Story At Pulau Jambu #1
Haay,
Assalamua’laikum. Sedang ngelakuin apa? Yang semester muda udah pada liburan
ya? Apa saja yang sudah dilalui diawal tahun 2017 ini? Alhamdulillah diawal
tahun ini, aku dapat kabar yang mengembirakan. Naskah novel KKN yang aku
ikutkan lomba dikampus menang.
Iya
menang! Walau Cuma harapan III, tapi tetap Alhamdulillah lah. Pembukaan
prestasi diawal tahun 2017, semoga nantinya, akan banyak prestasi hebat yang
bakal aku raih. Amin. Jujur saja sebenarnya agak kecewa, karna nggak masuk tiga
besar, tapi ya udahlah, kecewapun nggak akan ngubah apa-apa kan?
Jadikan
pelajaran dan introfeksi diri. Aku sadar kemaren nulisnya nggak maksimal. Aku
nulis Cuma dalam waktu 10 hari, itupun disela-sela tugas kuliah-tugas di
Gagasan-tugas dan job tulisan.
Nah
berhubung naskah novel ini nggak bakal diterbitkan oleh LPPM UIN Suska, aku
pengen sharing isi novel KKN diblog ini aja. Apa yang aku tulis ini real memang
terjadi, nggak ada yang direka-reka adengannya. Ini pengalaman selama aku KKN
di desa Pulau Jambu Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Semoga aja
dapat bermanfaat dan bisa jadi referensi buat adik-adik yang bakal ngelaksanain
KKN nantinya. Oke langsung aja, check this out :
Satu …
Hidup itu ibarat sebuah novel.
Setiap bab perbabnya pasti saling berhubungan hingga nanti akan berakhir dengan
sad ending atau happy ending. Kamu tidak akan bisa memilih terlahir seperti
apa, dari keluarga mana, tapi kamu bisa memutuskan akan menjadi seperti
apa.
Ini
tentang sebuah cerita kehidupan. Sebuah cerita kisah pengabdianku di Desa yang
sama sekali belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Desa yang benar-benar belum
tergambar dibenakku. Sebelumnya, perkenalkan, namaku Muthi’ah Al Haura,
mahasiswi semester VI konsentrasi broadcasting jurusan Ilmu Komunikasi.
Teman-teman biasa memanggilku Muthi atau Mute atau Mutui.
Sebelum
memasuki semester VII nanti, seperti tahun-tahun sebelumnya, LPPM UIN Suska
mengadakan Kuliah Kerja Nyata selama kurang lebih dua bulan. Beruntungnya,
untuk tahun ini, Kuliah Kerja Nyata tidak diadakan saat bulan Ramadhan, tapi
diadakan setelah lebaran Idul Fitri.
Masih
terekam jelas saat momen-momen pengisian lokasi KKN, teman-teman dikampus dan
di organisasi pada sibuk nyari lokasi KKN. Kalau ngumpul, yang dibahas pasti
seputar KKN dan segala tetek-bengek persiapannya.
Jujur
saja, aku sama sekali nggak ada kepikiran bakal KKN dimana, bagi aku waktu itu,
dimanapun diletakkan, pasti itu tempat yang terbaik oleh Allah. Dan yang pasti,
aku bakal belajar banyak ditempat itu.
Ayu,
salah seorang temanku di organisasi mengajakku untuk satu tempat KKN
bersamanya. Aku mengiyakan ajakan Ayu, why not kan? Walau sebenarnya sejak awal
aku udah niatin untuk nggak satu tempat KKN dengan orang yang udah aku kenal.
Aku pengen nyari teman baru. Aku pengen nyari link baru. Lagian dengar-dengar
cerita dari senior, biasanya yang awalnya dekat dikampus, ditempat KKN bisa
malah berantem.
Setelah
menerima ajakan Ayu, aku mempercayakan Ayu untuk mengisinya, tapi sampai H +1
pengisian tempat KKN, Ayu belum juga menginput lokasi KKN-ku, sedangkan dirinya
sudah. Sempat ngerasa greget juga karna berkali-kali situs pengisian lokasi KKN
itu error. Wajar sih, yang diinput oleh system itu bukan satu dua orang, tapi
banyak!
Pagi
itu entah ditanggal berapa, Ayu me-missed
call-ku sampai 16 kali. Yang namanya orang tidur, pasti nggak bakal ngeh
dengan suara hp. Setelah sholat subuh dan ngecek hp, aku surprise dengan
misscal-an Ayu dan PM teman-teman yang mengatakan bahwa situs pengisian lokasi
KKN bisa diakses sejak tengah malam tadi, tetapi hanya bisa diakses pakai wifi
UIN.
Bm-an
juga dengan teman-teman, mereka udah pada milih dan parahnya rata-rata lokasi
KKN yang di daerah-daerah dekat Pekanbaru udah penuh. Baru deh aku khawatir dan
buru-buru kekampus sekitaran jam 9-an pagi. Dikampus udah janjian dengan kedua
sahabat aku sejak Semester satu, Ulan dan Mumun.
Sempat
berkali-kali juga system pengisian itu error, tentu saja makin bikin kami
khawatir. Akhirnya setelah 30-menitan lebih nyoba ngisi, kami sama-sama dapat
lokasi KKN di Kuantan Singingi. Lokasi KKN aku lebih tepatnya di Desa Pulau Jambu Kecamatan Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi.
Dua
puluh satu tahun aku hidup, sama sekali belum pernah aku menginjakkan kaki ke
Kuansing. Belum pernah tau tentang Desa Pulau Jambu. Nyari di internetpun,
informasi tentang Pulau Jambu sangat minim.
Waktu itu aku bilang kediri aku sediri, bagaimanapun tempatnya, apapun
yang terjadi, aku akan berusaha ngasih yang terbaik. Aku yakin disana nanti
bakal belajar banyak hal.
*@@@*
1 Juni 2016, ini kali kedua aku
bertemu dengan teman-teman KKN. Bertepatan dengan hari ulang tahunku. Pertemuan
kedua ini lebih lengkap, hanya minus dua orang. Beda dengan pertemuan pertama
yang mendadak dan hanya ada aku, Yudhi, Eko, Tika, Sitoh, Nety.
Dipertemuan
kedua ini, kami membahas siapa yang bakal jadi kordes, sekretaris, dan
bendahara. Plus juga ngebahas proker-proker kerja disana dan juga barang-barang
yang akan dibawa. Pokoknya dipertemuan kedua ini pembahasannya udah sampai
keinti-intilah. Senang juga bisa jumpa dengan teman-teman KKN, teman-teman yang
selama dua bulan nantinya bakal menjadi keluarga baru buat aku. Bakal menjadi
sahabat baru yang nemenin dua puluh empat jamku di Desa Pulau Jambu nantinya.
Awal-awal
jumpa, semuanya pada pendiam-pendiam. Dan dipertemuan kedua itu juga, aku
dipercaya sebagai sekretaris. Sempat nolak, soalnya kata senior-senior, nanti
kordes sama sekretaris itu paling banyak tugas dan paling azab. Tapi mereka
meyakinkan aku untuk tetap sebagai sekretaris.
Selama
ikutan berorganisasi dikampus atau dikelas, aku belum pernah dipercayakan
sebagai sekretaris. Aku juga kurang paham tugas sekretaris itu seperti apa,
tapi akhirnya aku mengiyakan juga. Aku pikir kapan lagi dapat pengalaman baru
sebagai sekretaris kan? Mana tau dengan aku menjadi sekretaris, aku bisa
belajar banyak. Mana tau banyak hal baru juga yang aku dapatkan. Bukankah
pengalaman itu adalah guru terbaik?
Awal
bertemu dengan teman-teman KKN, beberapa kali aku sempat menilai mereka.
Menilai dari cara mereka berbicara, dari cara mereka brpakain, tapi pada
nyatanya saat setelah bersama mereka selama kurang dua bulanan, ada penilain
yang meleset. Memang pada nyatanya, jangan pernah menilai seseorang itu dari
covernya. Don’ judge by a cover. Cover itu nggak 100 % ngambarin isi.
Sebelum
becerita lebih lanjut, aku pengen ngenalin teman-teman KKN aku. Teman-teman
yang udah aku anggap sebagai keluarga. Ini mereka, Masyithah, gadis kelahiran tahun 1994 berdarah Minang dan Batak.
Tingginya sekitaran 148 cm.
Kami
di posko memanggilnya dengan panggilan sayang ‘Citoh’ atau ‘Sitoh’. Sitoh
orangnya ligat. Aku selalu suka ngelihat dia ngerjain pekerjaan-pekerjaan
rumah, keligatannya itu patut diacungi jempol. Sitoh salah satu sahabat terbaik
yang aku dapat saat KKN. Darinya juga aku belajar banyak hal, terutama masalah
pekerjaan rumah tangga.
Selanjutnya
ada, Nety, gadis yang juga kelahiran
1994 ini kalau ngomong laju banget, kaya tanpa jeda. Kadang juga apa yang dia
ucapkan itu jadi sesuatu yang popular dikalangan kami. Misalnya nih dia nemu
kata-baru yaitu ‘haw’. Nah, sepanjang hari dia bakal gunain kata itu sampai
akhirnya kami juga keikut-ikut.
Trus
ada Avi, mahasiswi psikologi yang
super duper ceroboh. Bisa tuh handphone baru dipegang sama dia, beberapa menit
kemudian dia udah lupa naroh dimana. Walaupun ceroboh gitu, Avi dipercaya
sebagai bendahara I.
Selain
ceroboh, hal unik lainnya dari Avi adalah suka nangis untuk masalah-masalah
kecil. Bisa lho gara-gara makan cabe aja dia nangis karna kepedasan. Bareng Avi
sering banget berantem untuk hal-hal kecil juga, tapi berantemnya cuma
sebentar, beberapa menit kemudian udah baikan lagi.
Kalau
Nengsih orangnya pemabuk berat.
Belum masuk mobil aja dia udah mual. Awal-awal tiba di posko, sempat dekat juga
dengan Neng, tapi cuma sebentar, karna dia type teman yang suka nyuruh-nyuruh.
Diantara kami yang cewek-cewek, Neng yang paling mudah ketawa. Belum apa-apa,
dia udah ketawa.
Pokoknya
hidupnya kaya tanpa bebanlah, ketawa trus. Trus selanjutnya itu Tika. Kami biasa memanggilnya dengan
sebutan bunda dan Tika senang dengan panggilan itu. Bunda itu gadis mungil yang
super duper cerewet. Pokoknya sepanjang hari diposko penuh dengan cerewetannya.
Kadang
sakit kepala dengar koarannya. Anak-anak cowok juga sering dongkol dengan
bunda, kata mereka, bunda kaya nenek-nenek cerewetnya. Dibalik kecerewetannya
itu, bunda sebenarnya sosok yang care dan mentel.
Trus
ada Resti. Gadis berkulit hitam
manis ini jarang banget keluar posko. Orangnya agak-agak suka ngatur juga dan
gampang ketawa, ya hampir samalah sifatnya sama Nengsih.
Selanjutnya
ada Asih. Awal kenal sempat dekat
dengan Asih, tapi pas dua mingguan kenal Asih, ada sifat yang nggak aku suka
dari dirinya, akhirnya aku menjauh. Tapi dipenghujung masa bakti KKN, sempat
dekat lagi, walau nggak terlalu.
Nah
itu dia cewek-ceweknya, sedangkan yang cowoknya ada Sipen. Sipen ini kordesnya kami. Awal kenal Sipen, dia orangnya
care dan lucu, tapi semakin jauh kenal dia, dia kadang orangnya cepat emosian
juga, apalagi kalau sedang capek-capeknya.
Dia
adzan bisa, ceramah bisa, jadi imam pun bisa. Trus ada Eko. Kalau yang ini Korcam kami. Dia juga bisa adzan, ceramah, dan
jadi imam. Eko type yang disiplin, tapi kelemahannya, dia orangnya penyegan,
padahal dia ketua. Eko ini orang jawa, jadi sama sekali nggak ngerti bahasa
Cerenti.
Setelah
Eko, ada Fajri. Fajri ini orangnya
slengean. Kerjaannya ketawa-ketawa nggak jelas plus ngusilin orang. Awal kenal
Fajri, aku pikir dia anaknya sombong, tapi setelah kenal cukup lama, dia bisa
dibilang lumayan asik orangnya.
Trus
juga ada Ipad. Ipad orangnya care
dan gampang bergaul, walau terkadang juga usil. Diantara teman-teman cowok KKN,
Ipad satu-satunya yang kelahiran 1995, sedangkan teman-teman cowok lainnya itu
ada yang kelahiran 92, 93, dan 94.
Selain
itu, diantara para cowok-cowok, Ipad satu-satunya yang paling bersih. Selanjutnya, ada Khoidi yang biasa kami panggil bang Kho. Kalau lagi rapat, bang Kho
kelihatan dewasanya, tapi diluar rapat, bang Kho cowok yang paling sering bikin
ketawa.
Pokoknya
kalau ada bang Kho, suasana posko itu nggak bakal garing deh, penuh dengan
celotehannya yang bikin ngakak. Bang Kho juga termasuk cowok yang rajin setelah
Eko. Pokoknya kalau disuruh bantu-bantu pekerjaan rumah, bang Kho itu mau.
Dan
yang terakhir itu ada Yudhi dan aku
memanggilnya buayo. Entah sejak kapan panggilan itu disematkan padanya dan aku
juga lupa asal muasalnya. Buayo ini yang paling sering bertentangan dengan
Sipen.
Diantara
cowok-cowok, kalau pergi sama buayo ini paling aman, soalnya tampangnya sangar,
jadi nggak ada yang berani gangguin. Itulah mereka, keluarga baruku.
*@@@*
Untuk
bab duanya, tungguin aja ya. Oke mungkin itu saja dulu, salam sayang,
@muthihaura1.
Senin, 9 Januari 2017. 08.57 WIB.
Masa kuliah dan KKN itu masa paling bahagia hihihi...
BalasHapusSemangat yaaaah adek cantiiik
iyaa bener banget tuh mbak.
Hapusmakasih mbak cantik :D
Ditunggu next nya kaka 😂
BalasHapusDuh baca "pemabuk" kok konotasinya jelek hehe ternyata bukan mabuk yg itu.. Hehee
BalasHapusAkhirnya kelar juga bacanya, thanks udah sharing hal yang menyenangkan dan bikin aku senyam-senyum di kantor mbak :D
BalasHapusSalam,
Oca