Tentang Cinta#6
Hai,
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya dan sedang ngelakuin apa? Aku lagi nungguin
adik-adikku pulang nih. Jadi ceritanya tadi si Naufal dan Dani izin makai motor
buat salat dzuhur di masjid, tapi sampai sekarang belum pulang. Pasti kelayapan
deh mereka.
Aku
khawatir, soalnya si Naufal itu baru pandai naik motor. Semogalah mereka
baik-baik saja. Amin! Kali ini aku pengen ngelanjutin cerbung Tentang Cinta.
Udah lama nggak ngepost ini. Oke deh langsung saja, check this out:
Baca juga: Tentang Cinta#5
Tentang
Cinta#6
Cinta
tak butuh alasan. Saat cinta butuh alasan dan disaat alasan itu hilang. Cinta
itu juga akan hilang bersamanya.
Kevin memain-mainkan senar gitar tanpa
nada yang jelas. Muka cowok itu masih terlihat kesal. Kejadian semalam mampu
membuat cowok itu benar-benar dalam kondisi badmood.
“Kak Ivin? Lo masih marah sama gue
kak?” Ketukan dipintu kamar Kevin semakin kencang, membuat cowok itu melirik
sekilas dan lalu mengacuhkannya. Kevin menaroh gitarnya dan merebahkan tubuh
lelahnya diatas kasur.
“Kak? Gue boleh masuk?” Karla kembali
mengetuk pintu kamar Kevin. Namun sama sekali tak ada jawaban. Karla meringis
pelan. Kevin meraih selimutnya. Ditutupinya seluruh badannya. Cowok itu mencoba
memejamkan mata dan mencoba untuk tidak bersikap peduli.
“Kayanya lo masih marah. Maafin gue
kak. Maaf karna gue dah bikin lo khawatir semalam. Gue mau berangkat kuliah
nih. Gue udah masakin sup ayam kesukaan lo kak!” ujar Karla panjang lebar.
Kevin membuka matanya dan menatap
sekilas kearah pintu. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Cowok itu menghela
nafas. Bayangan wajah Karla memenuhi ruang kepala Kevin.
![]() |
source: google |
Kevin
menatap keluar rumah dengan gelisah. Berkali-kali cowok itu mondar-mandir
didepan pintu. Raut wajah kecemasan terlihat jelas diwajah ganteng Kevin.
“Lo
kemana sih Kar? Hujan udah berhenti, lo belum juga pulang.” Kevin meraih Hp-nya
dan menekan nomor Karla, tapi seperti yang sudah-sudah. Nomor itu tidak aktif.
Kevin
berjalan keteras rumahnya. Merebahkan tubuhnya pada kursi. Sebuah motor ninja
berwarna hijau toska memasuki halaman rumahnya. Kevin menyipitkan mata saat
melihat siapa yang ada diboncengan cowok bermotor ninja itu.
“Karla?”
Kevin seakan tak percaya pada pandangannya. Cowok itu menelan ludah. Sebilah
rasa sakit tiba-tiba mengiris hatinya. Karla menghampiri Kevin dengan senyuman
yang tercetak dibibir tipis cewek itu.
Disamping
gadis itu berdiri Adit. “Kak Ivin, maaf ya aku telat.” Karla bergelayut manja
dilengan kakaknya. “Dari mana?” tanya Kevin ketus. Tatapan matanya yang dingin
terarah pada Adit.
“Tadi
hujan, makanya aku neduh digramedia. Untung ada Adit yang mau ngantar aku
pulang.” Karla tertawa sumbringah. “Gue balik dulu ya Kar. Bye!” Dengan cuek
Adit berbalik dan berjalan santai menuju motornya.
“Hati-hati
Dit! Makasih ya!” Adit mengacungkan jari jempolnya dan mulai menjalankan motor
ninja hijau toska itu. “Kenapa Hp lo mati?” Suara Kevin masih terdengar dingin.
“Hp
gue habis batrai kak. Tadi juga mau nelpon ketelopon umum tapi teleponnya nggak
nemu.”
“Oh!
Lain kali jangan kaya gitu!” ucap Kevin sembari melepaskan tangan Karla dari
lengannya. Cowok itu melenggang pergi dengan hati yang terasa hancur.
Kevin menghela nafas. “Maafin gue Aya.
Gue nggak marah sama lo kok! Gue cuma—” Kevin menghentikan kata-katanya. Cowok
itu menerawang kelangit-langit kamarnya. Cemburu!
Kevin melanjutkan kata-katanya dalam hati.
Gue
tau, harusnya gue nggak punya perasaan ini kan? Kita saudara kandung dan
harusnya rasa ini nggak ada kan?
Gue
udah ngecoba buat ngapus rasa ini, dan semakin gue berusaha ngapus lo dari hati
gue, semakin rasa itu bertambah besar buat lo!Gue nggak tau apa yang salah
dengan diri gue.
*@muthiiihauraa*
Karla menghembuskan nafasnya pelan.
Penjelasan dosen tadi bagaikan ‘bullet
train’ ditelinga Karla. Masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga
kiri. Saat ini gadis itu tengah terduduk ditaman belakang ruang kelasnya.
Karla menyenderkan kepalanya pada
tembok dibelakangnya. Mata gadis itu terpejam pelan. “Hei! Ini juga tempat
favorit gue tau kalau lagi bête.” Sebuah suara cowok mengagetkan Karla. Gadis
itu membuka mata dan menyipitkan matanya saat menatap cowok yang sudah duduk
disampingnya.
“Maksudnya apa? Gue nggak ngerti deh!”
Cowok itu tersenyum. senyum yang sejujurnya mampu membuat beribu-ribu wanita
bertekuk lutut. “Disini nyaman bukan?”
Karla mengangguk pelan.
“Karna disini nyaman kalau gue lagi badmood, gue suka banget kesini. Rasanya
adem aja. Tempat duduk favorit gue juga disini, ditempat yang lo dudukin itu.”
Karla manggut-manggut mengerti. Matanya menatap wajah Farran.
“Gue juga ngerasa nyaman disini
Kak.” Farran tersenyum. “Eh, haus nih
gue.” Farran memegang lehernya dan mengelus-ngelusnya pelan. Karla mengernyit
pelan. Sebelah alisnya ia naikkan beberapa senti meter. Perasaan gadis itu
mulai terasa tak enak.
“Lo pasti mau nyuruh gue beliin lo
minum kan Kak?” tanya Karla sembari menodongkan jari telunjuknya dihadapan
Farran. Cowok itu tersenyum pelan, setengah menahan tawa. “Nah, tu kan lo tau!”
Karla meringis pelan. “Nggak mau!
Pokoknya nggak! Nggak!” Tanpa sadar Karla menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lo
tau kan siapa gue?” tanya Farran sembari menatap wajah Karla. Dikuncinya mata
coklat Karla sehingga cewek itu menjadi salah tingkah.
“Lo selalu gitu mah!” sungut Karla
sembari mengalihkan pandangannya. Farran tertawa. “Nggak kok. Gue nggak nyuruh
lo. Gue cuma mau ngajak lo jalan sekarang. Mau nggak? Gue tunjuin taman yang
paling-paling indah.”
Karla menatap wajah Farran seakan nggak
percaya. “Bener? Lo nggak bakal bohongin gue kan kak?”
“Emang tampang gue tampang pembohong
ya?” Farran balik bertanya sembari melipat tangannya didepan dada. Karla
menggeleng pelan. “Entahlah, tapi kayanya iya.”
“Enak aja. Jadi gimana? Mau kan?” Karla
mengangguk.
*@muthiiihauraa*
Kevin melirik kekanan dan kekiri.
Sesekali matanya tertuju pada jam Ripcurl yang melingkar gagah di tangan
kirinya. Kevin mendesah pelan. Cowok itu mengacak-acak bagian belakang
kepalanya. Merasa sedikit frustasi. Kemana
sih tu orang?
“Eh, lo lihat Farran nggak?” Kevin
mencegat seorang cewek yang lewat didepannya. Cewek itu tertegun dan seakan
terpesona. Kevin tau suaranya yang nge
– bass agak serak akan membuat para cewek seperti mendengar desahan
lalu menatapnya penuh nafsu.
Cowok itu menghela nafas. “Lo lihat
nggak?” tanya Kevin sedikit membentak. Ia kesal dengan cewek itu. “Nggak!” ujar
sicewek sembari memamerkan senyuman termanisnya.
Kevin
seolah tak acuh. “Ya udah sana!” usir Kevin. Matanya kembali mencari-cari sosok
Farran. Kemana sih tu kunyuk? Gue cari
difakultasnya juga nggak ada. Apa dia lupa hari ini latihan music?
Kevin memandang sekelilingnya dengan
kesal. Sebenarnya Kevin sama sekali tak berniat datang ke kampus, tapi
mengingat band-nya akan tampil dua minggu lagi jadi mereka harus banyak
latihan.
Kevin mengeluarkan Hp-nya. Tangannya
mencari nomor Farran. “Cari siapa lo disini? Gue tau lo bukan anak Ilkom. Cari
Karla?” Kevin mengernyit pelan. Matanya sinis menatap sosok jangkung
dihadapannya. Cowok yang bersama Karla
semalam?
“Apa urusannnya dengan lo?” Kevin
bertanya dengan raut wajah sinis. Adit membalasnya dengan tawa sinis yang sama.
Disandarkannya badannya pada sebuah pohon dan diilipatnya tangannya didepan
dada.
“Ya ada dong! Ini kan fakultas gue.”
Kevin kembali tertawa sinis saat mendengar jawaban abstrak dari Adit. “Gue
nggak punya urusan apa-apa sama lo. Permisi!” ujar Kevin sembari berlalu
meninggalkan Adit. Adit mendengus kesal. sial.
Umpatnya.
“Dia kakaknya Karla tapi kenapa mereka
nggak mirip ya?” Adit masih asik menatap kepergian Kevin sembari mendengus
kesal. Rambut spikey yang teracak
asal itu menambah kekaguman dari sang pemilik bola mata biru itu.
*@muthiiihauraa*
Farran mengajak Karla disebuah taman
yang dipenuhi pohon-pohon rindang dan bunga-bunga yang bermekaran indah. Karla
tampak berdecak kagum. Jujur, ia baru pertama kali kesini.
“Sumpah, ini keren banget!” desis
Karla. Farran tersenyum. Farran dan Karla berjalan mendekati sebuah kolam air
mancur. Didalam kolam itu tampak beberapa ikan yang tengah menari bebas. Karla
tersenyum bahagia. Diulurkannya tangannya untuk menyentuh kepingan air yang
jatuh dari air mancur tersebut.
“Lo suka?”
“Suka. Banget malah. Asli ini keren
banget kak!” Cuaca sejuk yang mendukung. Karla menghirup nafasnya pelan, lalu
membuangnya seakan sedang meditasi. Farran tersenyum menatap Karla.
“Kalau gue lagi sedih banget, gue pasti
selalu kesini buat ngerenung. Disini bisa bikin kepala gue fresh dan terhindar dari hiruk pikuk Jakarta yang membosankan.”
Karla manggut-manggut mendengar
penuturan Farran. “Gue setuju kak. Disini emang bikin fresh. Bukan hanya soal pemandangannya yang mengasikkan tapi juga
suasananya yang tidak terlalu ramai.”
“Eh, kita duduk disaung itu yuk? Disana
asik tau. Bisa ngelihatin awan biru yang berarak.” ajak Farran. Karla
menyetujui usul Farran. Dua muda-mudi itu pun berjalan menuju saung yang hanya
10 meter dari kolam air mancur.
Lagi-lagi Karla menikmati udara ditaman
ini. Udara segar yang sangat sulit didapatnya di Jakarta. Karla sama sekali tak
tau nama taman ini dan cewek itu sama sekali tak berniat mencari tau.
Farran merebahkan tubuhnya sembari
memandang langit biru saat mereka telah tiba di suang. “Keren banget kan
ngelihat dari sini. Sayang nggak ada pantainya.”
“Wah, kalau ada pantai itu mah udah
nggak taman lagi namanya Kak.” Farran tersenyum lebar. Entah kenapa
kebersamaannya bersama Karla membuatnya begitu bahagia.
A moment in time, is all that’s given you and me, A moment in
time, and it’s something you should seize, So I won’t make,(I won’t make)
the mistake of letting go, Everyday you’re here, I’m gonna let you know,
Lagu westlife yang berjudul ‘moments’
mengalun dengan indah dari Hp Farran. Cowok itu merogoh Hp dari saku celananya.
Farran mengernyit pelan saat matanya tertuju pada layar ponsel.
Farran
me-reject panggilan sipenelpon, lalu mematikan Hp-nya. Kevin? Mau ngapain dia ya? Sory Vin, gue lagi sibuk. “Kenapa nggak
diangkat Kak? Ceweknya ya?” tanya Karla yang melihat raut perubahan diwajah
Farran.
Farran
tersenyum pelan. “Nggak kok. Cuma teman. Malas kalau lagi tenang gini
diganggu.”
“Mana
tau telpon penting lho kak!” Ternyata dia
asik juga orangnya. Batin Karla. Farran kembali tersenyum sembari
menggeleng pelan. “Tenang aja. Gue cuma lagi nggak pengen diganggu.” Ucap
Farran. Apa lagi pas gue bareng lo! Farran
melanjutkan kata-katanya didalam hati.
Farran
mengeluarkan kamera nixonnya. Cowok itu mulai memotren pemandangan yang ia
suka. Karla berdiri dan membentangkan tangannya. Membiarkan tubuhnya terhembas
bias lembut sang udara. “Gue suka disini!”
Bersambung!
Gimana?
Gimana? Kepanjangan banget ya? Haha. Silahkan kritik dan saran untuk karya yang
udah lama aku tulis ini ya. Mungkin segini dulu. Salam, @muthihaura_blog.
Minggu,
10 Juli 2018. 14.35 WIB.
0 komentar: