Menjadi Perempuan Tangguh
Aku
terlahir sebagai perempuan. Dua puluh satu tahun menjalani hidup sebagai
perempuan membuat aku cukup mengenal bagaimana perempuan itu. Bukan cukup
mengenal lagi, tapi sangat mengenal malah. Dari pengamatanku dan apa yang aku
rasakan, menjadi perempuan bukan hal yang mudah.
Streotip
yang tertanam di masyarakat bahwa perempuan itu lemah, lembut, cengeng, dan
manja. Aku tidak membantah hal itu. Memang pada dasarnya kebanyakan perempuan
memiliki sifat-sifat itu. Maklum, perempuan diberikan Allah 1 % akal, sedangkan
99 % lainnya itu perasaan. Walau begitu, dua puluh satu tahun aku hidup, aku
cukup banyak mengenal perempuan-perempuan disekitarku yang tangguh. Yang
tangguh dalam menjalani hidupnya.
Salah
satunya umiku. Perempuan luar biasa yang sudah melahirkanku. Ia memiliki enam
orang anak. Kalian tau kan kalau hamil dan melahirkan itu bukan sesuatu hal
yang mudah. Itulah yang perempuan tanggung saat dirinya sudah menjadi seorang
istri. Walaupun terlihat lemah, Allah ciptakan tubuh perempuan itu sangat luar
biasa.
Umiku
perempuan luar biasa. Semasa hidupnya, ia membantu aba bekerja untuk menghidupi
dan menyekolahkan kami. Walaupun pada
akhirnya harus ‘mengalah’ dengan penyakitnya. Ya, almarhumah umiku bukan kalah,
hanya saja mengalah.
Tidak
hanya umi, banyak perempuan luar biasa yang aku kenal. Sebut saja namanya Vi.
Dia satu tahun lebih tua dariku. Prestasinya dikampus sangat luar biasa. Jangan
bayangkan dia anak orang kaya yang terlahir dengan fasilitas yang serba ada.
Sama sekali nggak! Ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil, dan juga baru
mengetahui bahwa semasa ia kecil, ayahnya menikah lagi di Jakarta.
Bisa
dibilang hidupnya rumit, tapi semua yang terjadi didalam hidupnya tak
membuatnya lemah. Vi memilih untuk menjadi perempuan tangguh dengan meraih
berbagai prestasi diberbagai bidang yang digelutinya. Baru-baru ini, Vi menjadi
mahasiswa berprestasi utama dikampus. Ngelihat perjalanan-perjalanan hidup para
perempuan tangguh, membuat aku terkagum-kagum pada mereka dan berharap aku juga
bisa menjadi bagian dari perempuan tangguh itu.
Bahkan
perempuan-perempuan dizaman Rasulullahpun sangat luar biasa tangguhnya. Dari
sebuah riwayat, aku pernah membaca bahwa Rasulullah pernah berwasiat kepada
Fatimah. Isi wasiatnya seperti ini :
Wahai
Fatimah, wanita yang membuat tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, Allah
pasti menetapkan kebaikan dari setiap biji gandum, meleburkan kejelekannya dan
meningkatkan derajat wanita itu.
Wahai
Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suaminya, niscaya
Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh tabir lobangan. Wahai Fatimah,
tiadalah seorang wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya, lalu menyisirnya
dan menyucikan pakainnya, melainkan Allah pasti menetapkan pahala baginya
seperti pahala member makan seribu orang yang kelaparan dan memberikan pakain
seribu orang cabul.
Wahai
Fatimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah
Ta’ala menahannya dari minuman telaga Kautsar pada hari kiamat. Wahai Fatimah,
yang lebih utama dari seluruh keutamaan diatas adalah keridhoan suami terhadap
istrinya. Ketahuilah wahai Fatimah, keridhoaan suami merupakan bagian dari
keridhoan Allah, kemurkaan suami merupakan bagian dari kemurkaan Allah.
Wahai
Fatimah, tiadalah wanita yang senyum dihadapan suaminya, melainkan Allah
memandangnya dengan pandangan kasih sayang. Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang
membentangkan alas tidur untuk suaminya, melainkan malaikat yang memanggil dari
langit menyeru wanita itu untuk menghadap amalnya, dan Allah mengampuni dosanya
yang telah lalu dan yang akan datang.
Dan
masih banyak lagi nasihat Rasulullah untuk Fatimah. Bukan untuk Fatimah aja
sih, tapi juga untuk kita selaku perempuan. Dari yang aku pelajari, menjadi
perempuan itu harus tangguh. Karna semakin dewasa umur seorang perempuan, maka
semakin banyak ‘beban’ yang akan ia pikul dan itu semua bukan hal yang mudah.
Jadilah
perempuan yang tangguh, yang mandiri, yang punya prinsip, yang nggak mudah
‘jatuh’ dengan hanya satu kali rayuan. Boleh manja, boleh cengeng, tapi itu
semua harus ada waktunya. Ya, harus pandai menempatkan diri. Tegarlah menjalani
hidup! Mungkin salah satu tulisan di trivia.id yang berjudul ‘Perempuan tidak boleh manja, ini alasan kamu harus menjadi perempuan tangguh’ bisa menjadi referensi kenapa kamu harus tangguh'
Menurut
beberapa pengamatanku kepada laki-laki. Laki-laki itu cenderung lebih menyukai
perempuan yang tangguh dan berprinsip ketimbang perempuan manja yang kerjanya
hanya menye-menye tak jelas. Karna bagi lelaki, perempuan tangguh itu lebih
mengagumkan dan lebih bisa dipercaya untuk menghandle sesuatu, termasuk
menghandle rumah tangganya kelak. Ini menurut pengamatanku saja, boleh setuju
ataupun tidak.
Terlahir
sebagai perempuan memang bukan pilihan kita, tapi kita bisa memilih untuk menjadi
perempuan yang seperti apa. Tulisan ini lebih buat mengingatkan diri aku
sendiri, karna aku sadar, yang menulispun tak lebih baik dari pada yang
membaca. Karna aku sadar, aku masih jauh dari kata perempuan tangguh.
Selamat
berproses menjadi perempuan tangguh, salam sayang, @muthihaura1
Minggu,
30 Oktober 2016. 06.36 WIB.
Wanita tangguh sudah menjadi keharusan walaupun terkadang kita diposisikan sebagai makhluk lemah. Anak-anak tidak mungkin bergantung kepada seorang ibu yang lemah. Dan Celakalah bangsa kita kalau semua wanitanya jadi lemah :)
BalasHapusHahah setuju mbaak. Jadi perempuan itu harus strong dan jangan lemah :D
HapusYup... sebagai perempuan tangguh pula, kita boleh nangis, manja. Tapi kita mampu menempatkan diri kita dg baik.
BalasHapusYuup, betul banget tuh mbak (y)
Hapusuntungnya aku diajari dari kecil untuk mandiri dan pantang menyerah dan terasa sekarang setelah dewasa, banyak masalah bukan halangan
BalasHapusAku juga Alhamdulillah sejak kecil diajari mandiri mbak ;)
HapusKadang saya malu pernah terbersit pikiran "menyesal" dilahirkan sebagai perempuan karena keterbatasan dan stigma sosial yg melekat dengannya. Tapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa dilahrikan sebagai perempuan adalah anugrah yang tak ternilai, menjadi perempuan adalah sebuah kemuliaan. Alhamdulilah :)
BalasHapusAku juga pernah nyesal mbak, tapi sekarang nggak lagi hehe
Hapus