[Cerbung] : Tentang Cinta
Hai Assalamua’laikum. Gimana kabarnya?
Lagi nggak sempat nulis entry nih, jadi ngepost novel lama aja deh. Ini tulisan
lama, aku nulisnya sekitar tahun 2015 lalu. Ini novel udah pernah aku kirim
kepenerbit, tapi nggak ACC, jadi dari pada mendam di laptop, mending aku post
disini aja. Langsung saja, check this out :
1
Cinta adalah sebuah rasa yang menyangkup semua rasa yang
ada. cinta tak perlu diucapkan, cukup dengan hati yang saling mengerti.
Karla berkali-kali mematut dirinya
didepan kaca besar kamarnya. Gadis manis berambut ikal kepirangan itu sama
sekali tampak tak puas dengan pantulannya didepan cermin. Karla merapikan pita
pink rambutnya sembari mendengus pelan. Sinar mentari membias lewat jendela
kamar gadis itu.
Gadis cantik dengan tinggi 158 cm itu merapikan rok
hitam yang 3 cm dibawah lutut. Hatinya mencelos pelan. Entah kenapa keringat
dingin membasahi tangannya, padahal AC dikamar Karla sudah bekerja maksimal.
Mungkin karna hari ini hari pertama ospek dan itu membuat perasaannya tak
kunjung enak.
Karla menghembuskan nafas pelan
sembari meraih bedak baby dan memoleskan kewajah orientalnya. Gadis berbola
mata coklat terang itu memaksakan sebuah senyum dibibir tipisnya.
TOK TOK TOK! “Dek! Ditunggu makan nih. Buruan!”
Kevin, kakaknya mengetuk pintu kamar Karla. Dengan terburu-buru Karla meraih
tas sandang warna biru mudanya dan segera berlari keluar kamar menuju meja
makan.
Suasana dimeja makan seperti biasa kaku. Karla duduk
dihadapan Kevin dan disamping Angga—Papanya. Karla menyendokkan nasi goreng
kepiringnya dan meraih telur mata sapi.
“Pa. Aya boleh bawa mobil nggak?” tanya Karla dengan
menyebut dirinya Aya. Angga memandang sekilas putrinya dan lalu detik
berikutnya kembali memasukkan sepotong kecil burger kemulutnya. “Terserah.”
Karla menghembuskan nafas. Seharusnya ia tak perlu
bertanya toh Papanya juga nggak bakal peduli. Kembali suasana hening. Suasana
yang sebenaranya sangat tidak diinginkan Karla.
“Lo sama gue aja dek.” Karla memandangi Kevin dan
kemudian mengangguk. Apa salahnya pergi sama kakak sendiri kan? Mereka satu
universitas, tapi beda fakultas. Gadis cantik itu membersihkan sudut bibirnya
dan meletakkan sendoknya.
“Kak Ivin, berangkat sekarang yuk? Gue takut telat
nih.” Kevin mengangguk setuju. Cowok berwajah ganteng dengan alis mata tebal
itu beranjak dari duduknya. Mereka menciumi punggung tangan sang Papa dan
kemudian berjalan keluar rumah.
*@muthiiihauraa*
“Heh! Mana bunga kaktus lo?!” Grasia si gadis cantik
senior Karla berdiri dihadapan Karla. Karla menunjukkan ekspresi kaget. Membawa
kaktus? Sama sekali ia tak tau itu. Grasia menatap sinis kearah Karla, membuat
gadis itu sedikit merinding ketakutan. “MANA?”
“Ng— nggak bawa kak!” Grasia memandang Karla dengan
tatapan tajam seakan ingin menerkam gadis itu hidup-hidup. “Ran! Ini cewek
nggak bawa kaktus, mau diapain?” Grasia berkata dengan sang ketua BEM yang
diketahui bernama Farran.
Farran mendekat sembari tersenyum sinis. Gaya
songongnya mampu membuat Karla hampir mau muntah. Cowok semester lima itu menatap Karla dengan pandangan
tajam.
