Mahasiswa dan Apatis
Haai, Assalamua’laikum. Sedang
ngelakuin apa? Aku baru selesai baca buku nih dan sekarang maksain diri untuk
nulis postingan. Aku bilang kediri aku sendiri, setidaknya satu paragraph untuk
malam ini jadilah, daripada nggak sama sekalikan?
Banyak banget sebenarnya yang pengen
aku ceritain sama diary online aku ini, tapi kayanya nggak boleh ya. Harus ada
filter, apalagi terkait masalah pribadi. Soalnya teman-teman terdekatku juga
ada beberapa yang ngebaca blog ini. Nah, beberapa hari yang lalu, aku ikutan
lomba yang diadain oleh BEM UIN Suska.
Baca
juga: Tips menulis dan menerbitkan novel#1
Sayangnya nggak menang. Nggak papa,
mungkin itu yang terbaik. Allah ngasih apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang
kamu inginkan, iyakan? Nah, daripada tulisannya mendam doang dilaptop, mending
aku share disini kan? Kali aja bermanfaat. Oke langsung aja check this out:
Mahasiswa
dan Apatis
Kepada para mahasiswa
yang telah menggoreskan sebuah catatan kebanggaan dilemar sejarah manusia.
Wahai kalian yang rindu kemenangan. Wahai kalian yang turun kejalan. Demi mempersembahkan
jiwa dan raga, untuk negeri tercinta. Untuk negeri tercinta.
![]() |
source: google |
Kepada seseorang yang diberi julukan
‘mahasiswa’, bagaimana kabarmu hari ini?
Bagaimana semangat juangmu hari ini? Apakah semakin berkobar atau kian
redup dimakan zaman? Masihkah kamu peduli disaat rakyat merintih? Masihkah
tergerak hatimu untuk melakukan sesuatu disaat rakyat kelaparan? Masihkah ada kepedulian
pada dirimu akan kondisi bangsa ini? Akan kondisi negara ini?
Ataukah kasur empukmu mengalahkan
semuanya? Ataukah kehidupan hedonmu membuatmu bungkam terhadap penderitaan
rakyat? Jangankan peduli pada keadaan negeri ini karena masuk kuliahpun kamu
malas bukan? Ah miris! Kebanyakan mahasiswa zaman now ini apatis. Hanya
mementingkan kepentingan pribadi seolah tak peduli kanan kiri asal dirinya tak
terzolimi.
Hai kami yang diberi julukan
‘mahasiswa’. Maha di atas siswa, sebuah julukan yang mengandung arti besar.
Sebuah julukan dengan harapan perubahan yang berarti bagi bangsa. Lupakah kamu
dengan kejadian 1998? Lupakah dengan kejadian Trisakti? Kejadian dimana para
mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia saling bahu membahu untuk
meruntuhkan rezim orde baru. Dan ingat, kejadian Trisakti memakan korban.
Mereka mahasiswa yang sampai mengorbankan nyawanya untuk bangsa ini. Untuk
kehidupan lebih baik. Untuk kita. Untuk negara ini.
Lupakah? Lupakah kalau kamu sebagai
mahasiswa disebut ‘agent of change’? Si pembawa perubahan, lupakah? Atau kamu
pura-pura lupa, lalu kemudian menutup mata atas semua itu? Kamu menutup mata
atas rintihan rakyat. Kamu menurut mata atas keadaan sekitarmu. Kamu isi masa
kuliahmu dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Jangankan berniat untuk ikutan
organisasi, masuk kuliah saja kamu malas.
Lalu mau jadi apa bangsa ini jika
mahasiswanya apatis? Jika mahasiswanya tidak memiliki ‘prestasi’? Bukankah 10
sampai 15 tahun kedepan, kamu yang bakal memegang kendali pemerintahan dinegara
ini, lantas mau jadi apa negara ini jika kamu masih seolah tak peduli? Akan
dibawa kemana negara ini untuk tahun-tahun kedepannya jika kamu yang saat ini
sebagai mahasiswa masih cuek bebek?
Ah, tak terbayangkan bagaimana
negara ini kedepannya jika mahasiswanya apatis. Ingatkah kamu dengan kalimat
ini ‘berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncang dunia’? Ya, 10 pemuda
hebat bisa mengalahkan 1000 orang tua begitu ujar Soekarno. Hai kamu yang
berstatus mahasiswa, sadarlah! Sadarlah sebelum semuanya terlambat. Saatnya
berubah. Saatnya peduli. Indonesia butuh uluran tangan darimu. Orang-orang
disekitarmu butuh pundakmu.
Bangunlah wahai mahasiswa. Tak ada
gunanya kamu pertahankan gaya hidup nan apatis. Tak ada gunanya kamu
berfoya-foya disaat muda ini. Jalan kamu masih panjang, mulailah berubah. Satu
langkah perubahanmu sangat berarti untuk Indonesia kedepannya. Indonesia butuh
mahasiswa-mahasiswa ‘hebat’. Kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk berubah
yang merepotkan, cukup bertahap, mungkin bisa dimulai dari memperbaiki hidupmu
sendiri, lalu masuklah organisasi.
Percayalah, organisasi apapun itu,
kamu akan ‘diajarkan’ untuk peduli pada keadaan sekitarmu. Kamu diajarkan untuk
‘berbuat lebih’ untuk sekitarmu. Setelah itu, tatap keadaan diluar kampus dan
berbuatlah. Jangan bermalasan, bukankah kamu hidup didunia ini untuk menjadi
khalifah?
Anies Basswedan pernah berucap bahwa merugilah
mahasiswa yang selama di perguruan tinggi hanya belajar dibangku ruang kuliah.
Keluarlah dari zona nyamanmu. Bergabung dengan beberapa organisasi membuatmu
belajar banyak hal. Pandai-pandailah memilih organisasi yang bisa membuatmu
berkembang. Tak akan rugi, justru banyak yang bisa kamu dapatkan.
***
Mulailah bertindak wahai kamu yang
berstatus mahasiswa, tapi jangan pernah lupakan juga kewajiban kuliahmu. Walau
bagaimanapun, kedua orang tuamu di kampung menguliahkanmu dengan harapan kamu
dapat menyelesaikan kuliahmu dengan baik. Jangan pernah sedikitpun kamu
sia-siakan keringat mereka. Mereka mengorbankan banyak hal untukmu. Darah, air
mata, keringat, do’a, dan lain
sebagainya.
Bahkan mereka tak pernah mengeluh sedikitpun, tapi
kamu dengan seenaknya dirantau bermalasan kuliah. Menghabiskan uang untuk hal-hal
yang tidak sebagaiman mestinya. Sadarlah! Jadilah mahasiswa yang oke akademik
oke organisasi dan peduli terhadap sekitar.
W.S.Rendra pernah berkata bahwa mahasiswa sebagai generasi muda yang
ideal adalah yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat, kemudian
berbakti pada masyarakat.
Dulu, mahasiswa terlihat garang dihadapan birokrasi
dan menjadi momok menakutkan bagi mereka, seharusnya sekarang begitu juga.
Bangkitlah wahai mahasiswa. Bangunlah! Hidupkan kembali taring ‘agent of
change’ tersebut. Jangan sampai kehilangan jati diri sebagai seorang mahasiswa.
Mari lanjutkan estafet perjuangan yang telah turun temurun diberikan sejak
gerakan mahasiswa ditahun 1908.
Coba tanyakan kembali pada dirimu, apa yang membuat
dirimu kehilangan ketidakpedulian terhadap sekitar? Apa yang membuatmu memilih
untuk menjadi mahasiswa kuliah pulang kuliah pulang? Apa karena takut nilai
akademikmu anjlok? Benarkah karena alasan itu? Atau kamu memang benar-benar
sudah terlena dengan gaya hidup hedonism? Nongkrong tak jelas, main games tak
kenal waktu, pacaran tanpa batas, miras merajarela, club-club malam yang lebih
menggiurkan ketimbang duduk manis berdiskusi sembari membaca buku disudut
perpustakaan.
![]() |
source: google |
Kalau
memang alasanmu karena nilai akademik yang takut rendah, percayalah bahwa tidak
semua aktivis ber-IPK rendah, justru malah kebalikannya. Semua itu tergantung pada dirimu sendiri.
Tergantung pada bagaimana kamu memanage waktumu. Jika kamu bisa menyeimbangkan
antara keduanya, itu sungguh sangat luar biasa. Sedangkan jika alasannya karena
kamu terlena dengan gaya hidup hedonisme, maka bangunlah!
Negara ini butuh kamu, sadarlah.
Hidup hanya sekali. Masa muda yang disia-siakan tak akan pernah bisa kamu ulang
kembali lagi. Nasi yang udah jadi bubur tidak akan pernah bisa menjadi nasi
lagi, tinggal bagaimana cara kamu membuat bubur itu tetap enak dinikmati.
Hai kamu yang bergelar mahasiswa,
buktikan pada dunia kalau generasi muda di Indonesia memiliki kapasitas yang
bagus. Buktikan dengan prestasi-prestasimu, agar Indonesia tak dipandang
sebelah mata lagi oleh negara lain. Kalau bukan kamu sebagai mahasiswa yang
peduli pada keadaan negara ini, lantas siapa lagi? Kalau bukan dari sekarang
kamu sebagai mahasiswa peduli terhadap negara ini, lantas kapan lagi?
~~~~~
Gimana?
Boleh banget loh kasih kritik dan saran. Oke mungkin segini dulu ya. Yuk jadi
mahasiswa yang tidak apatis. Salam sayang, @muthihaura1.
Kamis,
15 Februari 2018. 14.31 WIB.
Makasih untuk tamparan kerasnya, Kak. T.T
BalasHapusmeskipun aku sekarang udah semester akhir, dan ku sadar belum ngasih apa2 sama Indonesia. :((
Sama-sama. Ayo tetap semangat, pasti ada jalannya. Aku juga masih mahasiswa yang lagi nunggu wisuda hehe.
Hapus