#MondayClass : Mengenal Penulisan Feature
Haaai,Assalamua’laikum. Gimana kabarnya? Sehat? Akhir-akhir ini rasanya mood naik
turun,nggak tau kenapa. Trus juga suka banget ngabisin waktu untuk hal-hal yang
nggak guna. Aduh Mut, kapan mimpinya
bakal terwujud kalau kaya gini terus? Kalau tanpa action. Iya, aku udah
sering ngingetin diri sendiri untuk kembali memulai, tapi apalah daya, rasa
malas ini malah semakin menjadi-jadi.
Banyak
sebenarnya yang pengen diceritain, tapi kayanya aku nggak bisa cerita banyak
lagi sama kamu my blog, harus ada batasan, karna ini dunia maya ;)) Liburan semester ini nggak
kaya liburan, sering banget keluar rumah dan bolak-balik kampus buat ngurusin
segala urusan kampus dan urusan liputan. Lelah? Pasti, tapi semoga apa yang aku
lelah-lelahkan saat ini berdampak bagus dikemudian hari. Amin!
Duh
kebanyakan curhat ya? Haha! Nah kali ini balik lagi ke edisi #MondayClass yang
selalu terlambat di posting. Maafin! Lagi-lagi bukan kesengajaan, tapi
kemalasan -__- Yang belum tau apa itu
#MondayClass, bisa dibaca disini. Iya, jadi #MondayClass
itu adalah sejenis entry yang terbit setiap hari Senin dengan isi postingan
seputar Jurnalistik/Broadcasting. Kebetulan aku berkecimpung dikedua bidang
itu, walau masih dalam tahap belajar.
Kali
ini aku pengen bahas tentang feature sepengetahuan aku aja. Kalau semisal ada
kesalahan dari apa yang aku sampaikan, boleh banget lho ditegur. Aku juga masih
belajar dalam penulisan feature ini. Di kelas yang diadain Gagasan dan pas
PKJTLN yang lalu, sering banget ngebahas masalah feature.
Feature
pertama kali diperkenalkan oleh Time,
karna saat itu majalah Time
menghindar dari penulisan bergaya piramida terbalik (straight news). Sedangkan
di Indonesia, salah satu pelopor feature itu adalah Goenawan Mohammad. Kalau di
straight news hanya membahas 5 W + 1 H secara simple, sedangkan di feature
lebih mendalam. 5 W + 1 H-nya dibuat berbetuk satu cerita yang utuh yang tentu
saja berdasakan fakta, bukan opini.
Oh
ya, feature adalah berita yang ditulis secara kreatif, kadang-kadang subyektif,
dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau
aspek kehidupan. (Sumber : Materi PKJTLN oleh Surya Mahendra selaku Redaktur
Regional Bisnis Indonesia)
Didalam
feature, tidak sekedar menerangkan who itu sebagai siapa, tapi juga menerangkan
karakter-karakter tokoh-tokoh narasumbernya dengan akurat, rinci, dan kuat.
What tidak saja disampaikan tentang apa yang dilakukan narasumber, tapi menjadi
sebuah alur/plot dalam sebuah cerita yang runtut. Where tidak hanya dijadikan
sebagai lokasi/tempat wawancara/tempat kejadian perkara, tapi merupakan
setting, lengkap dengan semua background, baik panggung teater yang penuh
narasi.
When
tidak hanya menjadi waktu yang menunjukkan hari/tanggal/jam, melainkan sebuah
kronologi yang bisa digambarkan secara runut. Why tidak hanya mengapa dalam
arti singkat, namun harus menjadi motif yang bisa liar dan tidak sederhana. How
dikembangkan menjadi sebuah narasi yang lengkap. Ada emosi, hasrat, harapan
dari narasumber. (Sumber : Duanu yang terancam punah-Penerbit Yayasan Sagang
Pekanbaru Oktober 2013)
Setau
yang aku pelajari, membuat feature itu sebenarnya mengasikkan. Banyak sekali
rubric-rubrik dimajalah, apalagi di majalah LPM Gagasan yang gaya penulisannya
menggunakan gaya penulisan feature. Tapi dalam penulisannya juga harus
hati-hati, jangan sampai mencampurkan opini dengan fakta. Ingat lho, apa yang
ditulis oleh wartawan adalah ‘kehidupan’ bagi orang lain. Karna pemberitaan
seorang wartawan akan berdampak kepada kehidupan yang akan dijalani seseorang
itu kedepannya.
