[Review Buku]: Ibuk
Salah
satu harta paling berharga didunia ini adalah kedua orang tua. Lewat doa
merekalah yang akan menuntun untuk menggapai semua impianmu. Lewat keringat dan
air mata merekalah, kamu hidup. Lewat senyum lembut dan belain tangan merekalah
kamu mampu bertahan sampai saat ini.
Bersyukurlah
jika kamu masih memiliki kedua orang tua lengkap, hal yang tidak akan pernah
bisa aku rasakan lagi, karna kedua orang tuaku sudah meninggal. Mereka memang
sudah ‘pergi’, tapi semua yang mereka ajarkan pada aku dan adik-adikku tak kan
pernah lenyap. Semua kasih sayang dan kerja keras merekalah kami bisa sampai
seperti sekarang ini.
Alhamdulillah
sekarang aku udah S.I.Kom dengan IPK 3,62. Raihan, adik yang setahun dibawahku
sedang kuliah di Madinah dengan beasiswa. Intan adik dibawah Raihan juga sedang
menyelesaikan strata satunya di UIN Suska. Naufal dan Naila, sekarang
pesantren. Naufal SMA, Naila SMP. Kedua-duanya masuk kelas penghapal Al-Qur’an.
Sedangkan Dani juga sekolah di salah satu sekolah swasta yang menghapal Qur’an.
Alhamdulillah.
Doakan
aku dan adik-adikku jadi orang sukses ya. Setidaknya, karna kami belum bisa
membahagiakan kedua orang tua dan nenek kami semasa mereka hidup, semoga kami
bisa membahagiakan mereka lewat prestasi kami dan doa kami. Al-Fatihah.
Nah,
ngomongin kedua orang tua, aku beberapa malam yang lalu, aku baru saja
menyelesaikan bacaan novel dengan judul ‘Ibuk’. Novel ini karya penulis best
seller 9 summers 10 autumns karya Iwan Setyawan. Di novel ini diceritakan
dengan sangat runut bagaimana perjalanan seorang perempuan muda yang kemudian
berubah status menjadi ‘ibuk’ dan harus membesarkan kelima anak-anaknya.
![]() |
source: google |
Apapun
si ‘Ibuk’ lakukan agar semua anak-anaknya bisa sekolah. Agar anak-anaknya tidak
hidup seperti dirinya. Ia percaya bahwa ‘sekolah’ adalah salah satu jembatan
menuju masa depan yang lebih baik. Tidak mudah bagi seorang Ibu Rumah Tangga
dengan suami seorang supir angkot untuk menyekolahkan kelima anak.
Belum
lagi himpitan ekonomi dan semakin mahalnya biaya sekolah. Tapi itu semua tak
menyurutkan niat ‘Ibuk’ agar anak-anaknya terus mengenyam pendidikan. Ibuk
sosok yang tegar, aku jadi keingat almarhumah umi. Novel ini ngalir dan bikin
nggak bosan bacanya. Alur yang digunakanpun alur maju.
Beberapa
kali juga aku nangis tersedu-sedu saat membaca novel ini. Telur yang
dibagi-bagi, aku juga pernah ngerasain. Trus hidup serba kekurangan, aku juga
pernah ngerasain. Yang paling bikin nangis, pas bapak di novel ini meninggal.
Jadi ingat juga sama almarhum aba yang baru meninggal 6 Juni 2018 lalu ;(
Novel
ini benar-benar menguras emosi. Aku bertekad menjadi perempuan sekuat ibuk.
Setegar ibuk. Semandiri ibuk. Ada beberapa kata-kata juga di novel ini yang aku
suka, yakni:
![]() |
source: google |
Apapun
si ‘Ibuk’ lakukan agar semua anak-anaknya bisa sekolah. Agar anak-anaknya tidak
hidup seperti dirinya. Ia percaya bahwa ‘sekolah’ adalah salah satu jembatan
menuju masa depan yang lebih baik. Tidak mudah bagi seorang Ibu Rumah Tangga
dengan suami seorang supir angkot untuk menyekolahkan kelima anak.
Belum
lagi himpitan ekonomi dan semakin mahalnya biaya sekolah. Tapi itu semua tak
menyurutkan niat ‘Ibuk’ agar anak-anaknya terus mengenyam pendidikan. Ibuk
sosok yang tegar, aku jadi keingat almarhumah umi. Novel ini ngalir dan bikin
nggak bosan bacanya. Alur yang digunakanpun alur maju.
Beberapa
kali juga aku nangis tersedu-sedu saat membaca novel ini. Telur yang
dibagi-bagi, aku juga pernah ngerasain. Trus hidup serba kekurangan, aku juga
pernah ngerasain. Yang paling bikin nangis, pas bapak di novel ini meninggal.
Jadi ingat juga sama almarhum aba yang baru meninggal 6 Juni 2018 lalu ;(
Novel
ini benar-benar menguras emosi. Aku bertekad menjadi perempuan sekuat ibuk.
Setegar ibuk. Semandiri ibuk. Ada beberapa kata-kata juga di novel ini yang aku
suka, yakni:
aku cemen baca buku kayak gini mba, khawatir mewek banget keinget perjuangan ibu hehe
BalasHapus