[cerpen] about love
Haaay, Assalamua’laikum. Aku lagi pengen ngepost
cerpen gaje nih. Iseng-iseng baru buat tadi. Oke langsung aja, lets check this
out :
[cerpen]
about love
Cinta
adalah sebuah perasaan yang datang tanpa diketahui sebabnya. Cinta datang tanpa
sebuah alasan, kalau cinta membutuhkan alasan dan disaat alasan itu hilang,
maka cinta itu juga akan hilang bersama alasan itu.
Nika menjulurkan tangannya. Membiarkan tangan putih
gadis itu terulur dibawah rintikan hujan. Gadis itu terdiam beberapa saat dan
detik berikutnya menghela nafas berat. Nika menengadahkan kepalanya menatap
langit. Menatap hujan-hujan yang kadang menurutnya mampu menetramkan.
“Hooi! Ngelamun. Kesambet baru tau.” Kafta
menyenggol lengan Nika sehingga gadis itu menampilkan ekspresi kaget. Bibir gadis
bernama lengkap Anika Talitha Azalia itu mengerucut pelan.
“Kamu datang dan dengan sukses menghancurkan semua
lamunan aku.” Nika mendengus pelan, diikuti tawa berirama dari bibir merah muda
Kafta. Kafta menatap sahabatnya itu. Mencoba menelisik apa yang ada didalam
pikiran seorang Anika.
“Masih memikirkannya?” Nika menoleh menatap wajah
Kafta. Suasana kampus semakin sunyi. Hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan
aktifitasnya masing-masing. “Masih memikirkannya ya?” Kafta mengulangi
pertanyaannya.
“Acha kemana? Udah pulang dia?” Nika memutar arah
pembicaraan. Gadis itu menanyakan salah satu sahabat terdekat mereka. Ya,
mereka memang selalu bertiga. “Kenapa mengalihkan pembicaraan?”
“Kenapa harus membicarakan soal dia?” tanya Nika.
Kafta menghela nafas sembari mencoba memahami sedikit perasaan Nika. “Oke,
mungkin kamu pengen sendiri. Aku pulang dulu. Kalau udah siap untuk cerita,
ceritalah ke aku dan Acha.” Kafta berjalan meninggalkan Nika seorang diri.
Nika menatap kepergian Kafta. Merasa sedikit
bersalah. “Kafta.” Panggil Nika pelan, namun tetap bisa didengar oleh seorang
Kaftania Al Gazi. Kafta menoleh kebelakang, lalu mengembangkan senyumnya. “Ya?”
tanya Kafta.
“Makasih.” Hanya satu kata itu yang mampu terucap
dari bibir Nika. Kafta mengangguk pelan dan detik berikutnya kembali berjalan
meninggalkan Nika sendiri. Nika kembali menatapa kepergian Kafta, sahabat yang
baru dikenalnya kurang lebih empat bulan ini.
Entah kedekatan seperti apa yang mampu mendekatkan
dirinya dengan Kafta dan Acha. Bagi Nika, Kafta dan Acha adalah orang yang
benar-benar mampu mengerti dirinya. Untuk keberapa kalinya Nika menghela nafas
dan kembali menatap hujan.
Bayangan seorang laki-laki berperawakan ganteng
muncul dibenak Nika. Sebuah rasa yang aneh bergemuruh lebat didalam hatinya.
Namanya
Rahel Raditya. Teman-temannya memanggilnya Radit. Aku nggak tau kenapa bayangan
dia tiba-tiba muncul dibenakku. Dia menyedot semua perhatian dipikiranku. Awalnya
aku sama sekali nggak tau kalau dia teman satu les Bahasa Inggrishku. Sama sekali
aku tak mengenalnya sedikitpun!
Nika menopang dagunya dengan tangan kirinya. Mata gadis
itu masih asik memandangi butiran-butiran air hujan yang turun dengan begitu
anggunnya. Nika kembali melanjutkan rangkain demi rangkain kalimat yang tertera
dalam benaknya.