Nah
masalahnya, terkadang aku kalau nulis feature itu kata pimum LPM Gagasan, masih
sering mencampur adukkan fakta dengan opini. Aku nulis seakan-akan beropini,
padahal aku sudah sebisa mungkin untuk nggak masuin opini kedalam tulisan
tersebut. -__- Ya ya ya, aku mang masih harus banyak belajar.
Didalam
sebuah feature, hal-hal kecil pun berguna untuk tulisan. Suasana sekitar
narasumber juga penting untuk dideskripsikan. Pokoknya hal-hal rinci itu
penting. Feature memiliki beberapa unsure, yakni : kreativitas, Kreativitas memungkinkan seorang reporter
‘menciptakan’ sebuah cerita. Subjektivitas,
penulis dapat memasukkan emosi narasumber kedalam tulisan.
Inside story,
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan
yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita. Awet, tulisan tidak mudah basi. Panjang, bisa ditulis sepanjang mungkin selama masih menarik.
Selain unsure-unsur itu, feature juga memiliki struktur berupa : lead,
focus-deskripsi-anekdot-data-dialog, penutup. (Sumber : Materi PKJTLN oleh
Surya Mahendra selaku Redaktur Regional Bisnis Indonesia)
Dalam
menulis feature, juga harus berimbang, sama seperti halnya dalam menulis berita
lainnya. Tidak boleh dalam feature adanya keterpihakan¸ hal ini juga sudah
dijelaskan didalam kode etik jurnalistik pasal 1 yakni ‘wartawan Indonesia
bersikap independent, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beritikad buruk’.
Bentuk
feature itu segitiga berkaki yang isinya berupa ‘Penting-Kurang penting-sangat
penting’. Sedangkan jika menulis feature tentang human interest, maka akan
lebih bagusnya ada narasumber lain yang benar-benar mengenal si tokoh yang kita
tulis itu. Tujuannya untuk memperkuat isi tulisan.
Ini
feature singkat yang aku tulis tapi belum selesai pas PKJTLN Ganto di Sumbar
tahun lalu. Aku ngambil sisi human interest tentang sosok kak Ryvani Fadilla.
Oke, langsung aja, check thisu out :
Ryvani Fadilla, begitu namanya. Gadis
yang memakai baju dan berjilbab pink itu merupakan seorang mahasiswi semester 7
Jurnalistik Ilmu Komunikasi FISIPOL UMSU. Gadis asal Medan dengan tinggi
sekitar 150-an cm itu mengatur waktu antara kuliah dan kegiatan LPM yang
diikutinya.
Ryvani
yang menjabat sebagai sekretaris redaksi LPM Teropong UMSU ini memiliki
keluarga yang mendukung setiap aktivitasnya. Suasana sangat riuh saat wartawan
Gagasan mewawancarai gadis berkulit sawo matang itu .
“Happy bergabung di LPM Teropong ini dan
dalam perkuliahan pun tidak ada kendala, karna jurusan kuliah pun selaras
dengan visi-misi LPM.” ujarnya. Pandangan mata para peserta kelompok A lebih
tertuju pada tugasnya masing-masing ketimbang wawancara diantara kami, tapi
Ryvani Fadilla tetap menjawab singkat sambil sesekali mengumbar senyum membuatnya
terlihat semakin manis dengan baju dan jilbab pinknya. (Muthi)
Oke
deh, segini aja kayanya dulu. Besok pagi mulai ngampus di semester 6. Huaaa,
welcome semester 6 dan KKN. Tinggal sebentar lagi waktu kuliah, semoga bisa
memanfaatkan waktu dengan baik dan ngasilin banyak karya. Amin! Salam sayangdan tetap semangat, @muthiiihauraa.
Rabu,
24 Februari 2016. 08.28 WIB.
Wah, nambah ilmu lagi deh. Thanks udah mau berbagi. Tapi ingat, jangan malas-malasan yah biar mimpinya cepat terwujud. AMIN
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusIlmu baru tentang poin yang subjektivitas nih mbak. Tapi, mungkin tetap harus sesuai porsinya agar tetap enak dibaca.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusNulis feature gampang2 susaaaah hehehe
BalasHapusKuliahnya di Jurusan Komunikasi ya Mbak? :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusthank For sharing ya mbak...tulisannya bermanfaat
BalasHapussaya malah baru mengenal feature mba :) kudet ya saya, tapi jadi ga kudet abis baca sharenya
BalasHapusJenis tulisan ini jadi andalan saya untuk menulis reportase internal perusahaan saya :-) Berita jadi lebih hidup.
BalasHapusterimakasih sharingnya, bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussemangat jangan kasih kendor!
BalasHapussalam
riby
Wah, bermanfaat banget buat pemula kayak saya nih mbak. Thanks btw.
BalasHapusSalam,
Rava.