Self Love
Aku pernah berada dititik
terendah. Titik dimana aku ngerasa kalau aku nggak berharga. Titik dimana aku
membenci diriku sendiri. Aku membenci semua yang ada pada diriku. Ya, semuanya!
Hampir tiap malam saat aku SMP, aku nangis. Rasanya, nggak ada yang bisa
dibanggakan dari seorang Muthi Haura.
Aku nggak cantik. Nggak
pintar. Berkulit kusam. Jerawatan. Kurus dan bla bla lainnya. Jika kamu
mengenalku dulu, kamu pasti tau bagaimana ‘parahnya’ aku. Bahkan juga sampai
saat ini. Aku nggak bilang kalau sekarang aku cantik ya, sama sekali nggak.
Tapi sekarang, aku jauh lebih bisa mengapresiasi diriku.
Aku jauh lebih bisa
menghargai diriku sendiri. Aku sudah bisa memfilter mana omongan orang yang
harus aku masukan ke otak dan hatiku, mana yang hanya sebatas angin lalu. Ya,
aku udah nggak peduli sekarang ini untuk semua omongan orang yang negatif tanpa
solusi. Hey, mereka hanya tau namaku, tidak dengan cerita hidupku.
Bullying yang paling parah
aku terima itu saat aku duduk dibangku SMP. Itu termasuk kategori penjatuhan
mental yang teramat sangat. Aku dikucilkan anak satu kelas dan dianggap
‘sampah’. Tau kan sampah? Sesuatu yang sangat menjijikan yang jangankan
bersentuhan, melihat saja sudah mual. Kurang lebih seperti itulah.
Itu mengapa aku sangat
membenci masa SMP. Kalau hidup punya tombol delete, aku ingin sekali mendelete
masa itu dan ‘membuang’ semua orang-orang yang ada didalamnya. Tapi sayangnya,
hidup tak pernah punya tombol delete. Sekeras apapun aku ingin menghapusnya,
nyatanya aku nggak bisa.
Tapi aku bersyukur karna
hidup tak menyediakan tombol delete layaknya laptop, karna dari pengalaman itu
aku belajar banyak hal. Apa yang aku alami dulu ‘membentuk’ aku yang sekarang.
Memasuki masa kuliah, aku sudah mulai mencintai diri sendiri, walau belum
sepenuhnya.
Walau bullyan itu tetap
masih ada. Yang paling menyakitkan itu saat orang yang kamu cintai,
mengomentari fisikmu. Ya, aku pernah suka cowok dan kalau dipikir-pikir itu
cowok seharusnya bukan untuk aku cintai.
Baca juga:
TENTANG KAMU
Sekarang, perasaan aku ke
dia udah mati seiring berjalannya waktu. Aku sekarang sedang dekat dengan
seseorang yang aah, aku tak ingin menceritakannya. Untuk saat ini, dia terlalu
berharga untuk diumbar sana-sini. Nanti saja, jika sudah waktunya, aku akan
cerita. Doakan saja.
Setelah aku menamatkan
strata satuku, aku udah pada tahap menyayangi diri sendiri. Aku udah mulai
nyaman dengan diriku sendiri. Dengan apa yang ada pada diriku. Walau ya, masih
belum full, karna berada pada tahap yang betul-betul mencintai diri sendiri itu
butuh effort besar. Mungkin dibandingkan saat masih kuliah, aku sudah mencintai
diriku saat ini itu udah 85 %, sedangkan saat kuliah masih 60%.
Baca juga: NGOMONGIN BODY SHAMMING
Nggak mudah memang
berdamai dengan diri sendiri. Nggak mudah harus betul-betul membuka mata dan
menerima kekurangan diri sendiri. Tapi jika bukan kamu yang menerima dirimu
sendiri, lantas siapa lagi? Kalau bukan kamu yang mencintai dirimu sendiri,
lantas siapa? Bagaimana mungkin orang lain bisa mencintaimu sepenuh hati jika
kamu tidak mencintai dirimu sendiri?
![]() |
source: google |
Jika cantik menurutmu
adalah dengan travelling sana sini. Naik gunung A, B, C, bahkan D, tanpa peduli
kulit wajah menggosong, maka lakukanlah. Jika cantik menurutmu bermake up.
Perawatan sana sini, bahkan ke dokter kulit yang super mahal agar terlihat
cantik, lakukanlah.
Baca juga: CANTIK ITU…?
Jika cantik menurutmu
adalah membaca setumpuk-tumpuk buku dengan kaca mata tebal yang membingkai
matamu. Tak peduli gemerlapnya dunia luar karna kesenanganmu ada pada buku,
maka jika itu cantik menurutmu, lakukanlah.
Jika cantik menurutmu
harus berkutat didapur dengan berbagai macam rempah untuk menghasilkan masakan
yang enak. Tak peduli wajah dan badan terkena bau-bauan dari aroma bumbu,
justru itu malah kamu sukai, lakukanlah.
Jika cantik menurutmu
adalah dengan baju olahraga dan keringatan sana sini demi memasukan bola ke
gawang. Tak peduli senggolan lawan yang kadang bikin meringis. Jika itu
definisi cantik menurutmu, lakukanlah.
Ya, lakukan semua apa yang
kamu suka. Itu salah satu cara mencintai diri sendiri. Tak usah dengerin kata
dan komentar orang. Yang tau dirimu ya kamu sendiri. Tak usah peduli dengan
standart cantik yang ditanamkan oleh media. Harus putih, langsing, berbibir
tipis, berwajah mulus, begitu kan standar media? Mungkin media sedang
membutuhkan boneka berbie, bukan manusia.
![]() |
source: google |
Bagaimanapun kamu. Apapun
jenis kulitmu. Seperti apapun bentuk badanmu, cintailah dirimu sendiri. Self
love. Tapi jika ada dari dirimu yang tidak membuatmu nyaman, rubahlah. Jadikan
dirimu lebih baik sesuai versi terbaik dirimu.
Lah Mut, bukannya
mencintai diri sendiri itu berarti menerima ya? Kenapa disuruh rubah? Menurutku,
mencintai diri sendiri bukan berarti tidak boleh merubah sesuatu yang tidak
membuatmu nyaman. Yang dirubahpun bukan sesuatu yang udah Allah tetapkan untuk
tidak bisa dirubah. Jika kamu punya hidung pesek, itu sesuatu yang tidak bisa
dirubah, ya sudah syukuri. Alternative ‘merubahnya’ ya dengan belajar make up
terkait pershadingan.
Jika kamu kurus/gemuk dan
kamu tidak ngerasa nyaman dengan itu, ya kamu bisa merubah dirimu untuk melakukan
diet pola makan sehat. Kalau kamu benar-benar mencintai dirimu, kamu nggak akan
memasukan ‘racun’ ketubuhmu. Racun apa? Ya junkfood dan lain sebagainya. Atau
kamu berlebihan makan gorengan sehingga badanmu melar, terus setelah itu kamu
beralasan bahwa badan melar itu tak apa karna kamu sudah mencintai dirimu
sendiri.
Alah, bullshit. Coba tanya
baik-baik pada hatimu, kamu yakin nyaman dengan badan itu? Kalau tidak,
rubahlah dengan pola hidup sehat. Olahraga, makan makanan sehat. Bukankah itu
bukti mencintai diri sendiri sebenarnya? Asal nggak diet ekstrim yang aneh-aneh
aja. Begitu juga kalau kamu punya badan kurus.
Jika kamu punya jerawat
dan kamu ngerasa self love dengan jerawat itu lantas kamu membiarkannya saja,
itu mah bukan self love, tapi malas. Kamu dikatakan mencintai dirimu sendiri
saat kamu bisa merawat apa yang Allah kasih itu dengan baik. Ya, self love
berhubungan erat dengan self care.
Jika kamu selalu rangking
terakhir dikelas dan kamu sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki
nilaimu dengan alasan self love, itu mah bukan self love. Kalau aku pribadi,
aku mencoba jujur pada diriku sendiri. Aku membuat list-list kekurangan dan
kelebihan yang aku punya. Dari list kekurangan, aku bikin spesifik lagi,
kekurangan yang bisa dirubah dan yang tidak alias emang dari sononya.
Kelebihan yang ada,
semakin aku push untuk semakin ‘terlihat’, sedangkan kekurangan yang bisa
dirubah, sedang aku usahakan untuk ngerubahnya. Sekarang self care yang sedang
aku lakukan adalah, aku membiasakan diri membaca buku dalam sehari. Aku wajib
harus skincare-an bagaimanapun ngantuk atau capeknya atau malasnya.
Aku membiasakan diri dalam
sehari itu untuk belajar Bahasa Inggrish. Aku semakin rajin belajar masak. Aku
belajar mengatur waktu dan keuangan dengan baik. Aku belajar banyak hal yang
ingin aku pelajari, termasuk tentang make up. Aku dengerin channel-channel
youtube yang bermanfaat. Ya, itu caraku. Caraku mencintai diriku sendiri.
Aku mencintai diriku,
makanya aku belajar merawatnya. Tak peduli apa kata orang. Tak peduli komentar
orang. Aku ya aku. Kamu benci aku, itu urusanmu. Urusanku hanya untuk terus
berkembang menjadi lebih baik disetiap harinya. Semangat mencintai diri sendiri.
Mari self love dengan self care. Salam, @muthihaura_blog.
Selasa, 18 Desember 2018.
22.18 WIB.
0 komentar: