusmakasih kak ;D
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmakasiih, mari sama-sama memperbaiki diri ;D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmakasiih kak ;D
Hapussering-sering mampir yaa ;)
nice :) aku selalu percaya kalau cantik itu memang asalnya dari dalam, dari hati :)
BalasHapuswaaaah, ada kak indi. penulis favorit aku ;D
Hapusmakasiih kak :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussemangat pati leek ;)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusOh iyaa, makasih udah ingetin =D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAhaaa, makasiih yaa =)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAlhamdulillah kalau nginsfirasi =) Pertahankan jilbabnya yaa. Iya, pasti semangat terus buat nulis. Hehe.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusCewek berjilbab emang bagus yakan Fif? =) ah bener nggak kepanasan pake kupluk jaket baju lapis tiga celana panjang?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusEntar aku jabarin di cerpennya yah kak Nen =D makasiih. Jadi apa kak?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSuka banget! iyaa, makasii ya. Kamu juga semangat =D
Hapuswah ini aku berasa baca cerpennya anak-anak FLP (Forum Lingkar Pena). anak2 FLP kan khas cerpennya kayak gini, suasana yg di gambarkan juga kayak gini.
BalasHapusudah bagus ini mut, coba kamu kembangin lagi konfliknya dan tambah ceritanya, minimal 3 halaman. terus kamu kirim ke ke riau pos. mayan kan dapet honor dan dapet nama :)
nanti alamat email dan syaratnya hubungi aku aja. kan keren kalo ada blogger pekanbaru yg cerpennya nongol di Riau pos :)
Berarti aku cocok jadi anak FLP ya kak? Aaa, iya. Dicoba deh kak. Makasii kakak ({})
Hapuswah, cerpen religi yang penuh makna yaa..ada selipan informasi atau dakwah juga...bagus kok..:D
BalasHapusMakasiih kak Mey :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAlhamdulillah kalau pesannya juga nyampe :D
Hapusiyaaa, makasii :)