Untukmu Calon Imamku
Entah
kenapa malam ini aku ingin menuliskan perihal ini. Untuk seseorang yang aku
sebut masa depan. Untuk seseorang yang akan menemani masa-masa tua. Untuk
seseorang yang sketsa wajahnya belum tergambar. Untuk seseorang yang urutan
abjadnya belum jelas. Ya, untuk kamu, calon imam yang entah siapa.
Untuk
calon imam yang entah ada entah nggak. Perkata jodoh dan mati, siapa yang tau
bukan? Mungkin saja sebelum aku bertemu denganmu, aku sudah duluan dipanggil
Allah. Tidak ada yang tau, begitupun kamu. Sebenarnya aku malu menuliskan ini.
Aku merasa, tulisan ini akan alay. Bagaimana mungkin aku mengirimkan surat
untuk seseorang yang bahkan aku tidak tau kamu siapa, kamu dimana, iya kan?
Tapi
biarlah, siapapun kamu, kuharap kamu baik-baik saja. Kuharap kamu sedang
semangat menjalani hari-harimu mengejar impian. Seperti halnya aku yang sedang
sibuk mengejar mimpi-mimpiku. Sibuk memperbaiki diri. Sibuk belajar banyak hal.
Semoga kamupun begitu. Biarlah sekarang aku sibuk dengan mimpiku, kamu dengan
mimpimu, hingga takdir membawa kita untuk mewujudkan mimpi bersama.
![]() |
source: google |
Sebelumnya,
kuberitahukan beberapa hal tentangku padamu. Agar kelak jika kita bersama, kamu
tidak menyesal telah memilihku. Aku bukan perempuan cantik. Kalau kamu mencari
perempuan cantik, maaf, bukan aku orangnya. Aku bukan perempuan pintar, makanya
aku selalu semangat untuk terus belajar, karna aku tau aku tidak pintar. Aku
belum sholehah, makanya aku akan terus belajar untuk terus menjadi sholehah,
hingga akhir hayat.
Aku
bukan perempuan yang bisa kamu banggakan didepan teman-temanmu. Aku bukan
perempuan yang pandai memoles pipi dengan pemerah pipi. Aku bukan perempuan
yang pandai memakai alis. Aku bukan perempuan yang pintar
mematching-matchingkan busana. Aku perempuan yang terkadang masih bertingkah
kekanak-kanakan, yang mungkin nantinya bakal kamu temui masih merengek-rengek
memintamu membelikanku es cream.
Aku
perempuan yang masih susah menahan emosi, tapi percayalah emosiku cepat reda.
Mungkin kamu akan temui aku sedang menumpahkan emosi padamu, beberapa menit
kemudian aku akan merasa bersalah, dan kemudian kamu akan temui aku yang
meminta maaf padamu.
Jika
kamu mencari alasan untuk mencintaiku, percayalah, kamu tak akan menemukan
alasan apa-apa. Karna memang tak ada yang bisa dibanggakan dariku untuk kamu
cintai. Aku hanya perempuan biasa. Diantara banyaknya kekuranganku dan kamu
masih memilihku untuk menjadi seseorang yang menemani masa depanmu, kuucapkan
terimakasih.
Kelak,
jika kita sudah menikah, izinkan aku membangunkanmu dipagi hari. Membuatkanmu
sarapan. Ceritakan padaku semua makanan kesukaaanmu, karna aku akan belajar
dengan semangat untuk membuatnya. Izinkan aku membantumu mengenakan kancing
bajumu. Menyisirkan rambutmu atau sekedar mengacak-ngacak rambutmu ketika kamu
pulang kerja.
Izinkan
aku menjadi pendengar saat kamu punya masalah diluar sana, setidaknya jika aku
tidak bisa membantumu mencari solusi, perasaanmu sudah lebih lega karna tidak
memendam masalah sendiri. Izinkan aku tetap dirumah, menjagamu, merawat
anak-anak kita, membersihkan rumah kita.
Ya,
aku ingin tetap dirumah. Itu impianku sejak lama. Dirumah, merawat anak-anakmu.
Mungkin orang-orang menganggapku kolot. Kuliah tinggi-tinggi, bergelar sarjana,
tetapi kerjaannya Cuma dirumah. Tak apa, karna bagiku, membesarkan anak-anak
kita hingga mereka memiliki prestasi diluar sana adalah hadiah terbesar bagiku.
Atau melihatmu sukses diluar sana juga hadiah terbesar bagiku. Bukankah dibalik
suami hebat ada istri luar biasa dibelakangnya? Bukankah dibalik kesuksesan
seorang anak, ada orang tua hebat dibelakangnya?
Ya,
aku ingin menjadi asal usul dibalik kesuksesan kalian. Walaupun diluar sana
bukan aku yang dipuji, tapi kamu dan anak-anakmu, tak mengapa bagiku.
