Tentang Pelajaran Memberi dan Menerima
Akhir-akhir ini aku belajar tentang
banyak hal. Banyak sekali dan semua itu patut aku syukuri. Aku tak akan semakin
dewasa kalau tidak melewati ini. Aku tak akan belajar banyak jika tidak
melewati ini. Salah satu yang aku pelajari adalah perkara memberi dan menerima.
![]() |
source: google |
Dulu, aku sering kali kesal jika harus
mengerjakan sesuatu. Aku juga sering kesal jika mengorbankan waktuku untuk
melaksanakan tugas orang lain. Rasanya kesal, benci, nyalahin diri sendiri
kenapa harus rela-rela ngelakuin hal itu. Aku sering kesal kenapa semua
pekerjaan rumah harus aku yang ngerjain.
Aku sering kesal saat tugas-tugas
organisasi yang bukan tugas aku tapi dilimpahkan ke aku. Aku sering kesal saat
teman-teman minta bantuan terhadap sesuatu padaku. Aku sering kesal saat ada
orang yang Cuma datang ke aku pas butuhnya aja. Aku sering kesal saat ujian dan
capek-capek belajar, tapi yang lain Cuma nyontek punya aku.
Aku sering kesal saat semua tugas
makalah aku ngerjain dan yang lain Cuma nompang nama. Ya, aku sering kesal
terhadap itu semua, tapi itu dulu. Sekarang aku memahami satu hal bahwa apa
yang kita berikan, itu yang akan kita dapatkan. Give more than you get. Apa
yang kita tanam, itu yang akan kita tuai.
Baru beberapa bulan terakhir ini aku
menyadari, bahwa semua yang aku lakukan akan kembali ke diri aku sendiri. Aku
ngerjain semua tugas makalah dikampus, kini aku ngerasain manfaatnya saat
ngerjain skripsi. Aku sudah ngerti bagaimana caranya menaroh kutipan buku,
membuat daftar pustaka, menerapkan margin pada halaman word, membuat kata
pengantar, dan lain sebagainya. Dan teman-teman yang jarang ngerjain makalah
agak kesusahan terhadap itu semua.
Aku ngerjain semua tugas rumah, mulai
dari memasak-nyapu-nyuci piring-gosok kain, dan sekarang aku ngerasakan
manfaatnya. Aku nggak terlalu kagok lagi untuk megang-megang kerjaan dapur. Aku
bisa ngerjain semua itu dengan ligat. Aku bisa meracik masakan walau masih
harus banyak belajarnya. Aku tau bumbu-bumbu dapur. Aku udah bisa memanage waktu
untuk nyuci piring, waktu untuk masak, dan waktu-waktu untuk lainnya.
Jika aku tidak ‘terjun’ langsung untuk
mengurusi semua itu, apa sekarang aku bisa seperti saat ini? Nggak! Lagian
hal-hal dapur seperti itu bukankah hal wajib yang harus bisa dikuasai semua
perempuan?
Aku ngerjain semua tugas-tugas
organisasi. Aku ngedit semua tulisan. Aku nulis berita yang seharusnya bukan
porsi aku lagi. Sering gondok juga kenapa hanya aku yang capek-capek nulis,
sedangkan yang lain nggak nulis. Kadang juga iri, kenapa mereka Cuma nompang
nama sedangkan aku yang capek-capek nulisin. Sekarang aku baru sadar, bahwa
semua itu akan kembali ke diri sendiri.
Seringnya aku nulis di organisasi
membuat aku semakin terlatih dalam hal tulis menulis. Capek-capeknya aku, lelah-lelahnya
aku, pasti selalu Allah ganti dengan hal-hal yang lebih indah. Allah nggak tidur. Allah maha baik. Saat lelah
terhadap sesuatu, Allah berikan hadiah istimewanya.
