Tentang Cinta#7
Cinta sejati adalah dia yang
menerimamu apa adanya. Tidak mengharapkanmu berubah seperti apa yang ia
inginkan.
Karla duduk dikursi balkon kamarnya.
Tangan kanannya sibuk mengelus-elus kelinci berwarna putih. Karla tersenyum
sembari menatap kelinci yang ada dipangkuannya.
“Iiih. Lucu banget deh!” Karla
tersenyum geram. Kelinci itu pemberian Farran dan hal itu merubah semua
pandangan negative Karla terhadap sosok Farran. Bagi Karla saat ini, Farran
teman terbaiknya. Ya, hanya teman mungkin untuk saat ini.
Karla memang merasa senang berada
dekat dengan Farran. Just it. Nggak
lebih! Lagi-lagi cewek cantik itu tersenyum. Pikirannya mengembara entah
kemana-mana.
![]() |
source: google |
Farran
mengajak Karla berkeliling taman. Hal itu membuat Karla tampak begitu senang.
Ternyata dibagian belakang taman, ada beberapa deretan toko yang menjual hewan
peliharaan.
Karla
berdiri mematung tepat didepan toko penjual kelinci. “Kak Farran. Lihat deh!
Kelincinya lucu tuh.” Karla berjongkok sembari memegang sebuah kelinci putih
bermata coklat.
“Biasa
aja tuh!” sungut Farran yang ikut-ikutan berjongkok. “Aaa! Lo liat baik-baik
Kak. Keren kan? Unyu nya!” Karla meraih kelinci itu dan memeluknya gemas.
Farran
menatap dengan heran. Keningnya mengernyit pelan. “Biasa aja!”
“Iiih!
Lo itu kak. Lihat deh imut-imut gini.” Karla masih bersikeras. Farran
menghembuskan nafas pelan. “Ya ampun Karla! Itu cuma kelinci lho!” Farran
menekankan kalimatnya pada kata ‘kelinci’.
Karla
mendengus kesal. Gadis itu menampakkan ekspresi bêtenya. Farran tertawa melihat
ekspresi Karla. “Lo suka yang ini? Ya udah ambil aja.”
“Maksudnya
kak?” Karla sama sekali nggak mengerti dengan maksud perkataan Farran. “Lo suka
yang putih ini kan? Kita beli. Gue yang bayar.” Binar kilatan bahagia tercermin
jelas diwajah cantik Karla.
“Lo
serius Kak? Ini kelinci buat gue?” Karla bertanya seolah tak percaya. Farran
mengangguk. “Yes. I am seriously.” Farran memandangi abang penjual.
Dikeluarkannya dua lembar uang seratusan.
“Berapa
semuanya bang? sekalian kandangnya?”
Lamunan Karla terhenti. Cewek itu
menatap kearah langit malam, lalu detik berikutnya kembali menatap si kelinci
yang tengah bergelung manja dipangkuannya.
Tangan gadis itu kembali
mengelus-elus lembut bulu-bulu putih sikelinci.
“Ran. Gue suka banget sama lo!” ujar
Karla sembari menciumi si kelinci yang memang diberi nama ‘Farran’ oleh Karla.
“Jadi
ini kelinci mau lo kasih nama siapa?” tanya Farran sambil menikmati wajah
cantik Karla yang tengah tersenyum menatap kelinci putih tersebut. Saat ini
memang mereka sudah berada didalam mobil Farran.
“Ehm.
Siapa bagusnya kak?” Karla balik bertanya. “Gimana kalau batman?”
“Haa?
Are you kidding? Batman? Jelek banget!” gerutu Karla dengan kesal. “Batman itu
keren tau!” Farran masih tetap kekeuh dengan nama yang diberinya.
“Pokoknya
gue nggak setuju! Gimana kalau namanya sindy kak?” Karla mengusulkan sembari
tersenyum pelan. Farran yang tengah menyetir menoleh kearah Karla. Tawa cowok
itu meledak.
“Sindy?
Lo pikir itu manusia!” jawab Farran enteng. Karla mendengus kesal. “Trus
siapa?”
“Naruto
gimana? Atau nggak robot? Ehm ninja juga keren. Eh, power ra—”
“STOP!
Nggak semuanya! Jelek!” Karla memotong ucapan Farran. Farran mendengus kesal.
“Trus lo mau kasih nama itu kelinci jelek siapa?” tanya Farran frustasi.
Mendengar kalimat Farran barusan, Karla memukul lengan bidang Farran dengan
kesal.
“Ini
kelinci unyu banget, lo yang jelek Kak! Gue tau mau ngasih nama siapa.” Karla
tampak berbinar-binar. “Siapa?”
“Farran!”
jawab Karla mantap. Farran kaget. Cowok itu memandang Karla dengan tampang
cengonya. “What the hell is this! Lo mau ngasih nama kelinci jelek itu dengan
nama Farran? Oh god! Gue nggak setuju!”
“Pokoknya
gue nggak mau tau! Namanya pokoknya Farran! Titik!”
Karla kembali tersenyum. Entah
kenapa hari ini gadis itu merasa sangat senang. “Non. Ditunggu makan tuh!”
Teriak Bi Inah pembantunya dari luar kamar. Karla mendengus.
*@muthiiihauraa*
Farran
meletakkan stik drumnya. Dihapusnya keringat dari keningnya. Cowok itu
merenggangkan badannya. Latihan kali ini terasa melelahkan bagi Farran. Tatapan
cowok itu tertuju pada Grasia yang mengelap lembut kening Kevin, namun ditolak
langsung oleh Kevin.
“Kevin! Gue kan Cuma mau ngelapin
keringat lo.” Grasia memandang Kevin dengan tatapan kecewa. “Gras! Nggak perlu
ya.” ucap Kevin yang tengah mencoba menahan emosinya dihadapan Gras.
“Ciie. Makin so sweeat aja lo pada!” Farran tersenyum menggoda. Cowok itu berjalan
menuju shofa, lalu merebahkan tubuhnya. “So sweeat
dari hongkong!” sengit Grasia sembari menghampiri Farran.
Grasia duduk dibangku dekat Farran.
“Ran. Kapan lo mau bantuin gue?” tanya Grasia pelan. Takut mungkin kedengeran
Kevin. Farran memandang Grasia tak mengerti.
“Bantuin apa?” Sebenarnya Farran
mengerti apa yang dimaksud Grasia, tapi ia hanya ingin mengulur waktu.
Grasia menggerutu pelan. Tampang
bête dan kesal tergambar jelas diraut wajah Grasia. Farran memandangi wajah oval Grasia yang di hiasi dengan poni mangkok, cocok
dengan matanya yang lentik-lentik gimana gitu. Hidungnya kecil namun mancung
membuat dia lebih terkesan seperi Barbie.
“Bantuin
apa nih?” ulang Farran pada sahabat masa kecilnya itu. “Ya bantuin ngomong gitu
sama Kevin. Masa lupa sih? Udah janji lho. Kalau nggak, gue bilang nyokap lo.”
Farran
menghela nafas. Benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi kalau gadis itu sudah
melibatkan nyokapnya. Cowok itu berdehem pelan. “Oke-oke” ucapnya setengah
ragu.
Senyum
kemenangan tersungging jelas diwajah oval Gras. “Ah lo memang sahabat terbaik
gue. Thanks ya my best friend.” Kata Grasia sembari mencubit lembut pipi Farran
yang langsung ditepis oleh Farran.
“Ya
udah gue balik dulu. Entar kalau udah ada kabar terbaru hubungi gue, oke?” ucap
gadis yang memakai dress pink semu dengan cardigan ketat. Gadis itu berlalu
dengan gaya anggunnya.
Farran
menghela nafas, lalu membuangnya berlahan. Ia sama sekali belum tau harus mulai
dari mana ngomongin masalah Gras dengan Kevin, mengingat Kevin sangat nggak
menyukai Grasia.
“Lama-lama
bareng itu cewek gue bisa gila!” Farran mendengus kesal. Dicobanya memejamkan
mata. Wajah Karla lagi-lagi muncul dibenaknya. Bayangan kejadian tadi bersama
Karla juga turut muncul.
“Kayanya
gue emang udah jatuh cinta sama dia. Love
at the first sight. Oh bukan, bukan pandangan pertama ini mah.” Farran
tersenyum pelan. Diraihnya kameranya.
Hampir semua photo yang ia ambil, objeknya adalah Karla.
“Heh!
Lo tadi kemana? Gue cariin tau.” Farran kaget dan langsung menutup kameranya.
Kevin berdiri dihadapan Farran sembari tersenyum sinis.
“Kenapa
lo ketakutan gitu?” tanya Kevin lagi. “Takut? Nggak tuh. Ngapain lo nyariin
gue? Jangan bilang lo nggak bisa hidup tanpa gue.” ucap Farran dan langsung
kena toyoran dari Kevin.
“Sial
lo! Lo ngajak latihan, malah lo nya yang nggak ada!” Kevin duduk disamping
Farran. Pandangan cowok itu menerawang kedepan. Entah apa yang ada dipikiran
Kevin saat ini.
Farran
terkekeh pelan. “Sorry gue lagi sibuk tadi masbro!”
“Halah,
paling urusan cewek.” tangkis Kevin tepat sasaran. Farran mengangguk setuju.
“Apa sih yang nggak lebih penting dari cewek zaman sekarang?” tandas Farran.
Kevin berguman pelan tanda sedikit tak setuju.
“Emang
siapa sih tuh cewek sampai-samapia buat seorang Farran bertekuk lutut?”
“Untuk
saat ini secret dulu deh. Entar kalau
beneran dia udah jadi milik gue, gue pasti kenalin ke lo kok.” Jawab Farran
panjang lebar. “Whatever!” kata Kevin
tampak tak berminat.
“Btw
soal cewek nih, lo belum nyari-nyari juga bro? Gue belum pernah ngelihat lo
dekat sekalipun dengan cewek.” Kevin mendengus. Sedikit merasa tak suka dengan
arah pembicaraan Farran.
“Belum
ada yang nyantol di gue.” ujar Kevin sekenanya. Kevin merebahkan kepalanya pada
penyangga shofa dan mencoba memejamkan matanya.
“Gras
itu juga cantik lho. Menurut lo gimana? Kayanya cinta mati deh sama lo.” Farran
mengingat janjinya pada Gras dan cowok itu memutuskan untuk membicarakannya,
walau keraguan masih menyelimuti cowok itu.
Farran
memandangi wajah Kevin. Ingin melihat reaksi cowok disampingnya. Kevin berdehem
pelan. Pandangan cowok itu kosong. “Sebenarnya gue udah punya seseorang yang
gue cintai.”
Farran
tertegun mendengar jawaban Kevin. Jawaban yang sama sekali tidak ada keraguan
didalamnya. Kevin menghela nafas. Entah kenapa, cowok itu bisa mengatakan hal
itu dihadapan seorang Farran.
“Siapa?” Kevin melirik Farran
sekilas, lalu detik berikutnya kembali memfokuskan pandanganya keatap. Seolah
menerawang. “Someone special dan
teramat special hingga gue nggak mau nyakitin dia sedikit pun.”
Farran merasa tak puas dengan
jawaban Kevin. “Siapa?” ulang Farran sedikit gelisah. Ia benar-benar ingin tau
lebih dalam seputar kisah cinta orang secuek Kevin.
“Lo nggak perlu tau siapa orangnya.”
Wajah Karla timbul dibenak Kevin, membuat rasa sakit itu kembali menguak.
Menguak lebar kepermukaan. Apalagi saat mengingat cintanya tak kan pernah bisa
bersatu bagaimana pun caranya.
“Oke, trus kenapa lo nggak berusaha
dapetin dia? Bukankah itu hal yang lumrah?”
“Nggak semudah yang lo pikirkan!
Udahlah, nggak usah dibahas. Nggak penting!” ujar Kevin sembari meninggalkan
Farran sendiri. Farran kembali tertegun. Rasa penasaran menyeruak didalam
hatinya. Ia benar-benar penasaran akan kisah cinta Kevin.
Siapa
gadis itu? Gadis yang mampu membuat seorang Kevin bertekuk lutut? Pasti dia
gadis yang sangat istimewa. Batin Farran.
Farran kembali meraih kameranya.
Menatap satu persatu photo Karla disana. Cowok itu tersenyum tipis. Pasti cewek yang ditaksir Kevin, nggak kalah
istimewa dengan Karla. Kayanya gue emang benar-benar jatuh cinta sama cewek
itu! oh god!
0 komentar: