Puasa dan Baca Qur’an saat Haidh

09.58 muthihaura 10 Comments



Haaai Assalamua’laikum. Gimana puasanya dihari kelima 1439 ini? Lancar? Alhamdulillah. Udah sampai mana bacaan Qur’annya? Semoga tetap semangat ya! Aku ikutan salah satu WhatsAap grup yang isinya para cewek-cewek luar biasa yang semangat belajar agama. Di WhatsAap itu pada berlomba-lomba ngebaca Al-Qur’an. Tujuannya bukan buat pamer sih, tapi buat saling menyemangati.

Beruntungnya kenal dengan sosok-sosok shalihah. Semoga aku bisa seperti mereka. Amin! Salah satu pembahasan di WA waktu itu perkara puasanya wanita haidh. Aku jadi keingat buku Fatwa-fatwa tentang wanita yang dibelikan aba. Buku ini bisa dibilang lengkap dengan jumlah halaman 917. Luar biasa bukan?


Buku ini diterbitkan oleh Darul Haq. Sedangkan penulisnya adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Asy-Syaikh, Syaikh Abdullah bin Humaid, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Abdullah bin Jibrin, Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, dan Lajnaah Da’imah Lil Ifta’. 

buku fatwa wanita
Punya aku lupa moto. source: google


Untuk kali ini aku share disini deh dalam bentuk poin-poin. Let’s check this out:
Jika mendapat kesucian setelah subuh
+ Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Jika seorang wanita mendapatkan kesuciannya tepat setelah waktu subuh, apakah wanita itu harus tetap berpuasa pada hari itu? Atau mengqadha puasa hari itu di hari lain?

- Ada dua pendapat ulama. Pendapat pertama, diwajibkan berpuasa pada hari itu, akan tetapi puasanya tidak mendapatkan imbalan, bahkan wajib baginya mengqadha puasa. Ini adalah pendapat masyhur dikalangan Mazhab Imam Ahmad. Pendapat kedua, tidak wajib baginya berpuasa, karna pada permulaan hari, ia dalam keadaan haidh.

Baca juga: Karena kita perempuan

Haidh datang beberapa saat sebelum matahari terbenam
+ Al-Lajnah Ad-Da’imah Lil Ifta’ ditanya: Seorang wanita tengah berpuasa, beberapa saat sebelum adzan magrib, ia mendapatkan haidh. Apakah ia harus membatalkan puasanya?

- Jika haidh datang beberapa saat sebelum magrib, puasanya batal dan ia wajib mengqadha puasa. Jika haidh datang setelah terbenamnya matahari, maka puasanya sah dan tidak perlu menqadha.

Nah, saat bulan puasa, pasti deh kita berlomba-lomba untuk membaca Al-Qur’an bukan? Aku bakal share juga tentang membaca Al-Qur’an bagi wanita yang sedang haidh. Sekali lagi ini bukan hanya pendapat aku pribadi ya. Aku nulis ini ngutip dari buku fatwa-fatwa wanita. Oke langsung saja. Semoga bermanfaat!

Hukum membaca Al-Qur’an dan menyentuh mushaf
Para ulama berselisih pendapat tentang hukum membaca Al-Qur’an bagi para wanita yang sedang haidh dan nifas. Pertama, sebagian ulama mengharamkan hal itu dan memasukkannya dalam ketegori orang yang sedang junub. Mereka berdalil dari Nabi yang melarang orang junub untuk membaca Al-Qur’an karna termasuk hadats besar.

akhwat baca qur'an
source: google


Mereka berdalil pula dari hadits riwayat At-Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa ia berkata: “Wanita haidh dan junub tidak boleh membaca Al-Qur’an.” Pendapat kedua, sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa wanita yang sedang haidh dan nifas diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan hapalan. Karena masa haidh panjang, tidak bisa dianalogikan dengan orang yang sedang junub karna junub waktunya sebentar.

Orang yang sedang junub, ia bisa segera mandi selepas junubnya dan bisa membaca Al-Qur’an. Sedangkan wanita haidh dan nifas tidak mungkin demikian. Dari kedua pendapat tersebut, pendapat pertama lemah dan dilemahkan oleh para ulama hadits, karna diantara periwayatnya ada Ismail bin Iyasy.

Ismail bin Iyasy dari orang-orang hijaz yang riwayatnya tergolong lemah. Oleh karna itu, wanita yang sedang haidh dan nifas DIPERBOLEHKAN membaca Al-Qur’an lewat HAPALANNYA. Maksudnya dari yang aku tangkap adalah, kita bisa baca Al-Qur’an melalui hapalan-hapalan kita, bukan dengan menyentuh mushaf secara langsung.

Apabila diperlukan untuk membaca Al-Qur’an dari mushaf karna memang ada alasan, diperbolehkan dengan syarat harus ada pembatas, misalnya sarung tangan dan sejenisnya. Diharamkan bagi wanita haidh menyentuh mushaf tanpa penghalang, berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Waqi’ah ayat 79 yang artinya:

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”

Dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah kepada Amr bin Hazm yang artinya:
“Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang yang suci.” (HR. An-Nasa’I dan lainnya).

Oke semoga kita sama-sama mengerti plus dapat mengamalkan puasa dan baca Qur’annya wanita haidh. Mohon koreksi jika ada salah karna akupun masih banyak harus belajar. Semoga bermanfaat. salam, @muthihaura1.
Senin, 21 Mei 2018. 23.13 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

10 komentar:

  1. Menyentuh mushaf saja ga diperbolehkan apalagi megang atau membawanya ya mbak, hhee
    Saya setuju dengan pendapat smean soal haid yang datang saat subuh dan saat matahari tenggelam, dan diwajibkan mengqodho' puasanya.

    Pegel sih ya, udah tinggal buka aja. tetiba haidh datang, hheee

    Nah, setuju pula sama hadis tentang permpuan haidh dapat membaca alquran lewat hapalannya. Dikarenak, merujuk seperti hafidzah, jika dalam keadaan haidh tidak sambil menghfalkan alqur'an, dikhawatirkan hafalannya juga bisa ikut hilang saat sucian nanti.


    Dan lagi, tatkala perempuan haidh membaca ayat al-quran lewat hafalannya, tidak diperbolehkan mengeraskan suaranya tatkala membacanya, melebihii perempuan yg tidak haidh

    TFS utk sharingnyaa Mbak Muthi ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini bukan pendapat aku mbak, tapi pendapat ulamanya hehe. Makasih ya mbak. Semoga kita bisa jadi sosok yang lebih baik kedepannya ;)

      Hapus
  2. Mengamalkan alqur'an dengan hapalan dan mendengar murotalnya bisa ya mbak..

    BalasHapus
  3. wahh baru tau saya Mba, kalo ternyata gak bisa megang alquran saat haidh, padahal selama ini sering megang quran saat haid. Semoga gak dosa deh karena ketidaktahuan saya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sudah tau ya mbak sekarang ;)

      Hapus
  4. Tafsir masuk kategori Mushaf gak ya? bukan kan ya? kalau lagi haid, kita boleh kan baca terjemahannya? klo gak salah pernah dengar gitu sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang bilang boleh ada yang bilang nggak. Entar aku baca lagi buku itu mbak, biar bisa lebih paham lagi dan kali-kali bisa sharing di blog ini lagi,

      Hapus
  5. untuk alquran beserta terjemahannya juga dilarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang bilang dilarang ada yang bilang nggak. Entar aku baca lagi buku itu mbak, biar bisa lebih paham lagi dan kali-kali bisa sharing di blog ini lagi,

      Hapus