Misal nih salah satu contoh. Ada
beberapa teman-teman seangkatan aku dikampus yang tiba-tiba ngehubungi untuk
minta bantuan aku ngoreksi skripsinya. Padahal kami nggak dekat, tapi mereka
percaya sama aku. Aku bantuin, karna aku udah sadar bahwa setiap apa yang kita
berikan itu nggak akan sia-sia. Kalaupun bukan orang yang kita bantu ini
mengganti apa yang kita berikan, pasti orang lain yang ditunjuk Allah.
Nah, salah satu teman yang aku bantu
proses skripsinya itu si Arifin. Tiba-tiba, di suatu hari, dia ngasih info
tentang workshop perfilman di Medan. Alhamdulillah aku dinyatakan lulus
mengikuti workshop ini dan berangkat Juli lalu.
Baca
juga : Workshop Perfilman Regional II#3
Kalau aku nggak bantuin Arifin, apa dia
bakal terfikir untuk ngasih tau informasi workshop ke aku? Aku rasa nggak!
Allah langsung membalas lewat workshop gratis di Medan itu. Subhanallah. Selain
itu, pulang dari Medan, aku kembali berangkat ke Yogya secara gratis. Ya,
mewakili organisasi yang aku ikuti, LPM Gagasan.
Baca
juga : Pelatihan Jurnalistik di Yogya#3
Aku di Gagasan sudah hampir sekitar
empat tahun. Dipercayakan sebagai redaktur satu periode dan Pimpinan Redaksi
selama dua periode. Aku udah ngerasai banyak ‘rasa’ di organisasi ini. Aku
pernah dicarutin. Aku nggak tidur buat ngoreksi tulisan untuk naik di majalah.
Aku begadang sendirian ngoreksi tulisan. Kalau ada tulisan yang ‘salah’, yang
kena marah Pimpinan Redaksinya, aku.
Kalau Gagasan bermasalah atau kurang
produktif, yang kena omel itu aku. Aku ngeliput sana-sini jika tugas liputan
adik-adik itu tidak selesai. Aku pernah diancam penjara saat wawancara untuk
tulisan majalah edisi 100. Aku ke warnet buat naikin tulisan adik-adik ke web
Gagasan. Aku sering dimarah-marahi narasumber. Aku sering di omongin belakang
hanya karna aku yang menyampaikan ‘kebijakan’ kepada mereka padahal kebijakan
itu sudah didiskusikan dengan pimpinan lainnya dan litbang.
Aku baca buku Jurnalistik yang sama
sekali tidak relavan dengan jurusan kuliahku hanya dengan harapan berita-berita
Gagasan kedepannya bisa jauh lebih baik. Aku baca majalah LPM-LPM lain agar aku
bisa peka isu dan memberikan mereka isu-isu untuk diliput.
Aku nggak pernah memaksakan adik-adik
Gagasan untuk nulis satu hari satu berita seperti kesepakatan saat wawancara,
padahal aku punya target di diri sendiri agar web Gagasan nggak boleh dalam
sehari itu kosong tanpa berita, dan akhirnya aku juga yang nyari berita. kalau
nggak sempat nyari berita, aku ketik ulang rubric alumni dari majalah-majalah
Gagasan untuk dinaikin ke web. Aku yang bolak-balik rektorat untuk ngurus
sesuatu yang berkaitan dengan Gagasan. Aku yang kayanya susah dapat izin libur
kemana-mana karna apa-apa terkait Gagasan nanyanya ke aku.
Tiap hari aku datang kesekre, hanya
buat sekedar ngecek keadaan sekre. Nyapu dan nyuci piring saat adek-adek yang
lain nggak piket. Hampir semua sosial media Gagasan, aku yang ngupdate dulu.
Lantas terhadap semua itu, Allah kasih hadiah buat aku untuk ke Yogya secara
gratis apa itu salah?