Pertama
kalinya aku ngelihat dia, saat dia bersama teman-temannya. Aku melihat wajahnya
dengan jelas dan tiba-tiba aku ngerasa sepertinya wajah dia itu familiar. Menatapnya tanpa rasa
apa-apa. Entah karna keberuntungan apa ditempat les bahasa inggrish saat ada
tugas sekelompok, aku sekelompok dengan dia.
Semenjak
kami sekelompok itu, entah kenapa ada kedekatan diantara kami. Aku ngerasa
bahwa dia adalah cowok terbaik yang pernah aku temui dalam hidupku.
“Nika?” Sebuah suara dengan aroma parfum maskulin
menghentikan setiap kata dalam paragraf yang bermain indah dibenak Nika. Gadis itu
tertegun saat melihat sisumber suara. Dia. Yah, dia yang baru saja bermain
indah dibenak Nika.
“Radit?” Nika buru-buru merapikan duduknya. Lagi-lagi
debaran jantung yang tak normal dirasakan oleh Nika. Radit mengambil tempat
duduk disamping Nika, membuat Nika semakin tak karuan.
“Kenapa belum pulang?” tanya Radit. Nika hanya bisa
terdiam. Saat berada sedekat ini didekat Radit, ia tidak tau harus seperti apa
dan harus mengatakan apa. Selalu begitu dan hal ini begitu tidak nyaman buat
Nika.
“Kamu benci ya sama aku?” Lagi-lagi suara Radit
memecahkan keheningan diantara mereka. Nika menoleh menatap wajah Radit. Mencoba
memberanikan menatap mata cowok beralis tebal itu. Nika menggeleng pelan.
“Kalau nggak benci kenapa selalu menjauh dan jadi
pendiam banget didepan aku?” Lagi-lagi Radit yang mendominasi pembicaraan. Karna aku sangat mencintaimu. Batin Nika.
Ya, hanya didalam batin. Karna nyatanya Nika tetep saja tak berbicara.
“Tuh kan diam terus.”
“Nggak kok. Nika nggak benci Radit.” Jawaban pertama
yang bisa keluar dari mulut Nika. Gadis itu memain-mainkan ujung bajunya,
menandakan ia tengah salah tingka. Radit tersenyum menatap Nika.
“Mau nggak Nika jadi sahabat aku?” tanya Radit. Nika
menelan ludah. Sahabat? Tak bisa
lebihkah. “Berjanjilah untuk selalu menjadi sahabat aku ya Nika?” Radit
menjulurkan jari kelingkingnya. Mau tak mau, Nika menautkan jari kelingkingnya
dengan jari kelingking Radit.
“Nika janji.” Sedikit terpaksa Nika mengucapkannya. Radit
tersenyum pelan. Ya, hubungan ini akan
selalu hanya sebatas sahabat. Aku bahagia? Tidak! Tapi setidaknya sampai nanti
aku bisa terus dekat dengan dia.
Nika mencoba tersenyum. Mungkin ini yang terbaik.
The
end
27 januari 2014. 20.57 WIB
kejebak friendzone dah tuh. hahaha
BalasHapusbagus cerpennya. tetap dikembangkan ya :)
makasi kak :)
HapusCerita yang manis, Kak.
BalasHapusCinta memang enggak butuh alasan, tapi orang yang butuh alasan untuk tetap merasakan cinta. Dan kedua hal itu beda konteks :)
Kalau berkenan mampir juga di cerpen yang kubuat http://jamtangan1210.blogspot.com/2014/01/kembang-gula.html
Salam kenal, aku warga baru blog dan kancut. Hehe
yap bener :)
Hapusoke :D
Keren ceritanya :D
BalasHapusmakasi :D
HapusCerpennya nyentuh ke hati. Soalnya dulu waktu SMP pernah juga kejebak friendzone. Lumayan nyesek juga.. udah ngarep, tapi ga di tanggep. :)
BalasHapushaha. sabar ya :D
Hapus