Wanita dan Peradaban
Hay,
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya? Sehat? Kali ini aku mau share aja artikel
yang aku ikutin dalam lomba yang diadakan KPP (Kementrian Pemberdaan Perempuan)
UIN SUSKA Riau. Masih ingat kan kalau aku pernah ikut lombanya dan jadi enam
besar? Kalau lupa, bisa baca disini.
Dari pada file
ini Cuma mendem di laptop, mending ada baiknya aku share, kali aja bermanfaat.
Oh ya, tulisan wanita dan peradaban ini bukan maksud mengingatkan siapa-siapa,
tapi lebih buat ngingetin diri aku sendiri. Karna jujur saja, aku masih banyak
khilafnya. Karna sebenarnya seorang penulis itu adalah orang yang berusaha
untuk mengingatkan dirinya sendiri. Oke langsung aja, check this out :
Wanita dan peradaban
Wanita
sholehah bak mutiara didasar laut, tak selalu putih terkadang terbungkus lumut.
Didalam cangkangnya ia senang berada. Menjaga diri dan tak mudah digoda.
Mungkin kau harus menyelam untuk mendapatkannya, nanti kau akan tau seberharga
apa ia setelah mendapatkannya.
Masih ingatkah dengan nama Khadijah?
Dengan ketangguhannya membantu Rasulullah membangun islam? Wanita pertama yang
percaya tentang wahyu yang disampaikan Rasulullah. Atau masih ingatkah dengan
Fatimah? Putri bungsu Rasulullah yang rela hidup sederhana. Yang sangat
berbakti kepada suaminya. Atau Aisyah? Si cerdas yang juga banyak bersumbangsih
terhadap perkembangan islam. Atau Muthi’ah? Masyithah? Nusaibah? Dan
wanita-wanita dizaman dulu yang punya banyak sumangsih dalam kejayaan islam.
Apakah nama-nama mereka sudah kita
lupakan? Semudah itukah kita melupakan nama-nama wanita tangguh pembangun
peradaban itu? Oh atau mungkin kita terlalu terlena dengan nama
perempuan-perempuan Barat yang dengan keseksian dan kecantikannya mampu
menyedot perhatian? Padahal perempuan-perempuan Barat itu secara tidak langsung
telah menghancurkan peradaban.
Ah ngomongin soal wanita memang tak
pernah ada habisnya. Selalu menjadi pembahasan menarik. Ngelihat wanita zaman
sekarang entah kenapa bikin miris. Aurat diumbar dimuka umum, seakan-akan lupa
bahwa kecantikan dan auratnya itu akan dipertanggung jawabkan dihari pembalasan
nanti. Waktu disia-siakan untuk memadu kasih dengan seseorang yang belum halal
baginya, padahal jika saja wanita zaman sekarang mau untuk memfokuskan diri
dalam berkarya, pastilah banyak hal-hal besar yang mampu ia lakukan dan
ciptakan.
Wanita-wanita, seakan lupa bahwa aku
dan dirimu adalah makhluk yang berharga. Bahwa kita berharga. Bukankah juga
sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an? Apakah perkembangan zaman mampu membuat kita
sebagai wanita lupa dan terlena? Menghabiskan waktu muda hanya untuk
kesia-siaan dan akhirnya nanti akan menyesal dikemudian hari? Ataukah dengan
mudahnya kita lupa dengan wanita hebat pembangun peradaban dizaman Rasulullah?
Tidakkah kita mampu belajar pada sosok wanita hebat itu?
Lupakah
kita bahwa ditangan wanitalah perkembangan peradaban ini? Ditangan wanitalah
nasib suatu agama dan negara kedepannya akan seperti apa. Akan dibawa kemana.
Kita sudah familiar bukan dengan kata-kata ‘jika wanitanya rusak, maka rusak
pulalah negaranya’. Wanita itu tonggak negara. Pembawa perubahan dan pastinya
kelak wanita akan menjadi seorang ibu. Ibu yang akan mendidik putra-putrinya
untuk menjadi khalifah dimuka bumi Allah. Ibu yang akan membantu dan
mengantarkan putra-putrinya untuk mengenal Allah. Untuk mengenalkan bahwa
kehidupan dunia ini hanyalah semu dan hari akhir adalah kehidupan yang kekal.
Jika
wanitanya ‘hancur’? Lalu bagaimana ia akan mendidik putra-putrinya? Bagaimana
ia akan mengajarkan hal-hal sesuai rambu-rambu Allah? lalu akan jadi seperti
apa putra-putrinya kelak? Jadi koruptor? Perampok? Atau apa? Makanya wanita
dianjurkan untuk terus belajar berbagai hal, baik itu secara otodidak, maupun
lewat jalur pendidikan. Namun sering sekali kita mendengar ucapan yang bernada
seperti ini : ‘Buat apa wanita sekolah tinggi-tinggi jika nanti ujung-ujungnya
hanya didapur? Hanya mengurus anak-anak?’
Dian
Sastrowardoyo berpendapat bahwa seorang wanita itu entah akan berkarir atau
menjadi ibu rumah tangga, tetap saja ia wajib berpendidikan tinggi. Kenapa?
Karna wanita akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan
anak-anak yang cerdas. Sedangkan menurut pendapat Desiani Yudha, setinggi
apapun pendidikan seorang wanita, karir terbaiknya adalah didalam rumah.
Bayaran termahalnya adalah ridha suami. Prestasi terbaiknya adalah ketika mampu
mencetak anak-anak cerdas.