Lantas kamu juga pengen dengan apa yang
aku dapatkan, padahal untuk datang rapat saja malas, kamu sehat? Aku bukan
bermaksud pamer atau ngungkit-ngungkit apa yang diberi, hanya saja ingin
sedikit menjelaskan buat mereka yang agak sirik yang ngatain ‘seakan-akan semua
berpusat di aku’.
Intinya, apa yang kamu berikan, itu
yang akan kamu dapatkan. Kamu berikan yang terbaik buat organisasimu, itu juga
yang akan kamu dapatkan. Kamu bantuin teman-temanmu, kamu juga akan dibantu
oleh orang. Ini juga yang aku rasain. Aku ngebantu teman-temanku, teman-teman
yang lain ngebantu aku. Investasi. Aku nggak punya koper, dipinjamin oleh
Desnoy, padahal aku nggak pernah bantu dia apa-apa. Pulang dari Yogya, aku
dijembut ke bandara oleh Payung, padahal aku jarang ngebantuin dia apa-apa.
Dan banyak lagi sesuatu yang ditolong
oleh teman-temanku. Alhamdulillah. Ternyata memang, give more than you get.
Jangan pernah pelit memberikan sesuatu kepada orang lain. Ingat, Allah nggak
tidur. Percaya aja bahwa Allah bakal balas apa yang kamu beri. Kalaupun nggak
saat ini, pasti dikemudian hari. Kalaupun bukan dari orang yang kamu tolong,
pasti orang lainnya yang akan membantu kamu.
Ayo budayakan memberi. Itu sebuah
investasi untuk masa depan. Oke deh, mungkin segini dulu. Salam sayang,
@muthihaura1
Selasa, 22 Agustus 2017. 13.08 WIB.
betul, aku juag suka bilang begini sama anaku yg suka kesel kalau negrjain tugas sendirian malah yg lain santai
BalasHapusternyata samaan nasibku sama ank mbk ya hehe
HapusSeperti siapa yang menanam dia juga layak mendapatkan hasil panen nya.
BalasHapusYang awalnya benih sekarang udah buah.
Sangat mengingatkan tulisannya
Trimakasih mas ;))ayo semangat kitanya.
HapusMungkin awalnya jengkel, kesel dsb. Tapi percayalah, semua yang dilakukan mba Muthi nggak ada yang sia-sia. Tetap semangat menjalani kehidupan ini. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat.
BalasHapusiya mbak amin. mbak juga selalu semangat yaaa ;))
Hapusmemang awalnya gedeg banget mba ada diposisi kayak mba tapi justru itu buat diri kita juga dulu juga sama ada yang numpang nama doank hasilnya ya mereka yang males kendala juga dalam skripsinya. Intinya memang kita kerjakan dengan tulus karena balasannya sll ada kayak mba tau2 dpt info workshop film keren :)
BalasHapusiya mbak. usaha tak kan pernah mengkhianati hasil. apa yang ditanam, itu yang dituai. ;)
HapusIya betul....yg penting memberi dulu aja, ngga usah mikirin balesan. InsyaaAllah ada adzab baiknya ^^
BalasHapusiyaaa betul banget mbak ;))
Hapussaja juga sering kejadian begitu, tugas bersama di lempar kesaya sendiri, terkadang juga mikir untuk gk kerjain, (maklum Anak asrama) tapi efek kenak semua. Akhirnya setelah jera lebih memilih diam dan kerjain sendiri, karena memang tugas ketua harus banyak berkorban karena itulah kelebihan ketua. Amanahnya besar.
BalasHapusI think everything published made a bunch of sense. However, what about this? what if you were to create a killer post title? I mean, I don't want to tell you how to run your blog, however suppose you added a post title that grabbed folk's attention? I mean %BLOG_TITLE% is kinda boring. You ought to glance at Yahoo's home page and note how they create news titles to get viewers to click. You might try adding a video or a pic or two to grab readers interested about everything've got to say. Just my opinion, it might bring your website a little livelier. paypal mastercard login
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus