Tentang Cinta #8
Assalamua’laikum guys. Selamat
siang dan sedang ngelakuin apa? Semoga selalu ngelakuin hal-hal yang bermanfaat
ya. Semoga juga semua target di 2018-nya banyak yang terwujud. Jadi entar
ditahun 2019, nggak nargetin itu lagi itu lagi itu lagi. Haha.
Kali ini aku pengen
ngelanjutin cerbung Tentang Cinta. Oke langsung saja. Check this out:
Baca juga: Tentang Cinta #7
Tentang Cinta #8
Love is crazy!! Cinta itu gila, tak
mengenal kepada siapa ia akan menyerahkan hatinya.
Karla menghembuskan nafasnya. Rasa
capek kian menjalari tubuh Karla. Gadis itu menyeka keringat yang membasahi
keningnya. “Duh, kalau kaya gini caranya mah gue bisa mati.” Karla merutuk
pelan.
![]() |
source: google |
Udara panas kota Jakarta semakin
membakar kulit putih Karla. Gadis itu cemberut saat wajah Kevin terlintas
dibenaknya. “Dasar Kak Kevin pelit! Ngantar gue pulang aja nggak mau. Lebih
mentingin band jeleknya itu.”
Karla memandangi sebuket bunga mawar
merah ketiga yang ia dapat dari secret
admirer-nya. Dirabanya bunga itu sembari tersenyum. Cuma mawar merah yang bisa buat mood gue membaik. “Siapa ya
kira-kira yang ngasih ini bunga? Kenapa dia bisa tau kalau gue suka banget sama
mawar merah?”
Tentu saja jawaban Karla tak ada yang
menjawab. Karla berhenti didepan halte bus. Berkali-kali diliriknya jalanan,
berharap agar bus datang dengan cepat.
*@muthiiihauraa*
Karla
merebahkan tubuhnya pada kursi kosong. Hampir seperempat jam gadis itu berdiri
dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk duduk. Karla mematah-matahkan
kepalanya. Mencoba menghilangkan rasa pegal disekujur tubuhnya.
“Alhamdulillah. Lumayan enakan deh.”
Sungut Karla pelan. Gadis cantik yang mengenakan celana jins ketat dengan kaus
ungu yang senada dengan pita ungu dirambut coklat ikalnya itu mencoba
memejamkan mata.
Belum beberapa menit Karla menikmati
posisinya, tiba-tiba bus itu berhenti mendadak membuat tubuh mungil Karla maju
beberapa sentimeter kearah depan. Karla membuka mata sembari mengaduh pelan.
Seorang Ibu-ibu setengah baya masuk
dengan menenteng tas belanjaannya yang super banyak. Ibu itu melirik kekanan
dan kekiri. Mencari kursi yang bisa ditempatinya, namun nihil.
Naluri kemanusiaan Karla muncul.
Dengan heroic gadis itu menyerahkan kursinya untuk diduduki sang Ibu itu. Raut
wajah senang tergambar jelas diwajah letih Ibu tersebut. “Makasih ya. Kamu
memang anak yang baik.”
Karla tersenyum, namun perasaan
jengkel merasukinya saat melihat para pria malah asik menikmati kursinya.
Seakan sama sekali mereka tak peduli dengan sekitar.
*@muthiiihauraa*
“Neng
geulis turun disini juga?” Ibu yang
diberikannya tempat duduk menghampiri Karla yang hendak menyebrang jalan. Karla
tersenyum sekilas. Muka ramah Ibu itu membuat Karla merasa nyaman.
“Iya bu? Ibu tinggal dimana? Biar
dibantuin deh ngangkat barang-barangnya sampai rumah?” Karla menawarkan diri.
Alasan gadis itu juga sebenarnya merasa malas kalau harus pulang kerumah
cepat-cepat, sedangkan dirumah nggak ada orang.
Sang Ibu menatap wajah Karla. “Neng geulis yakin mau nolongin Ibu? Nggak
ngerepotin nih?” tanya si Ibu. “Tenang Bu, nggak ngerepotin kok. Justru aku
malah senang.”
*@muthiiihauraa*
Karla
dan Rica berhenti didepan sebuah rumah petak yang bisa dibilang kecil, namun
menurut Karla sangat asri. “Ini rumah Ibu?” tanya Karla sopan. Tak ada maksud lain
dalam nada suaranya.
Rica tersenyum tulus. “Yah beginilah
kondisi kami neng geulis.” Karla
tersenyum lalu meletakkan barang-barang bawaannya pada kursi diteras rumah.
“Ini nyaman kok Bu. Aku suka tempat
ini, apalagi ada tamannya gitu. Ada mawar merah lagi.” guman Karla. Matanya
terarah pada taman mini yang ditengah-tengah taman tersebut terdapat sebuah
ayunan. Taman itu tidak terlalu besar, namun tetap saja mengangumkan dimata
Karla.
“Itu karna Ibu suka banget sama
mawar merah. Ibu tau kok kalau kamu suka mawar merah, dari tadi kan kamu
bawa-bawa sebuket mawar merah. ” Karla menatap wajah Rica yang sudah termakan
usia, namun tetap membekaskan kecantikannya disaat muda. “Iya. Aku memang suka
banget sama mawar merah Bu.”
Wanita setengah baya dihadapan Karla
tergelak, menampilkan deretan giginya yang rapi. “Berarti kita punya banyak
kesamaan. Ayo masuk, kayanya anak Ibu belum pulang.”
Rica berjalan memasuki rumahnya
diikuti oleh Karla. Dua wanita beda usia itu masuk kedapur. Dengan sigap wanita
setengah baya itu menyiapkan minuman buat Karla.
“Suami Ibu kemana?” Entah kenapa
Karla ingin sekali mengetahui seluk beluk keluarga Rica. Rica tertegun, merasa
sedikit keberatan dengan pertanyaan Karla. “Maaf Bu. Nggak maksud apa-apa.”
“Nggak papa kok neng. Suami Ibu
orang Jerman. Kami sudah bercerai dan dia juga sudah nikah lagi dengan wanita
lain.” Karna sudah terlanjur percaya dengan Karla, Rica akhirnya memutuskan
untuk menceritakannya.
Ada nada kesedihan yang tersirat
disetiap kalimat yang diucapkan Rica. Gadis itu benar-benar merasa tak enak
dengan pertanyaannya. Dihampirinya Rica dan dipeluknya. “Maafin aku Bu.”
Rica membalas pelukan Karla. Ada
rasa hangat yang membuncah diantara keduanya. Rica yang memang dari dulu sangat
menginginkan anak perempuan merasa senang, sedangkan Karla seakan merasakan
mendapat pelukan Mamanya kembali.
Seakan tak ingin melepaskan pelukan
itu. Dua wanita beda usia itu larut didalamnya. “Kamu harus janji ya! Kamu
harus sering-sering main kesini. Ibu pati sangat senang banget.”
Karla mengangguk, tapi tentu saja
anggukan kepalanya tak dapat dilihat oleh Rica. “Aku janji Bu.”
*@muthiiihauraa*
Farran
merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Membiarkan tubuh lelahnya merasa
sedikit rileks. Pikiran Farran berkelana pada seorang cewek. Seorang cewek yang
menurutnya sangat special saat ini selain Mamanya.
Dan
harus sampai kapan rasa ini bertahan?
“FARRAAN!” Sebuah suara menghentikan
setiap susunan paragraph yang hendak dirangkai dalam kata dari benak Farran.
Cowok itu membuka matanya sembari mendelik kesal.
“What
the hell is this! Bisa nggak gue tenang bentar aja?” ujar Farran sembari
menarik selimut dan bantal agar menutupi seluruh badan dan kepalanya.
“Iih Farran. Bangun dong! Gras ini
wooi!” Grasia menarik selimut Farran dan menguncang-nguncang tubuh cowok itu.
“Ran! Bangun dong!”
Justru
karna tau ada lo, gue nggak mau bangun! Farran membatin. Grasia tetap
menguncang-nguncang tubuh Farran. “Ya udah kalau nggak mau bangun, gue bilangin
Tante nih.”
Mendengar Grasia mau mengadu, mau
nggak mau Farran membuka mata. Cowok itu pura-pura menggeliat dan saat melihat
Grasia tubuh Farran mundur beberapa senti. “Lo?” Farran mengantung
kata-katanya, membuat Grasia mengernyit pelan.
“Lo ngapain dikamar gue? Lo nggak
ngapa-ngapain gue kan?” Farran melihat tubuhnya seakan ketakutan. “Aah! Lo mah
apaan sih! Dasar otak mesum! Jorok!” Grasia memukul-mukul tubuh Farran dengan
bantal.
“Gue tunggu lo diluar sebelum lima
menit. Awas lo nggak keluar otak mesum!!” omel Grasia sembari melempar bantal
besar dan berlalu dengan kesal. Farran menatap kepergian Grasia. Setelah Grasia
sudah tak terlihat, cowok itu tertawa puas. Merasa senang bisa mengerjai
Grasia.
Tawa cowok itu semakin meledak.
“Ilfil kan Lo! Makanya masuk kamar cowok tuh izin dulu!”
*@muthiiihauraa*
Karla
mengelus-ngelus kelincinya dengan perasaan sayang. “Lo lucu banget deh Farran!
Unyu!” ujar Karla sembari memberikan sepotong wartel dihadapan kelinci putih
itu.
Dibiarkannya kelinci itu
berlari-lari kecil ditaman belakang rumahnya. Karla meraih sebuah surat dari
saku bajunya yang ia dapat diantara selipan buket bunga mawar. Ditatap dan
dibolak-balikkannya surat beramplop ungu muda itu.
“Dari siapa ya?” tanya Karla pada
dirinya sendiri. Gadis cantik itu membuka kertas surat.
Hy
gadis pencinta mawar merahku :*
Apa
kabar? Udah lama kita nggak ketemu ya Aya?
Lo
udah semakin dewasa dan cantik.
Tepat
dihari ulang tahun lo, gue akan datang =D
Karla mengernyit pelan. Ditatapnya
surat tanpa nama pengirim itu. Aya? Dia
manggil gue Aya? Kenapa dia bisa tau? Yang manggil gue Aya cuma Kak Kevin,
Mama, dan Papa. Siapa sih?
Karla memijit lembut keningnya dan
lalu gadis itu menghela nafas. Karla benar-benar dilanda kebingungan. “Mau es
cream?” Semangkok besar es cream tersodor dihadapan Karla.
“Kak Ivin? Tau aja kalau gue lagi
pengen es cream.” Karla meraih mangkuk es cream dan menyuapinya. Kevin duduk
disamping Karla. Dipandanginya wajah gadis itu. Tiba-tiba perasaannya
bergemuruh saat mengingat dirinya dan Karla tak kan pernah bisa bersatu.
Kevin menghela nafas berat. Gue pengen egois! Gue akan lebih egois dari
pada ini! Kevin tertawa sinis. Dibelainya rambut Karla, membuat Karla menoleh
menatap Kevin.
“Gue
sayang sama lo, Aya!” ucap Kevin lirih. Selirih hembusan angin. Karla tersenyum
pelan. “Gue juga sayang sama Kak Ivin kok!” Karla kembali menyuapi es cream
kemulutnya. Tak disadarinya perubahan diwajah Kevin.
Dan sayang gue ke elo beda rasa.
Sayang ini bukan lagi dari kakak untuk adiknya, tapi dari seorang laki-laki
dewasa kepada perempuan yang dicintainya. Untuk yang
keberapa kalinya, Kevin kembali menghela nafas.
“Lho?
Farran mana?” Karla meletakkan mangkuk es creamnya. Cewek itu buru-buru
berdiri. “Farran?” tanya Kevin. Sebelah alis mata cowok itu naik beberapa
senti.
“Iya
Kak, Farran. Kok nggak ada ya? Bantuin gue cari dong!” Karla mengitari taman.
Berkali-kali gadis itu membungkuk. Kevin sama sekali tak mengerti ikut-ikutan
membungkuk. “Farran! Farran!” teriak Karla.
Setelah
hampir sepuluh menit mencari, Karla menemukan kelinci putih itu berada
dibelakang sebuah pohon mangga. Karla menghela nafas. Diraihnya tubuh mungil
kelinci putih itu.
“Ini
Farran?” Kevin tertawa saat melihat kelinci dipangkuan Karla. Dibenak Kevin
muncul wajah cool Farran temannya dan
Farran sang kelinci. Tawa Kevin semakin meledak.
“Ih!
Apaan sih malah ketawa? Nggak lucu tau.” Karla memukul lengan bidang Kevin
sembari merenggut kesal. “Iya masak kelinci lo namain Farran sih?”
“Karna
kelinci ini pemberian dari Kak Farran si ketua BEM itu tau!” Kata-kata Karla
langsung membuat Kevin terdiam. “Farran senior lo di Ilkom itu? Yang wajahnya cool itu?”
Karla
mengangguk membuat Kevin tertegun. Shit!
Kecolongan gue. Sejak kapan? Cowok itu tampak kesal.
Bersambung!
Oke segini dulu. Tungguin kelanjutannya
ya. Salam, @muthihaura_blog.
Jum’at, 7 Desember 2018.
14.22 WIB.
0 komentar: