Ngomongin Body Shamming
Setiap
perempuan itu pasti ingin selalu terlihat cantik. Bullshit kalau ada yang
bilang nggak, tomboy sekalipun. Bukan hal baru jika perempuan lama dalam
bersiap-siap saat hendak berangkat kesebuah acara. Mulai dari ujung kepala
sampai kaki diperhatikan, entah itu baju yang matching, make up yang pas, atau
hal-hal lainnya.
Baca
juga: Pallate make up untuk pemula
Terkadang
juga perempuan merasa gundah dan sedih jika ada satu jerawat yang mampir
diwajahnya. Bisa-bisa saking malunya gegara jerawat, trus mutusin nggak jadi
pergi. Iya segitunya. Mungkin bagi cowok atau bagi cewek-cewek yang nggak
ngerasain permasalahan tersebut nganggapnya lebai, tapi itulah faktanya.
Coba
deh cek disekitar kamu dan temuin perempuan yang se-insecure itu dengan
dirinya. Atau coba pandang cermin, jangan-jangan cewek di dalam cermin itu juga
sama. Perempuan memang ‘segitu’ bangetnya dengan tubuhnya, bahkan akupun. Dan
yang paling menjengkelkan adalah saat kamu bertemu orang, entah itu cewek atau
cowok, yang dikomentari adalah fisik.
‘Eh
kamu makin kurus aja, nggak makan banyak?’, ‘Gendutan ya sekarang?’, ‘Makin
item deh kamu’, ‘Kok jerawat kamu banyak banget?’, ‘Itu alis kamu nggak
simetris deh’, dan bla bla bla lainnya. YA AMPUUUN, nggak ada bahan lain untuk basa-basi
saat berjumpa apa?
Tau
nggak sih apa yang dirasain orang yang kamu body shamming kan itu? Sedih! Aku pribadi
ngerasain sedih sih kalau digitukan dan aku kayanya sering banget dapet
komentar dari orang-orang tentang fisik aku. Karna aku ngerasa sedih digitukan,
aku sebisa mungkin nggak ngomentari fisik orang saat baru jumpa. Iya sebisa
mungkin, walau kadang sering juga kelepasan ngomen gegara dia ngomen fisik aku
duluan.
Dari
apa yang aku dengar dan baca, kalau diluar negeri, ngomenin fisik orang itu
adalah hal yang tabu. Adalah sesuatu yang dianggap tidak wajar, tapi di
Indonesia? Basa-basi yang memang basi banget. Banyak loh topik lain selain
harus ngomentari fisik orang. Kamu sadar nggak sih kalau ngomentari perihal
fisik itu bikin orang yang kamu komentarin sakit hati?
Sadar
nggak sih kalau orang yang kamu komentari itu jadi merasa sangat sangat sedih.
Mungkin dia bakal senyum-senyum aja nanggepin ucapan kamu, tapi di dalam
hatinya? Kamu tau apa yang dia rasain? Menurut aku, mending nggak usah deh
ngomentari fisik orang lain. Kalau aku pribadi, aku dirumah punya cermin kok,
banyak malah.
Jadi
tanpa kamu komentaripun, aku udah tau kekurangan fisik aku. Tanpa kamu
‘sebutkan’pun, aku nyadar kok. Aku bisa ngelihat sendiri dari cermin yang aku
punya dan aku nggak butuh sama sekali komentar kamu. Komentar kamu justu makin
bikin insecure dengan diri sendiri dan secara nggak langsung, setelah nerima
komentar dari kamu, aku nanya keteman aku ‘aku kurusan banget sekarang ya?’
Kamu
nggak tau apa-apa tentang hidup orang lain yang kamu komentari. Bisa jadi dia
habis sakit, makanya kurusan. Bisa jadi dia habis naik gunung atau kepulau,
makanya hitaman. Bisa jadi dia habis melahirkan, makanya badannya kelihatan
gemukan. Bisa jadi dia lagi memiliki problem berat dan melampiaskan lewat
makanan, makanya jadi gemukan.
Baca
juga: Aku diumur 20-an
Dan
bisa jadi bisa jadi lainnya. Kamu hanya tau sekedar nama orang itu, tidak
dengan cerita hidupnya. Jadi please, tolong jangan body shamming ke orang lain,
siapapun itu. Ngomentarin sesuatu yang diberikan Tuhan dan susah dirubah itu
adalah sesuatu yang menyakitkan bagi yang mendapat komentar tersebut.
Kamu
juga nggak pernah tau mungkin kan, orang yang kamu katain gemuk itu lagi
berusaha mati-matian untuk menurunkan berat badannya. Memforsir diri untuk
olahraga, nggak makan juga. Kamu nggak tau, orang yang kamu sebut makin kurusan
itu udah mati-matian makan banyak. Semua dilahap. Kamu mungkin nggak tau, orang
yang kamu katain hitam itu tengah berusaha mati-matian gonta-ganti skincare
hanya agar bisa putih.
Iya,
kamu nggak tau semua itu kan? Dan tiba-tiba kamu datang dengan segala komentar
kamu tentang fisik, semua kerja keras orang tersebut jadi buyar! Jadi berasa
sia-sia. Jadi berasa nggak ada hasilnya. Down? Sedih? Off course.
Secara
nggak langsung, sadar atau nggak, kamu telah mematikan mimpi orang tersebut.
Kamu telah mematikan segala kepercayaan diri yang telah lama ia bangun. Kamu
telah membuatnya semakin insecure dengan dirinya sendiri. Kamu telah berhasil
membuatnya semakin tidak mencintai dirinya dan orang tersebut bakal berfikir
‘andai body aku kaya dia’, ‘andai aku putihan’, dan ucapan senada lainnya.
Baca
juga: Cantik itu..?
Iya,
sekejam itu. Hanya dengan ucapan dari daging tak bertulang milikmu bisa
‘mematikan’ orang lain. Benarlah sebuah pepatah yang mengatakan bahwa mulutmu
harimaumu. Apalagi bagi sesama perempuan, please sama-sama menjaga perasaan.
Kamu perempuan, kamu pasti megerti rasanya kan?
Dan
yang paling tidak bisa aku mengerti adalah yang mengomentari fisik itu adalah
laki-laki. Rasanya untuk ukuran laki-laki yang jalan pikirnya rasional,
mengomentari fisik perempuan itu dihadapan perempuan tersebut adalah hal yang
sangat sangat sangat memalukan. Wibawa kamu jatuh boy kalau ngomentari fisik
perempuan, seriusan!
Hai
para lelaki, apa sih urusan kamu ngomentari fisik teman perempuan kamu? Apa sih
yang kamu inginkan dari ngomentari alis yang nggak rata? Hidung yang pesek dan
lain sebagainya? It’s not funny! Nggak lucu sama sekali.
Ayolah
sama-sama kita majukan Indonesia ini dengan mengurangi hal-hal yang nggak
berfaedah. Ngobody shamming orang lain adalah salah satunya. Mungkin dari diri
sendiri dulu, lalu mengedukasi lingkungan. Oke mungkin segini dulu, please stop
body shamming. Salam sayang, @muthihaura1.
Minggu,
26 Agustus 2018. 20.07 WIB.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSetuju banget, mba. Sekarang saya lebih mikirin bagaimana memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan.
BalasHapusBody shamming berpotensi menghilangkan kepercayaan diri seseorang, I know that feeling.
BalasHapusSedih juga kalo di bilang baper saat kita marah karena tubuh kita dijadikan obek atau bahan becandaan, padahal kenyataannya candaan tersebut emang bener-bener bikin kita gak nyaman:")
Setuju banget nih, byk org yg menilai seseorang dr fisiknya aja, padahal harusnya kalau kita merasa lebih beruntung dr mreka kita hrs banyak2 bersyukur ya, bukannya pd nyiyir.
BalasHapuspaling sebel emang kalau dapat orang nyiyir yah, apalagi ngarah ke body shamming gtu.. huuft.
BalasHapusBody shaming gini nih yang kadang suka nyerempet ke nyinyir. Kalo lidahnya jago sekali, mungkin bentuknya udah implisit.
BalasHapusSedih memang. Mungkin terlalu sibuk mengurus hidup orang, sampai lupa dengan aib sendiri :(
Aku juga mengalami body shaming mbak, bahkan dari aku SD, dibilang dekil item, pendek dll bahkan sampai aku SMA. Aku sampe mati matian mencari cara biar aku bisa seperti yang mereka inginkan. Untungnya sekarang Uda sadar hehehe and i love my self
BalasHapusKalau di komunitas biasanya malah aman, tapi begitu datang ke pertemuan keluarga, ampun deeeh.. yg komentar kayanya abis makan cabe 5 kilo semua, pedeeeessh :)))
BalasHapus