Setidaknya ada jerih payahku disana. Seperti halnya saat ini, saat dimana aku
masih merawat adik-adikku. Membuatkan mereka sarapan dipagi hari. Memastikan
rumah mereka bersih sebelum aku berangkat kampus. mencuci piring-piring setelah
mereka makan.
Dan
kini mereka tumbuh besar. Tumbuh hebat tanpa kurang apapun. Dipuji-puji, aku
senang, karna ada andil diri aku dalam proses tumbuh kembang mereka, walau
sedikit. Aku juga ingin punya andil atas kesuksesan kamu, walau aku tau, andil
terbesar itu tentulah dari orang tuamu.
Aku
akan menurunkan ego, tetap berada dirumah, walau aku bukan type yang betahan
dirumah. Terbukti, saat aku kuliah ini, bisa dihitung jam aku berada dirumah. Aku
akan dirumah kita, asalkan kamu mengizinkanku untuk terus menulis. Dan jikalau
nanti keadaan keuangan kita tak memungkinkan, aku juga bersedia untuk bekerja
membantumu meringankan beban.
Kelak
jika kita sudah hidup bertahun-tahun lamanya bersama, dan kamu jumpai uban
dikepalaku. Atau aku yang tak lagi seligat dulu dalam mengurusmu. Atau kamu
semakin tak menemukan kecantikan apa-apa dariku, maka maafkanlah. Mungkin aku
terlalu letih mengurusmu, mengurus anak-anakmu, mengurus rumahmu, hingga aku
tidak punya waktu mengurus diriku sendiri. Tapi tenang, sejak saat ini aku
sedang belajar mengurus diri, semoga akan bertahan sampai aku tua nanti.
Untuk
segala keterbatasanku, kuharap kamu tidak terfikir untuk berpoligami. Aku tidak
mengharamkan poligami. Tetapi aku ingin mencintaimu secara totalitas,
seutuhnya. Begitupun sebaliknya, aku ingin kamu cintai seutuhnya, tanpa
terbagi-bagi. Aku ingin seperti Khadijah yang semasa hidupnya tidak pernah
dipoligami oleh Rasulullah. Walaupun aku bukan perempuan sempurna, aku juga
tidak ingin membagi-bagimu dengan yang lain. Aku Cuma perempuan biasa yang
punya hati, tetapi jika kelak aku meninggal duluan, dan kamu berniat untuk
menikah lagi, ku persilahkan.
Semoga
perempuan itu dapat merawatmu dan anak-anak kita, lebih baik dari aku
merawatmu. Terlepas dari semua itu, aku adalah perempuan yang cengeng. Jika
kamu menemukan kesalahan dariku, nasehati aku dengan lemah lembut.
Dan
jika kamu temukan aku menangis karna suatu hal, aku ingin kamu menghapus air
mata dari pipiku. Atau sekedar mengelus lembut puncak kepalaku. Atau yang lebih
kuinginkan lagi, kamu mau memelukku. Membawaku kedalam pelukan hangatmu.
Mengizinkan kepalaku menyender didadamu. Aku butuh itu kalau sedang menangis.
Agar aku merasa nggak sendirin. Agar aku merasa ada kamu yang selalu mau
menjagaku.
![]() |
source: google |
Agar
aku merasa bahwa kamu memang orang yang tepat untuk aku mengabdikan hidupku.
Ceritakan juga padaku tentang masa lalumu. Tentang perempuan yang pernah
singgah dalam hidupmu. Pun aku akan begitu, menceritakan tentang cinta di masa
laluku.
Kamu
mau dengar ceritaku? Aku bukan type perempuan yang gampang jatuh cinta. Sampai
saat aku berusia 22 tahun ini, aku baru merasakan sayang yang sebenar-benarnya
sayang itu pada empat lelaki. Ya, empat. Lelaki pertama, saat aku SMP. Yang
kedua, SMP kelas tiga. Lelaki ketiga, SMA kelas dua. Dan yang terakhir ini,
pasa kuliah sampai saat ini.
Baca juga: Tentang kamu
Maaf,
aku tidak bisa menjaga rasa hanya untukmu. Bukan salahku jika aku punya rasa
cinta. Pacaran? Kamu tanya perihal pacaran padaku? Baru sekali dengan lelaki
kedua yang aku cinta. Maaf tidak bisa menjaga diri. Kuharap kamu mau menerima
masa laluku seperti halnya aku yang menerima masa lalumu.
Mungkin
segini dulu. Terimakasih buat kamu yang sudah mau menyempatkan waktu membaca
surat dariku. Siapapun kamu, trimakasih. Selamat menjaga diri, hingga Allah
pertemukan kita.
Salam,
Muthi Haura. 6 September 2017. 00.58 WIB.
Terharu
BalasHapushaha
HapusMoga dimudahkan mendapat jodoh hingga ke surgaNya mbak ��
BalasHapusAmin Ya Allah amin. trimakasih mbak;))
HapusSemoga bertemu dengan sang imam di saat yang tepat...
BalasHapusamin. makasih mbak :)
Hapus