Menjadi Perempuan Tangguh

16.09 muthihaura 8 Comments



Aku terlahir sebagai perempuan. Dua puluh satu tahun menjalani hidup sebagai perempuan membuat aku cukup mengenal bagaimana perempuan itu. Bukan cukup mengenal lagi, tapi sangat mengenal malah. Dari pengamatanku dan apa yang aku rasakan, menjadi perempuan bukan hal yang mudah. 




Streotip yang tertanam di masyarakat bahwa perempuan itu lemah, lembut, cengeng, dan manja. Aku tidak membantah hal itu. Memang pada dasarnya kebanyakan perempuan memiliki sifat-sifat itu. Maklum, perempuan diberikan Allah 1 % akal, sedangkan 99 % lainnya itu perasaan. Walau begitu, dua puluh satu tahun aku hidup, aku cukup banyak mengenal perempuan-perempuan disekitarku yang tangguh. Yang tangguh dalam menjalani hidupnya.


Salah satunya umiku. Perempuan luar biasa yang sudah melahirkanku. Ia memiliki enam orang anak. Kalian tau kan kalau hamil dan melahirkan itu bukan sesuatu hal yang mudah. Itulah yang perempuan tanggung saat dirinya sudah menjadi seorang istri. Walaupun terlihat lemah, Allah ciptakan tubuh perempuan itu sangat luar biasa.

Umiku perempuan luar biasa. Semasa hidupnya, ia membantu aba bekerja untuk menghidupi dan menyekolahkan kami.  Walaupun pada akhirnya harus ‘mengalah’ dengan penyakitnya. Ya, almarhumah umiku bukan kalah, hanya saja mengalah.

Tidak hanya umi, banyak perempuan luar biasa yang aku kenal. Sebut saja namanya Vi. Dia satu tahun lebih tua dariku. Prestasinya dikampus sangat luar biasa. Jangan bayangkan dia anak orang kaya yang terlahir dengan fasilitas yang serba ada. Sama sekali nggak! Ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil, dan juga baru mengetahui bahwa semasa ia kecil, ayahnya menikah lagi di Jakarta.

Bisa dibilang hidupnya rumit, tapi semua yang terjadi didalam hidupnya tak membuatnya lemah. Vi memilih untuk menjadi perempuan tangguh dengan meraih berbagai prestasi diberbagai bidang yang digelutinya. Baru-baru ini, Vi menjadi mahasiswa berprestasi utama dikampus. Ngelihat perjalanan-perjalanan hidup para perempuan tangguh, membuat aku terkagum-kagum pada mereka dan berharap aku juga bisa menjadi bagian dari perempuan tangguh itu.

Bahkan perempuan-perempuan dizaman Rasulullahpun sangat luar biasa tangguhnya. Dari sebuah riwayat, aku pernah membaca bahwa Rasulullah pernah berwasiat kepada Fatimah. Isi wasiatnya seperti ini :
Wahai Fatimah, wanita yang membuat tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, Allah pasti menetapkan kebaikan dari setiap biji gandum, meleburkan kejelekannya dan meningkatkan derajat wanita itu.
Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suaminya, niscaya Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh tabir lobangan. Wahai Fatimah, tiadalah seorang wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya, lalu menyisirnya dan menyucikan pakainnya, melainkan Allah pasti menetapkan pahala baginya seperti pahala member makan seribu orang yang kelaparan dan memberikan pakain seribu orang cabul.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah Ta’ala menahannya dari minuman telaga Kautsar pada hari kiamat. Wahai Fatimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan diatas adalah keridhoan suami terhadap istrinya. Ketahuilah wahai Fatimah, keridhoaan suami merupakan bagian dari keridhoan Allah, kemurkaan suami merupakan bagian dari kemurkaan Allah.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang senyum dihadapan suaminya, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan kasih sayang. Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suaminya, melainkan malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu untuk menghadap amalnya, dan Allah mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

Dan masih banyak lagi nasihat Rasulullah untuk Fatimah. Bukan untuk Fatimah aja sih, tapi juga untuk kita selaku perempuan. Dari yang aku pelajari, menjadi perempuan itu harus tangguh. Karna semakin dewasa umur seorang perempuan, maka semakin banyak ‘beban’ yang akan ia pikul dan itu semua bukan hal yang mudah.


Jadilah perempuan yang tangguh, yang mandiri, yang punya prinsip, yang nggak mudah ‘jatuh’ dengan hanya satu kali rayuan. Boleh manja, boleh cengeng, tapi itu semua harus ada waktunya. Ya, harus pandai menempatkan diri. Tegarlah menjalani hidup! Mungkin salah satu tulisan di trivia.id yang berjudul ‘Perempuan tidak boleh manja, ini alasan kamu harus menjadi perempuan tangguh’ bisa menjadi referensi kenapa kamu harus tangguh' 


Menurut beberapa pengamatanku kepada laki-laki. Laki-laki itu cenderung lebih menyukai perempuan yang tangguh dan berprinsip ketimbang perempuan manja yang kerjanya hanya menye-menye tak jelas. Karna bagi lelaki, perempuan tangguh itu lebih mengagumkan dan lebih bisa dipercaya untuk menghandle sesuatu, termasuk menghandle rumah tangganya kelak. Ini menurut pengamatanku saja, boleh setuju ataupun tidak.

Terlahir sebagai perempuan memang bukan pilihan kita, tapi kita bisa memilih untuk menjadi perempuan yang seperti apa. Tulisan ini lebih buat mengingatkan diri aku sendiri, karna aku sadar, yang menulispun tak lebih baik dari pada yang membaca. Karna aku sadar, aku masih jauh dari kata perempuan tangguh.
Selamat berproses menjadi perempuan tangguh, salam sayang, @muthihaura1
Minggu, 30 Oktober 2016. 06.36 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

8 komentar:

  1. Wanita tangguh sudah menjadi keharusan walaupun terkadang kita diposisikan sebagai makhluk lemah. Anak-anak tidak mungkin bergantung kepada seorang ibu yang lemah. Dan Celakalah bangsa kita kalau semua wanitanya jadi lemah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah setuju mbaak. Jadi perempuan itu harus strong dan jangan lemah :D

      Hapus
  2. Yup... sebagai perempuan tangguh pula, kita boleh nangis, manja. Tapi kita mampu menempatkan diri kita dg baik.

    BalasHapus
  3. untungnya aku diajari dari kecil untuk mandiri dan pantang menyerah dan terasa sekarang setelah dewasa, banyak masalah bukan halangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga Alhamdulillah sejak kecil diajari mandiri mbak ;)

      Hapus
  4. Kadang saya malu pernah terbersit pikiran "menyesal" dilahirkan sebagai perempuan karena keterbatasan dan stigma sosial yg melekat dengannya. Tapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa dilahrikan sebagai perempuan adalah anugrah yang tak ternilai, menjadi perempuan adalah sebuah kemuliaan. Alhamdulilah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga pernah nyesal mbak, tapi sekarang nggak lagi hehe

      Hapus