See?
Pendidikan juga penting bagi seorang wanita, karna pendidikan membantu wanita
untuk menjawab pertanyaan anak-anaknya kelak. Membantu wanita untuk mendidik
anak-anaknya kelak. Al-ummu madrasah al-ula, ibu adalah sekolah pertama bagi
anak-anaknya. Bukankah dari rahim perempuan cerdas akan lahir putra-putri yang
cerdas juga? Pernah mendengar nama Badiuzzaman Said Nurse? Ulama besar dari
Turki yang terkenal dengan kepintarannya dan kelihainnya dalam berdiskusi.
Ulama yang tidah hanya hebat diilmu agama, tapi juga hebat diilmu-ilmu
pengetahuan alam. Ulama yang diberi gelar ‘Badiuzzaman’ yang artinya keajaiban
zaman karna kepintarannya. Ulama yang juga berpengaruh dalam perkembangan islam
di Turki.
Apa
hubungannya Badiuzzaman Said Nurse dengan wanita? Tentu saja ada dan sangat
erat malah! Dibalik kehebatan Said Nurse, ada doa seorang ibu. Ada doa dan
dukungan dari seorang istri. Bukankah dibalik lelaki hebat pasti ada wanita
hebat dibelakangnya? Bukankah dibalik suksesnya dakwah Rasulullah, ada uluran
tangan Khadijah yang membantu? Adanya kepintaran Aisyah yang juga berperan?
Sadarilah
wahai wanita, bahwa kita berada dibelakang ‘laki-laki’ kita. Kita yang akan
membantu mereka. Kita yang akan menghebatkan mereka. Lelaki itu diumpamakan
sebagai layang-layang dan wanitalah benangnya. Layang-layang mampu terbang
tinggi jika didukung dengan benang yang berkualitas baik. Jika tidak,
layang-layang bisa putus terbawa angin entah kemana. Layang-layang membutuhkan
benang untuk dia dapat terbang, tanpa benang layang-layang hanya akan terseret
diatas tanah dan menjadi sampah. Benang yang berkualitas tentu saja berharga
lebih mahal daripada benang biasa. Layang-layang ingin selalu terbang tinggi dan
setinggi apapun ia terbang, layang-layang itu akan tetap kembali pada benang
yang mengikatnya.
Jadilah
benang yang berkualitas. Maka untuk saat ini, bersabarlah dan terus perbaiki
diri. Upgrade diri menjadi lebih baik. Terus berkarya! Jangan terlena pada
dunia, karna dunia hanya sementara. Kecantikan wanita itu terpencar dari
caranya melihat kehidupan dan berdiri pada prinsip yang sering bertolak
belakang dengan prinsip dunia. Syeikh Al Khawarizmi adalah seorang ahli
matematika muslim. Beliau ditanya tentang wanita sholehah, lalu beliau menjawab
dalam versi ilmu matematika : jika wanita solehah dan beragama = 1. Jika dia cantik, tambah 0 dibelakang 1 = 10.
Jika dia kaya, tambah lagi 0 = 100.
Dan jika dia dari keluarga baik-baik, tambah lagi 0 =
1000. Tetapi jika yang ’1′ tiada. Maka, tiada apa yang tersisa pada wanita tersebut
kecuali sekelompok ’0′.
1000. Tetapi jika yang ’1′ tiada. Maka, tiada apa yang tersisa pada wanita tersebut
kecuali sekelompok ’0′.
Hay
wanita! Pilih cantikmu. Pilih akan dibawa kemana jalan hidupmu. Pilih akan
seperti apa kamu memaknai waktu, apakah akan diisi dengan hal-hal yang
bermanfaat atau malah sebaliknya. Yang harus diingat, apapun yang dipilih akan
dipertanggung jawabkan dihari pembalasan nanti. Isilah waktu mudamu untuk
berkarya, karna karya itu seperti candu. Iya candu! Mungkin diawal proses
pembuatannya akan sangat melelahkan, tapi saat karya itu telah jadi, pasti kita
akan ingin membuatnya lagi dan lagi.
Kau digelar sebagai
penyeri dunia. Hadirmu melengkapi hubungan manusia. Bukan saja dirindui yang
biasa, malah Adam turut sunyi tanpa hawa. Akalmu senipis bilahan rambut,
tebalkanlah ia dengan limpahan ilmu. Jua hatimu bak kaca yang rapuh, kuatkanlah
ia dengan iman yang teguh. Tercipta engkau dari rusuk lelaki, bukan dari kaki
untuk dialasi. Bukan dari kepala untuk dijunjung, tapi dekat dibahu untuk
dikasihi. Engkaulah wanita hiasan duniawi.
(wanita-Dehearty)
Wahai
wanita, ayo sama-sama kita memperbaiki diri. Mengoptimalkan waktu dan
menghasilkan karya. Karya dalam bidang apapun, karna hidup terlalu sia-sia
tanpa karya. Semangat perubahan! Tulisan ini bukan untuk menggurui siapa-siapa,
tapi lebih mengingatkan diri sendiri. Karna yang menulispun tak lebih baik dari
yang membaca.
*@muthiiihauraa*
Gimana?
Gimana? Iya sih masih banyak kurangnya. Masih banyak yang harus diperbaiki. Sekali
lagi artikel itu buat ngingetin diri aku sendiri. Oke deh, itu dulu. See you at
the top! Salam sayang, @muthiiihauraa
8
Agustus 2015. 21.10 WIB.
0 komentar: