Perempuan Independent
Jadi perempuan itu
gampang-gampang susah. Senyum dikira murahan. Jutek dikira jual mahal. Nggak
nyapa dikira sombong. Susah deh. Serba salah. Perempuan speak up pun
diremehkan. Seolah-olah hanya lelaki yang punya ‘kuasa’ untuk menyampaikan
pendapat.
Ya, sepertinya memang
budaya patriaki di Indonesia ini sudah mendarah daging. Perempuan dipandang
hanya boleh berprilaku lemah lembut, kalem, penurut, diam, dan segala
‘kepatuhan’ lainnya. Salah? Nggak. Sama sekali nggak salah.
Memang begitu seharusnya
perempuan berperilaku dihadapan keluarga dan suaminya, tapi itupun jika
keluarga dan suaminya itu mengarahkan perempuan tersebut ke ‘jalan’ yang benar.
Kalau melenceng atau di KDRT-in mah ya musti speak up. Musti berani untuk
nuntut hak pribadi.
Ya, ada batas dan waktunya
kapan perempuan mesti ‘speak up’, kapan musti diam. Kalau hak-hak kita selaku
perempuan tidak kita dapatkan atau kita dilecehkan, ya mesti speak up dong.
Jujur, aku selalu suka dengan perempuan independent.
Independent dalam bayangan
aku itu seperti ini, dia perempuan yang pintar. Berani menyatakan pendapatnya
jika itu memang benar adanya. Dia perempuan yang mandiri secara financial dan
secara tingkah laku. Dia bisa ‘berdiri’ dengan kakinya sendiri. Dia tau mana
yang benar mana yang salah. Kehidupannya ia isi untuk hal-hal yang berguna.
Dia juga perempuan yang
haus akan ilmu pengetahuan. Selalu ingin belajar, walau tidak melulu diruang
kelas. Perempuan independent bukan berarti ia tidak membutuhkan laki-laki. Cuma
ada ‘masa’ dimana ia bisa mengerjakan banyak hal sendiri.
Perempuan independent juga
bisa dikenal dengan perempuan yang punya ‘power’. Dan terkadang, laki-laki
takut untuk menikahi perempuan independent. Kalau menurutku, jika laki-laki itu
memang merasa punya power, ia tidak akan takut untuk menikahi perempuan yang
juga punya power.
Seharusnya jika keduanya
sama-sama punya power, maka rumah tangga yang akan dibangun itu akan memiliki
‘kekuatan’ lebih. Perempuan tidak akan membuatmu powerless, justru jika berdua
jadi lebih powerful ya kan?
Kalau katanya Hanif sih,
seindependent-independentnya seorang perempuan, kalau dihadapan lelaki yang ia
sayang, ia pasti akan menunjukkan sisi ‘keperempuanan’ dia yang manja, lemah
lembut, dan sisi-sisi lainnya. Seolah-olah sikap ‘jutek, cuek, judes, egois, ceplas-ceplos,
sok merasa bisa mengerjakan banyak hal sendiri’nya itu lenyap. Ya, jika
berhadapan dengan laki-laki yang ia sayang.
Aku rasa, perkataan Hanif
ada benarnya juga. Jadi jangan takut deh buat lelaki. Dan nggak semua perempuan
independent itu ‘jutek, cuek, judes, ceplas-ceplos’ ya. Cuma disekitar aku dari
apa yang aku lihat dan perhatikan, rata-rata perempuan independent itu memiliki
sifat itu.
Kalau di Indonesia sendri,
ada beberapa perempuan yang aku suka karna keindependentan dia. Karna
ke’strong’an dia. Karna beraninya dia speak up untuk sesuatu masalah yang
mungkin perempuan-perempuan lainnya hanya bisa diam.
Nggak perlulah aku masukin
istri-istri Rasul ya, karna sudah jelas mereka itu perempuan independent yang
memang patut jadi panutan. Perempuan-perempuan yang aku sebutkan ini bisa
dibilang aku kagum dengan mereka. Najwa Shihab. Jelas, siapa tidak mengenal
beliau bukan?
![]() |
source: google |
Aku selalu suka ngelihat
mbak Nana ngomong. Semua apa yang ia sampaikan selalu ‘berisi’. Kelihatan
pintarnya. Trus juga Gitasav. Lagi-lagi pintar. Pokoknya bagi aku pribadi, aku
selalu suka perempuan pintar. Kepintaran seseorang itu bisa dilihat dari apa
yang ia bicarakan. Apa yang ia tulis.
![]() |
source: blog pribadi Gitasav |
Selain Gitasav, ada juga
Sophia Mega. Dia perempuan ‘penggila’ buku. Dia punya blog dan juga channel
youtube seputar buku. Buku yang paling sering ia baca terkait feminism. Dan
perempuan independent lainnya adalah seorang beauty blogger, Adhelia.
Adhel sebenarnya nggak
hanya punya blog sih, dia juga punya channel youtube. Dari bagaimana dia
ngomong dan dari apa yang ia tulis, aku bisa menyimpulkan kalau dia perempuan
yang pintar. Dia selalu mengkampanyekan perihal self love dan bullying.
Ya, semasa disekolahnya,
ia pernah dibully karna kulitnya yang gelap. Dan sekarang, dia menjadi seorang
beauty blogger dan mengkampanyekan untuk mencintai diri sendiri, bagaimanapun
bentuk tubuhnya. Bagaimanapun warna kulit.
Aku selalu kagum dengan
perempuan-perempuan independent. Semoga kelak, aku bisa menjadi salah satu
diantara mereka. Yang bisa menginspirasi sekililingnya bahwa perempuan itu
kalau dia berprestasi memiliki nilai lebih. Yang bisa mengatakan pada dunia
bahwa walaupun kita perempuan, kita juga bisa loh.
Oke selamat berkarya. Ini
tulisan hanya hasil pemikiranku saja. Boleh sependapat dan boleh tidak. Salam
sayang, @muthihaura_blog.
Kamis, 13 Desember 2018.
15.58 WIB.
Awal-awal baca tulisan ini langsung kepikiran Gitasav. Ee benr juga dia salah satu wanita yg independent 👌😊
BalasHapus