Arti Gagasan Bagiku
ArtiGagasan Bagiku- Pergi. Mungkin itu kata yang tepat untuk saat ini. Pergi bukan
berarti karna tak sayang. Pergi bukan berarti karna tak cinta. Pergi bukan
berarti tak peduli. Cuma memang ‘masa’nya sudah habis. Waktu memaksa untuk
pergi. Mau tidak mau suka tidak suka.
Pergi
bukan menjauh. Pergi bukan berarti melupakan. Tidak sama sekali! Pergi disini
kudefinisikan sebagai ‘tak sesering dulu’ untuk datang. Tak sesering dulu untuk
stay. Kalian mungkin bertanya-tanya maksud dari kalimatku di atas bukan?
Jadi
ditanggal 22 Desember lalu tepatnya hari Jum’at, organisasi yang aku ikutin,
Gagasan mengadakan musyawarah bersama alias mubes. Guna mubes ini adalah
mencari pimpinan-pimpinan baru untuk melanjutkan estafet perjuangan
dikepengurusan setahun kedepan.
Aku
yang saat itu menjabat sebagai Pimpinan Redaksi, mau tidak mau harus merelakan
puncak jabatan itu berpindah. Dua periode kepengurusan dipercaya sebagai
pimpinan redaksi, bukan hal yang mudah bagi aku untuk melepaskannya.
Bukan
karna aku masih menginginkan jabatan, tidak sama sekali. Toh aku juga di UIN
sudah hampir usai. Hanya saja, ada sedikit ketidakpercayaan kepada mereka
melihat kondisi mereka saat aku masih menjabat. Ah, semoga ketidakpercayaanku
ini segera memudar. Mereka pasti bisa. Mereka pasti bisa memajukan Gagasan,
pasti bisa.
Bagiku,
Gagasan segala-galanya. Bagiku, Gagasan lebih dari sekedar organisasi. Lebih
dari sekedar lembaga. Gagasan ngajarin aku banyak hal. Ngajarin sesuatu yang
nggak aku dapatkan dibangku ruang kuliah. Akan kuceritakan sedikit awal mula
aku berproses di Gagasan.
Sejak
PNDK 2013 Universitas saat Gagasan mempromosikan diri, aku langsung tertarik.
Kebetulan juga saat SMA, aku pernah dipercaya sebagai Ketua Jurnalistik Rohis
MAN 2 Model. Aku bertekad untuk bergabung di Gagasan. Tapi sampai hari
pendaftarannya usai, aku tak kunjung juga mendaftar.
Baca juga: LPM Gagasan
Maklumlah
mahasiswa baru yang masih takut-takut. Waktu itu juga, aku ngikutin beberapa
organisasi di fakultas. Di semester dua, aku kembali berniat untuk bergabung di
LPM Gagasan, tapi ternyata Gagasan belum buka open recruitment lagi. Waktu itu
bareng Lelek, aku menemui Pimpinan Umum Gagasan bang Gilang. Saat itu juga
Pimpinan Redaksinya Kak Wil.
Singkat
cerita, aku dan Lelek diberi kesempatan bergabung di Gagasan. Dan hal yang aku
sayangkan dulu itu saat magang adalah dimana aku jarang aktif di Gagasan. Aku
jarang datang. Jarang ngasih berita. Pokoknya, aku sama sekali nggak
ngemanfaatin dengan sungguh-sungguh proses belajar di Gagasan.
![]() |
saat magang |
![]() | ||
masak-masak di sekre |
Aku
nyesal. Nyesal kenapa nggak dari pas magang rajin nyari berita. Nyesal kenapa
nggak ikutan kelas yang diadain Gagasan. Nyesal kenapa nggak dari magang nyari
link. Ya, aku sangat sangat sangat menyesal. Makanya aku selalu tegas dengan
adik-adik magang agar mereka rajin nyari berita. Agar mereka sungguh-sungguh
berproses di Gagasan. Aku nggak pengen mereka ngerasain penyesalan seperti yang
aku rasain.
![]() |
diklat di Bahana |
Baca juga: Diklat Dasar di Bahana
Semester
tiga saat kepengurusan bang Hafiz dan bang Saan, aku tiba-tiba diangkat jadi
redaktur. Surprise? Banget! Aku yang jarang datang dan jarang nyari berita
tiba-tiba dikasih kepercayaan untuk jadi redaktur. Parahnya, beberapa bulan
pertama saat menjadi redaktur, aku masih cuek bebek dengan Gagasan.
![]() |
Pertama kali wawancara dengan rektor |
Aku
masih seolah acuh dan tak peduli sampai akhirnya beberapa minggu setelah diklat
dasar adik-adik angkatan 2015, aku diberangkatin PJTL ke Sumbar di UNP Ganto.
Lagi-lagi surprise. Lagi-lagi nggak nyangka. Gagasan begitu baiknya dengan
ngasih aku kesempatan. Pulang PJTL, waktu itu aku ingat banget kalau kak Wil
bilang gini: “Muthi udah PJTL, kasih lagi yang terbaik buat Gagasan. ibaratnya
itu, Muthi punya hutang dengan Gagasan.”
![]() |
PJTD Ganto UNP 2015 |
![]() |
Peserta diklat dasar Gagasan 2016 |
Baca juga: PJTL Ganto
Tertohok?
Banget! Sejak itu mulai deh aktif datang, walau masih juga jarang nyari berita.
Beberapa bulan setelah PJTL itu mubes dan yang nggak aku nyangka banget, aku
terpilih sebagai Pimpinan Redaksi. Gila! Sumpah demi Allah, sejak awal di
Gagasan, aku nggak pernah berpikir untuk bisa menjadi Pimpinan Redaksi. Aku
sama sekali nggak punya bayangan untuk jadi Pimpinan Redaksi.
Siapa
aku bukan? Pulang mubes itu, aku nangis. Nggak bisa tidur. Serasa ada beban
berat yang langsung nimbukin pundak. Aku yang saat itu nggak peka isu. Aku yang
saat itu nggak ngerti gimana caranya ngurus organisasi. Aku yang nulis berita
masih ancur-ancuran. Bagaiamana mungkin aku bisa jadi Pimpinan Redaksi
sedangakan diri aku sendiri belum bisa aku pimpin?
Aku?
Pimpinan Redaksi? Jadi orang nomor dua terpenting di organisasi? Dan lagi, di
lembaga pers itu, Pimpinan Redaksi itu posisinya sangat sangat sangat penting.
LPM tanpa Pimpinan Umum, masih bisa jalan. LPM tanpa Pimpinan Perusahaaan,
masih bisa jalan. LPM tanpa Pimpinan Redaksi? Rasanya berat ya. Itu bukan kata
aku, tapi kata beberapa alumni.
Baca juga: Pimpinan Redaksi (?)
Saat
awal menjabat sebagai Pimpinan Redaksi itu, aku masih semester enam. Masih
terbilang masih terlalu muda untuk menjabat sebagai Pimpinan Redaksi. Aku juga
saat itu orangnya masih moddy-an. Masih plin plan, bahkan untuk nentuin atau
ngambil keputusanpun aku nggak bisa.
Tapi
seiring waktu, aku belajar. Aku ‘dipaksa’ untuk berkembang terlalu pesat. Aku
‘dipaksa’ untuk terus berproses menjadi lebih baik. Dan aku mulai menikmati
semua proses itu. Aku bacain semua majalah LPM lain agar bisa peka isu. Aku
latihan terus-terusan untuk nulis berita.
Aku
baca buku-buku berkaitan dengan jurnalistik yang sama sekali nggak relavan
dengan jurusan kuliahku. Aku belajar mengambil keputusan. Aku semakin belajar
mengatur waktu. Menjadi pimpinan bukan hal yang mudah bagiku. Apalagi harus
mimpin organisasi sebesar Gagasan. Belum lagi tingkah laku anggotanya yang
seribu satu. Menjadi pimpinan itu harus banyak rela berkorban. Harus rela saat
diomongin belakang hanya karna aku yang menyampaikan kebijakan tersebut. Mereka
hanya nggak tahu kalau kebijakan itu sudah didiskusikan dengan litbang dan
pimpinan lainnya.
Harus
rela naikin berita saat salah satu anggota tidak menunaikan tugasnya. Harus
rela begadang beberapa hari untuk ngedit SEMUA tulisan Gagasan untuk dinaikin
ke majalah. Harus rela ke warnet untuk naikin berita. Harus rela kena marah
alumni dan litbang saat kondisi Gagasan mereka rasa tak sesuai koridornya. Atau
kalau adik-adik di Gagasan nggak produktif, maka aku sebagai pimpinan juga yang
kena.
Harus
rela diancam penjara karna liputan. Harus rela dibentak-bentak narasumber.
Harus rela ngambil alih tugas berita saat adik-adik Gagasan tak menyelesaikan
tugasnya. Aku berusaha sebisa yang aku bisa, begitu juga dengan pimpinan yang
lainnya.
Yang
paling nyeseknya itu, saat udah berusaha sekuat yang dibisa, tapi ada yang
ngecemeehin Gagasan, itu rasanya sedih. Atau ada orang yang berkomentar kalau
kinerja kami gak bagus, itu rasanya sedih. Aku tau, kami belum bisa ngasih yang
terbaik, tapi kami udah ngasih sebisa dan semampu kami.
Terlepas
dari semua itu, aku menyayangi Gagasan. I am nothing without Gagasan. Tanpa
Gagasan, aku nggak akan dapetin banyak pengalaman luar biasa. Tanpa Gagasan,
aku nggak akan bisa ke Sumbar dan Yogya gratis. Tanpa Gagasan, aku nggak akan
punya keluarga baru yang bikin nyaman. Tanpa Gagasan, aku nggak akan bisa
ketemu dan ngomong langsung dengan banyak orang hebat.
Tanpa
Gagasan, aku nggak akan bisa nulis berita. Tanpa Gagasan, aku nggak akan bisa
belajar mengambil keputusan. Tanpa Gagasan, aku nggak akan bisa melakukan
banyak hal. Dan masih banyak lagi. Pokoknya, aku tanpa Gagasan itu nothing deh!
Atas semua yang udah Gagasan kasih, aku ngucapin banyak terimakasih.
Gagasan
sangat berarti bagiku. Sampai kapanpun, Gagasan tetap rumah tempat aku pulang.
Dan semoga tetap bikin nyaman hingga nanti-nanti. Selamat melanjutkan estafet
perjuangan adik-adik. Jangan sungkan untuk datang padaku kalau ada sesuatu yang
ingin didiskusikan. Aku cinta Gagasan, begitu juga mungkin pengurus dan pendiri
Gagasan terdahulu.
Jaga
Gagasan ya. Titip Gagasan. Yakin aja deh, kalau kalian berproses disini nggak
akan sia-sia. Ambil semua ilmu di Gagasan dan aplikasikan! Usaha tak kan pernah
mengkhianati hasil. Apa yang kamu beri untuk organisasimu, itu juga yang akan
kamu dapatkan. Berikan saja yang terbaik. Kalau bukan dari organisasi itu kamu
dapatkan ganti, pasti Allah ganti diluar sana.
Baca juga: Pelajaran
Memberi dan Menerima
Aku
sayang Gagasan. Aku sayang kalian. Salam dariku, Pimpinan Redaksi 2016-2017.
Nggak, aku bukan mantan Pimpinan Redaksi. Aku tetap Pimpinan Redaksi dimasaku,
2016-2017. Ya, dimasaku, karna tiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya.
Selamat berproses. Sampai jumpa dipuncak kesuksesan!
Begitulah
arti Gagasan bagiku. Salam,
@muthihaura_blog. Kamis, 28 Desember 2017. 21.51 WIB.
Aku rindu masa muda jaman masih jadi mahasiswa gara-gara baca tulisan ini ....hehe
BalasHapusPinjam kantong doraemon mbk untuk balek ke masa lalu ;))
HapusSelalu di hati ya, jd inget masa2 sma & kuliah...
BalasHapus