“Nggak bawa kaktus ya? Kenapa nggak bawa? Lupa?
Kenapa lupa?” Farran membrondong Karla dengan beberapa pertanyaan. Karla lemas.
“Maaf Kak!” hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir pink tipis Karla.
“Cuma lo sendiri nggak bawa! Songong banget lo nggak
matuhin peraturan yang berlaku. Emang lo nggak dengerin apa-apa aja yang harus
dibawa?” Kali ini suara Grasia yang tengah berkacak pinggang. “C’mon Gras! Ini urusan gue dengan ini
cewek. Mending lo sana deh!”
Grasia mendengus kesal dan dengan tampang yang
dibuat sebete mungkin Grasia berlalu meninggalkan sang ketua BEM dengan Karla
yang tampak ketakutan. “Siapa nama lo?”
“Karla kak. Karla Stefanie.” Karla mengutuk dirinya
karna saking takutnya cewek itu menyebutkan nama panjangnya. “Lo tau kan gue
ketua BEM disini? Lo mau hukuman apa dari gue?” Karla tercengang. Mau hukuman apa? tentu aja nggak mau hukuman
apa-apa. “Terserah Kak.”
“Terserah ya? Kalau jadi cewek gue mau nggak?” Karla
tercengang. Itu hukuman yang paling
mengerikan! Batin Karla. Matanya menatap Farran dengan pandangan yang sulit
dipercaya dan sulit dimengerti.
“Mau nggak?
Gue ketua BEM lo disini. Cowok paling ganteng di universitas lagi. lo beruntung
tau! Nggak ada yang bisa nolak pesona seorang Farran Darrel Al-Ghazi.”
Karla hampir muntah mendengar perkataan sang ketua
BEM itu. Dih! Ganteng sih, tapi songong!
Pamer diri banget. batin Karla.
“Ehm. Kak, kakak itu gantengnya pake banget deh.
Baik lagi. senyumnya manis. Pokoknya Kakak perfect
deh.” Ucap Karla. Farran tersenyum angkuh sembari memain-mainkan dagunya. “I know it!”
“Tapi sayang banget kak, gue nggak tertarik sama
kakak.”
Skak mat! Farran terdiam. Baru kali ini dia ditolak
dengan cara seperti ini. Cowok itu mencoba mengumpulkan serpihan rasa malu yang
sempat tercecer. “Gitu ya? Berani banget ya lo! Ini penghinaan yang amat besar
buat gue!”
“Gue akan pastikan, lo yang bakal datangi gue dan
ngemis-ngemis buat jadi cewek gue!” Farran menekankan kata-katanya pada kata
‘ngemis’. Karla menelan ludah. Mengetahui bahwa cowok itu melambaikan bendera
perang buat dirinya.
“Sekarang juga, lo lari keliling lapangan 20 kali
putaran!” suruh Farran. Karla menunjukkan ekspresi kaget sembari menatap lapangan
yang besarnya nggak ketulungan. Gadis itu lemas. “SEKARANG!”
Karla mulai berlari. Baru setengah lapangan aja
nafasnya sudah ngos-ngosan. Kalian bayangkan seorang cewek cantik dengan kulit
putih tengah berlari mengelilingi lapangan dengan ditemani sang terik matahari.
Arght! Shit!
Baru hari pertama ospek udah ketemu dengan si ketua BEM yang sangat-sangat
menyebalkan! Bisa habislah gue ini. Huh! Dia pikir dia itu siapa? Cuma ketua
BEM songongnya minta ampun.
Karla masih berlari dengan terengah-engah, sedangkan
diujung lapangan Farran tersenyum sinis. Cowok ganteng yang berperawakan tinggi dengan potongan perut four pact
dan rambut lebat yang biasa di acak-acaknya itu mendengus kesal. Ini kali
pertama baginya ditolak cewek mentah-mentah dan itu sangat memalukan baginya.
Farran
masih asik menatap sosok Karla. Boleh
juga itu cewek! Baru kali ini gue ditolak dan itu bikin gue semakin tertantang
buat dapetin dia! Kita lihat aja nanti! “Heh ngelamun lo! Sadis juga lo
ngehukum si cewek itu!” Grasia menepuk pundak Farran.
“Sadis
dong! lo jagain dia ya! kalau dia udah siap bilang sama gue. Gue mau ngurus
yang lain.” Farran berjalan meninggalkan Grasia. Grasia mengangguk, walau gadis
itu tau Farran tak melihat anggukan kepalanya.
Langkah
kaki Farran terhenti saat mendengar sebuah perdebatan antara senior dan seorang
junior cowok.
“Jadi lo
ngelawan hah?” Zaki sang senior berkacak pinggang geram. “Iya. Kenapa?” junior
itu dengan berani menantang Zaki. “Hey, ada apaan nih?” tanya Farran sembari
meminta penjelasan.
“Eh Kak
Farran. Ini kak, junior ini nggak bawa pita. Gue hukum, eh malah dia nggak
mau.” Zaki mengadu. Farran melipat tangannya didepan dada. Memandangi junior
itu dengan tatapan sadis.
Sang
junior dengan sangat berani meludah disamping sepatu Farran. Farran tertawa
sinis. Perbuatan yang sangat berani dari seorang junior ingusan.
“Nama lo
siapa?” Farran mendorong bahu si junior. “Penting?”
“Eh sama
senior bisa sopan dikit nggak sih?! Lo itu junior belagu banget!” kata Zaki
geram. Farran memandang tajam kearah si junior. Keributan kecil ini mampu
menyedot perhatian banyak pihak. “SEKALI LAGI GUE TANYA NAMA LO SIAPA?” suara
Farran naik sepuluh oktaf.
Junior
berbola mata biru itu tertawa menyerigai. “Adit.” Jawab junior itu singkat.
Farran menatap Adit dari atas sampai bawah. “Kenapa nggak bawa pita?”
“Gue bukan
cewek.” Jawab Adit asal. Cowok berambut spikey
itu masih terlihat santai. Sama sekali tidak merasa takut akan apa yang
dihadapinya. Baginya, para senior itu tak lebih seorang pengecut yang berani
menindas junior hanya dengan alasan mereka lebih berpengalaman dan lebih duluan
berada dikampus ini.
“Mungkin
lo bisa jalan jongkok keliling lapangan kan? SEKARANG!” perintah Farran sembari
menunjuk lapangan tempat dimana Karla masih berlari. Adit mendengus pelan. “Gue
nggak mau!” Jawaban yang membuat Farran geram. Dikepalnya tangannya.
Farran
menghela nafas. Mungkin kalau nggak ingat dia ketua BEM disini dan harus
menjaga wibawanya, pasti dia sudah menonjok cowok berwajah putih dengan dua
mata elang yang dibingkai dengan alis tebal dihadapannya.
“Heh!
Berani banget lo ya. cepat jalan jongkok!” kali ini perintah Zaki. Tampaknya
Zaki benar-benar tidak bisa menahan emosinya saat berhadapan dengan Adit. Adit
mengangkat bahunya tanda tak acuh dan detik berikutnya cowok berhidung mancung
itu berlalu meninggalkan para seniornya.
Mereka pikir gue takut? Mereka Cuma bisanya sok ngatur dan
gue paling nggak suka diatur-atur! Adit membatin sembari duduk
dipinggir lapangan dan mengeluarkan HP BB-nya. Sedangkan ditempat Farran,
Farran tengah berusaha semaksimal mungkin untuk menahan emosinya.
“Emang kurang ajar tuh cunguk! Tenang Kak
Farran, biar gue beresin.” Zaki hendak melangkah menuju arah Adit, tapi
buru-buru ditahan Farran.
“Nggak usah.
Biarin aja dulu. Entar kita kasih pelajaran!”
*@muthiiihauraa*
“Ayo dong!
Lari yang kencang. Buruan! Lemot deh lo.” Suara teriakan Grasia memenuhi
seantaro lapangan. Adit yang masih asik dengan BB ditangannya seolah acuh tak
acuh. Berkali-kali Karla ngos-ngosan. Pandangan gadis itu mulai menghitam dan
kepalanya yang terasa sangat pusing. Wajahnya sudah memerah.
Karla
masih berlari hingga langkahnya mulai semboyongan. Pandangannya kian mengabur.
Karla jatuh tepat menimpa punggung besar Adit.
“Eh eh.
Hey! Apa-apaan nih?” Adit buru-buru bangkit dari duduknya dan mendapati seorang
gadis tak dikenalnya kini sudah terjatuh dilantai lapangan.
“Stupid! Kenapa ini cewek tidur disini?”
tanya Adit sembari meremas geram rambutnya. Entah dia bego atau memang polos.
Adit menepuk-nepuk pipi gadis itu. “Woi. Wake
up! Kenapa tidurnya disini? Heeey!”
“DIA
PINGSAN! BAWA UKS BEGO!” Grasia berteriak histeris kearah Adit sembari
menghampiri Adit dan Karla. Adit seakan tersadar dengan kebodohannya. Buru-buru
diraihnya tubuh mungil Karla. “CEPAT! CEPAT KE UKS.” Grasia panic, pasalnya
gadis itu juga ikut terlibat dalam pemingsanan Karla.
Adit
berlari-lari menuju koridor kampus. Lalu tiba-tiba langkah kakinya terhenti
mendadak. “KENAPA BERHENTI? BURUAN CEPAT, ENTAR DIA MATI LAGI!” Adit berjalan
gontai menuju Grasia. “UKS dimana?”
Grasia menepuk jidatnya saat
mendengar perkataan Adit. “Ikut gue!”
*@muthiiihauraa*
Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead.”
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
“I’ll remember,” you said
“Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead.”
Petikan
gitar dan suara merdu nan indah memenuhi seantaro ruang music. Kevin masih asik
menghayati lagu yang dinyanyikannya. Someone
like you –nya Adele. Sebuah tepukan dibahu Kevin membuat cowok itu berhenti
dan detik berikutnya menatap orang yang udah menganggu acara menyanyinya dengan
tatapan kesal.
“Ganggu
deh lo!” ucap Kevin sinis kearah Farran—cowok yang baru saja menepuk pundaknya.
Farran hanya nyengir kuda dan duduk disamping Kevin. Cowok itu merangkul pundak
Kevin dan buru-buru ditepis oleh Kevin.
Farran
tersenyum melihat temannya itu, membuat Kevin bergidik ngeri. “Wah wah, sory
bro gue masih normal. Gue nggak nyangka ternyata lo punya perasaan lebih
terhadap gue.” Kevin menggeser duduknya agak menjauhi Farran.
Dengan
kesal Farran menoyor kepala Kevin. “Lo pikir gue maho. Sory man, gue hari ini baru ketemu cewek yang
beda banget. Nam—”
“Hhh.
Hh.Ran! Gawat! Hh. Gawat banget Ran. Hh.” Grasia menghampiri Farran dan Kevin
dengan terengah-engah. Grasia membungkuk mengatur nafasnya. Kevin menggerutkan
keningnya tanda tak mengerti. “He ngomong yang jelas. Kenapa?” tanya Farran tak
sabar.
“Itu!
cewek yang lo hukum tadi pingsan. Sekarang di UKS!” ucap Grasia saat nafasnya
sudah mulai teratur. Farran kaget dan buru-buru berlari keluar dari ruang music
dan menuju UKS. Grasia merapikan rambutnya sembari mengerlingkan sebelah
matanya kearah Kevin.
“Kelilipan
lo?” Grasia cemberut sembari memukul pelan lengan Kevin. “Iiih. Sayang! Nggak
peka amat sih!” Lagi-lagi Kevin bergidik ngeri. Kevin meletakkan gitarnya dan
berjalan meninggalkan gadis cantik yang mengenakan tank-top pink soft dengan
celana jins ketat itu.
Grasia
berlari mengejar Kevin dan bergelayut manja dilengan Kevin. “Sayang, mau kemana
sih. ikut!” ujar Grasia manja. Kevin melepaskan tangan Grasia dari lengannya.
“Dengar ya
tuan putri yang cantik. Lo itu bukan siapa-siapa gue jadi nggak perlu nguntilin
gue mulu!” Kevin kembali melanjutkan langkahnya.
Grasia
terdiam sembari menatap punggung Kevin. Ada sebilah rasa sakit yang
dirasakannya. Kenapa lo seakan menutup
mata dengan perasaan gue Kev? Apa memang nggak ada celah sedikit pun dari lo
buat gue? segitunyakah? Seburuk itukah gue ampe lo nggak bisa buka hati lo?
Grasia
mengusap air mata dengan punggung tangan kanannya. Mencoba meraba sisi hatinya.
Sakit, itu yang gadis cantik bernama lengkap Grasia Indrialani Putri rasakan.
*@muthiiihauraa*
Adit
menyandarkan badannya didinding UKS. Berkali-kali tatapan matanya melirik
arloji hitam dipergelangan tangan kirinya. Ekspresi bosan tercipta diwajah
ganteng cowok blasteran Indonesia-Jerman itu. Kali ini pandangan Adit tertuju
pada Karla yang belum juga terjaga dari pingsannya.
“Wake up! Lo buang-buang waktu gue tau. C’mon! arht! Shit!” Adit melipat tangannya didepan dada. Sesekali tangan kirinya
mengacak-acak rambutnya bosan.
Sedangkan
dikoridor kampus Farran berlari dengan wajah khawatir. Entah kenapa ada sebilah
rasa sakit saat mendengar Karla pingsan. Bukan hanya perasaan bersalah karna
menghukum gadis itu, tapi sebuah perasaan lebih yang dirasakannya.
Shit! Kenapa gue segitunya buat satu cewek itu? oke, itu
emang salah gue tapi apa gue harus separanoid ini?
Farran
membuka pintu UKS. Cowok itu berdiri tertegun diambang pintu saat melihat sosok
Adit disana. Farran menatap tajam kearah Adit, begitu pun sebaliknya. Farran
mengepalkan tangannya dan berjalan pasti menuju kearah Adit. Entah kenapa
emosinya memuncak.
BUGH!
Adit
terhuyung. Darah segar mengalir diujung bibir tipisnya. Adit menatap tajam
kearah Farran dan detik berikutnya cowok blasteran itu tertawa. Farran
mengernyitkan keningnya. Merasa heran dengan reaksi yang didapatnya dari Adit.
“Oh, jadi
gini ya kelakuan si ketua BEM itu!” Adit berdiri gagah, seolah menantang.
Farran
diam. Tangannya masih terkepal. Rasanya, cowok itu masih ingin memberikan
bogeman indahnya diwajah good-looking Adit.
“Kenapa? Masih mau nonjok gue? Dasar ketua BEM nggak guna!” ucap Adit sembari
berjalan meninggalkan Farran.
Farran
menghela nafasnya. Tak ingin termakan emosi lagi. Cowok berwajah manis itu
menghampiri Karla yang masih belum sadarkan diri. Sebersit rasa khawatir itu
lagi-lagi muncul.
Farran
menatap wajah Karla dengan teliti sembari menggenggam erat telapak tangan
Karla. Farran merasa wajah gadis ini begitu familiar. Ia seperti mengenal gadis
dihadapannya ini, tapi sama sekali tidak ingat dimana dan kapan lebih tepatnya.
----to be continued.
Gimana? gimana? tunggu kelanjutannya.
salam sayang, @muthiiihauraa
Rabu, 19 April 2017. 12.27 WIB
Waaah, saiyah naskah yg ditolak penerbit entah ada di mana hehe
BalasHapus