[Review buku]: Secangkir Kopi Bully
Hai, Assalamua’laikum.
Bagaimana kabarnya dan sedang ngelakuin apa? Sore ini hujan. Suasana yang asik
untuk nulis. Dari dulu selalu pengen banget nulis dimalam hari dibalkon rumah
tingkat, trus ditemani hujan. Atau nulis ditepi pantai sambil nyeduh segelas
coklat panas.
Wiih, pasti ide-ide pada
keluar semua tuh hehe. Sekarang nulis dirumah ditemani hujan dulu juga nggak
apa-apa deh. Sebenarnya banyak banget yang pengen aku ceritain, terutama
tentang someone. Tapi kapan-kapan aja deh hehe. Belum waktunya.
Oya, tahun ini, aku
nargetin untuk bisa baca 20 buku. Sedikit sih dibandingkan teman-teman yang
lainnya, tapi lumayanlah buat aku yang sok sibuk ini. Alhamdulillah dibulan
kedua tahun 2019 ini, aku berhasil nyelesaian baca dua buku.
Harus lebih ditingkatkan
lagi ya Mut. Kurangi malasnya. Ingat semua impian. Ingat semua target. Buku
yang baru selesai aku baca itu judulnya ‘Secangkir Kopi Bully’ karya Paresma
Elvigro. Paresma Elvigro sendiri adalah nama pena dari mbak Yanuarty Paresma
Wahyuningsih yang biasa kusapa mbak Emma
Baca juga:
[REVIEW BUKU]: SI PARASIT LAJANG
Aku udah lumayan lama
kenal dengan penulisnya. Berteman di facebook, tapi sekarang lost kontak.
Secangkir kopi bully ini sendiri menceritakan kisah bully yang dialami mbak
Emma sendiri dilengkapi tips and trick menghadapi bully tersebut.
Menyelami kisah bully yang
dialami mbak Emma, membuat aku merasa sedikit bersyukur. Ternyata bullying yang
pernah aku alami nggak separah apa yang dialami oleh mbak Emma. Yah, walau
tetap saja namanya bullying pasti membekas.
Baca juga:
#10YEARSCHALLENGE
Sampai saat ini, apa yang
aku alami dulu, ngebentuk aku yang sekarang. Untungnya, aku bisa bangkit. Aku
bisa tetap semangat untuk berprestasi. Aku nggak berpikiran bodoh untuk
ngakhirin hidup aku. Aku suka membaca kisah-kisah bullying yang dialami mbak
Emma.
Bukan maksudnya aku senang
dengan apa yang dialaminya, nggak sama sekali. Aku seperti bisa masuk kedalam
cerita-cerita itu. Cuma yang kurang aku suka pas di bab awal. Jujur, agak
ngebosenin, karna terlalu panjang banget penjelasan tentang bullyingnya.
Bagus sih, Cuma bagi aku
pribadi agak bertele-tele. Bahasanya juga terlalu baku. Mungkin bagi yang lain
asik, tapi kalau di aku kurang sih hehe. Buku ini cocok dibaca untuk remaja
awal bahkan dewasa. Covernya sendiri bernuansa coklat muda dengan gambar
cangkir kopi yang ada sayapnya.
Aku kurang paham makna
dari cangkir kopi bersayap ini hehe. Kalau aku pergi ke gramedia, trus ngelihat
cover buku ini, mungkin aku kurang sreg untuk beli. Ini beli karna kemaren ada
diskon, tapi ternyata isinya bagus. Kalau kata adik di organisasi si Azizah
Sipayung, buku ini bikin dia nangis. Di aku sih nggak sampai bikin nangis.
Font-font didalam bukunya besar
dan nggak dempet-dempet, jadi asik dibaca. Ada beberapa pelajaran yang aku ambil
dari buku ini. Pertama, kalau kamu di bully, kasih cetak biru
dikeningmu. Jadikan bullyan itu sebagai motivasi agar kamu terus maju.
Tanamkan kedirimu bahwa
kamu bisa lebih baik dari apa yang pembully itu katakan. Kamu Cuma punya dua
tangan yang berfungsi untuk nutupin kedua telingamu bukan untuk ngebungkam
mulut-mulut orang lain. Apapun yang mereka katakan, kamu tidak akan pernah jatuh.
Ibarat bola kasti, semakin dipantulkan kebawah, maka ia akan semakin melambung
tinggi.
Aku ada bikin video
kata-kata tentang bully. Bisa ditonton disini. Yang kedua, kalau
mau menegur anak pelaku bully, hindari mengatakan kata ‘bodoh’, ‘nakal’, dan
kata negatif lainnya. Beberapa psikolog sepakat bahwa kata negatif tidak pantas
ditujukan oleh orang tua kepada anak. Ketika orang tua terbiasa mengatakan
kata-kata negatif kepada anaknya, maka secara tidak langsung, anak akan
menjadikan kata negatif tersebut sebagai penyebut identitas dirinya.
Ketiga,
jika anak kamu di bully, jadilah pendengar setia baginya. Beri dukungan
positif. Bila sang anak menangis, peluklah ia. Jangan langsung mengambil
langkah untuk melampiaskan emosi kepada pembully.
Sebenarnya masih banyak
pelajaran yang dapat aku tangkap dari buku ini. Tapi untuk sekarang tiga itu
aja deh dulu. Satu kalimat yang aku suka yang aku ambil dari buku ini adalah:
‘Kamu tidak bisa bersembunyi dari siapa dirimu, kamu bisa menolaknya atau lari
darinya. Tapi kamu tidak akan pernah bisa melarikan diri dari dirimu
selamanya”.
Oke deh, mungkin segini
dulu. Salam sayang, @muthihaura_blog.
Senin, 11 Februari 2019.
12.18 WIB.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus