Kekerasan Terhadap Anak
Haaay, Assalamua’laikum. Sedang
ngelakuin apa hari ini? Kali ini aku pengen sharing tulisan yang aku buat
seminggu yang lalu. Jadi ceritanya salah seorang teman aku yang namanya Ryan
Rahman tiba-tiba nge-BM. Dia bilang ada seseorang dari Koran Tribun Pekanbaru
minta tulisan untuk rubric youngster dengan tema ‘Kekerasan Terhadap Anak’.
Karna nggak ingin nyia-nyiakan
kesempatan ini, aku pun mengiyakan tawaran Ryan, walau aku nggak terlalu paham
apa yang akan dibahas. Akirnya beberapa jam menjelang deadline, aku nyoba riset
dan menyelesaikan tulisan.
Pas ngelihat koran Tribun di hari
Minggu-nya, rada kecewa ternyata tulisan aku nggak naik. Naik sih, tapi Cuma
diambil satu paragraph aja. Kecewa sih dikit, tapi nggak papa kok. Itung-itung
nambah pengalaman, arsip, dan jam terbang.
Btw, makasih ya Ryan dan Tribun
Pekanbaru. Sukses selalu :D Oke deh, aku sharing disini aja tulisannya,
ketimbang Cuma mendam doang di laptop. Langsung saja, check this out :
Kekerasan Terhadap Anak
Penulis : Muthi Haura
![]() |
source : google |
Anak adalah masa depan sebuah
negara, karena pada nyatanya, 20 atau 30 tahun kedepan, merekalah yang akan
memegang kendali bagaimana Indonesia kedepannya. Merekalah yang akan
mengarahkan Indonesia ini akan menjadi apa. Akan seperti apa. Makanya sangat
diperlukan pendidikan yang layak baik secara IQ dan EQ bagi anak.
Menyeimbangkan keduanya agar anak tumbuh menjadi sosok yang tidak hanya pintar
secara pengetahuan, tapi juga pintar dalam beretika.
Selain guru, orang tua sangat
berperan penting dalam pembentukan fisik dan emosional anak. Lingkungan yang
akan membentuk emosi dan sikap anak itu akan seperti apa. Jadi, jika ada orang
dewasa suka mukul atau emosional, coba telaah masa kecilnya. Kemungkinan besar,
orang dewasa tersebut tumbuh dengan pukulan atau emosi yang tak terkendali dari
lingkungan sekitarnya. Anak itu ibarat spons, dia akan menyerap apa-apa saja
yang dicontohkan dan diajar oleh orang-orang terdekatnya.
Melihat kondisi saat ini, anak-anak
yang seharusnya dilindungi, malah justru menjadi korban kekerasan. Menurut data
UNICEF ditahun 2015, kekerasan terhadap anak terjadi secara luas di Indonesia.
40 persen anak berusia 13-15 tahun pernah diserang secara fisik setidaknya satu
kali dalam setahun. 26 persen pernah mendapatkan hukuman fisik dari orang tua
atau pengasuh dirumah dan 50 persen anak di-bully di sekolah.
Mengerikan bukan? Lantas bagaimana
nasib Indonesia kedepannya kalau anak didik atau mendapatkan kekerasan?
Kekerasan itu tidak hanya sebatas kekerasan fisik. Ada banyak ragam kekerasan,
kekerasan seksual, kekerasan psikis, dan pengabain terhadap anak. Semua ragam
kekerasan itu tentu saja berefek terhadap perkembangan anak secara fisik dan
psikologi.
Ada beberapa dampak kekerasan
terhadap anak. Bisa berdampak luka fisik. Anak akan menjadi individu yang
kurang percaya diri, pendendam, dan agresif. Memiliki perilaku menyimpang
seperti menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alcohol sampai
kecendrungan bunuh diri. Pada kekerasan seksual, maka akan menimbulkan trauma
mendalam pada anak, merasa rendah diri, dan takut menikah.
Jika anak sudah ‘rusak’, bagaimana
kedepannya? Siapa yang akan disalahkan? Siapa yang harus bertanggung jawab atas
semua ini? Lantas akan seperti apa nasib Indonesia? Sebelum semua hal-hal buruk
terjadi, ada baiknya semua elemen masyarakat saling bekerja sama untuk
melindungi anak-anak. Semuanya berpartisipasi untuk menjaga dan mendidik
generasi yang baik.
Orang tua melakukan peran seagai
orang tua sebagaimana mestinya, penuh dengan kelembutan dan kesabaran, bukankah
anak adalah ladang pahala bagi orang tua? Guru juga memberikan pengajaran
dengan baik, bukan malah menjatuhkan atau membully anak tersebut. Pokoknya
semua elemen masyarakat saling bekerja sama dan sadar bahwa perlindungan
terhadap anak-anak itu penting. Jangan sampai Indonesia menyesal kedepannya. **
Gimana? Gimana? Aku masih belajar ini,
bisa banget kalau mau ngasih kritik dan saran. Makasih. Salam sayang,
@muthiiihauraa.
Jum’at, 17 Februari 2017. 08.49 WIB.
anak-anak rentan sekali terhadap kekerasan karena anak itu korban empuk, gak bisa mengatakan kronologis serta blm mengingat jelas wajah pelaku, daya pikir masih polos dan tidak banyak perlawanan, masih bisa dibohongi juga.
BalasHapusSedih banget kalau anak2 jd korban kekerasan, coba kalu kita ada diposisi anak itu, apa nggak sakit juga 😈
BalasHapusKorban kekerasan itu traumanya sampai besar dan kadang juga gak hilang2..kasian sekali anak2 itu.. u,u
BalasHapus