Sejam di Bukittinggi
Hidup bukan hanya tentang
perjuangan, tapi juga perjalanan. Karna sejatinya, sebuah perjalanan akan
mengajarkan banyak hal. Akan menorehkan banyak kisah. Akan membuka mata bahwa
dunia itu luas, beragam suku bangsa. Beragam bahasa.
Aku suka travelling. Aku
suka mengunjungi tempat-tempat baru. Aku suka bertemu orang-orang baru disetiap
perjalanan. Aku suka memandangi persawahan. Aku suka hal-hal ‘baru’ disetiap perjalanan yang membuat
mataku terbuka tentang banyak hal.
Ya, intinya aku suka
travelling dan aku ingin mengunjungi banyak tempat. Itu impianku. Dulu,
kupikir, aku akan mengubur mimpi itu dalam-dalam mengingat situasi dan kondisi,
tapi ternyata selalu ada jalan. Kamis, 28 Februari lalu, aku dan salah C
melakukan sebuah perjalanan. C siapa? Seseorang yang bisa dibilang sahabat,
teman, partner.
Bisa dibilang, ini
perjalanan nekat kami yang pertama dan aku berharap, ini bukan yang terakhir.
Semoga ada ‘perjalanan-perjalanan’ lainnya yang akan ditembuh. Semoga saja. C
mengajakku ke Sumbar, Bukittinggi. Tentu saja aku sangat ingin, tapi mengingat
kondisi adik-adikku yang tidak bisa ditinggal dirumah, aku selalu menolak
ajakan teman-teman untuk berpergian yang mengharuskan menginap.
Tapi perjalanan kali ini
beda. Kami akan trip ke Sumbar dengan jarak tempuh pulang pergi 12 jam dalam sehari.
Pergi memakan waktu enam jam, pulang enam jam. Malamnya, aku harus udah ada di
Pekanbaru, dirumah. Perjalanan balek hari yang aku nggak pernah berpikir akan
melakukannya.
Biasanya kalau ke Sumatera
Barat itu nginap, tapi kali ini nggak, BALEK HARI! Sempat was-was, apalagi
ngelihat cuaca yang kadang hujan kadang panas. Takut pas diperjalanan cuaca
nggak bersahabat. Atau saat tiba di Sumbar, hari hujan deras yang berarti, aku
nggak bisa balek ke Pekanbaru. Dan yang berartinya lagi, adik-adikku akan cemas
dirumah tanpa aku saat malam hari.
Atau tiba-tiba motor yang
kami pakai bocor dipertengahan jalan. Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Sempat aku berpikir untuk membatalkan perjalanan ini, tapi hati kecilku yang
lain mengatakan jangan. Kalau nggak dicoba, kita nggak akan tau hasilnya kan?
Kalau nggak dicoba, kita nggak akan belajar banyak hal kan?
Baca juga: LEBARAN DI SUMATERA BARAT
Alhamdulillahnya,
perjalanan pulang pergi kami lancar, walau sempat beberapa kali gerimis. Aku dan C mengadakan challenge, jadi saat pagi
akan berangkat, kami sama-sama nggak mandi. Kebetulan sore sebelum berangkat
itu juga, kami nggak mandi. Memang 24 jam nggak mandi. Maafkan kejorokan kami
ini haha.
Kami berangkat kurang
lebih jam 07.30. Di Kampar sempat berhenti sebentar untuk makan lontong
sekitaran jam delapanan. Diperjalanan, kami jarang berhenti. Paling berhenti
hanya untuk buang hajat. Untuk istirahatpun tidak. Ngejar waktu memang, tapi
aku senang. Akhirnya bisa refreshingkan otak. Bisa ngelihat pemandangan yang
hijau-hijau. Bisa ngehirup udara Sumbar yang sejuk plus ngerasain airnya yang
dingin.
Baca juga: LIBURAN AT SIRANDAH ISLAND
Nyampai Sumbar, nggak
afdal pastinya kalau nggak poto di kelok Sembilan. Kalau nggak salah, kami di
kelok Sembilan udah jam 11-an. Setelah poto, langsung cus ke Bukittinggi.
Nyampai Bukittinggi jam 12-an. Keliling-keliling nyari tempat pas untuk parkir
motor.
![]() |
kami di kelok sembilan |
Btw, sekedar informasi
bagi yang belum tau, Bukittinggi menurut Wikipedia adalah kota dengan
perekonomian terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini
pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia. Kota ini jga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi
Sumatera Tengah
Di Bukittingi ada banyak
obyek wisata, diantaranya ada: jam gadang, lobang jepang, bukit ngarai
takuruang, lembah ngarai sianok, janjang saribu bukittingi, benteng for de
kock, jembatan limpapeh, museum rumah adat banjuang, museum rumah kelahiran
bung hatta, museum tri daya eka dharma, dan lain sebagainya. Pokoknya kalau ke
Sumatera Barat, kata orang, kalau nggak berpoto di Jam Gadangnya, itu berarti
belum nyampai Sumbar haha. Kalau kamu ke Bukittingi dan mau nginap, banyak kok
disekitaran Jam Gadang itu hotel. Penginapan sederhana juga ada.
Setelah ngetake beberapa
poto di Jam Gadang, C ngajak aku ke toko yang jual kaus Kapuyuak. Nah, salah
satu icon khas Sumbar yang terkenal itu kaus Kapuyuaknya. Sebenarnya aku rada
kesal, soalnya di Jam Gadang serasa baru sebentar. Baru dudukin pantat, C
ngajak pergi.
Tapi aku sadar kondisi,
dia buru-buru gitu karna ngejar waktu agar aku sampai rumah tepat waktu.
Harusnya aku berterimakasih kan sama dia. Keliling-keliling, akhirnya nemu juga
toko Kapuyuak. C beli satu kaus. Aku? Oh tentu saja nggak haha. Lumayan mahal
untuk ukuran kaus. Satu kaus bisa sekitaran 90-150 ribu.
Setelah belanja kaus, kami
muter-muter nyari dimana kami parkir motor. Sempat salah jalan juga gegara C
kepedean tau jalan, akhirnya nyasar. Nyasarnyapun cukup jauh. Jam dua-an, kami
balik pulang. Yap, OTW Pekanbaru lagi. Kalau dihitung-hitung, kami di
Bukittinggi kurang lebih Cuma sejaman haha.
Sempat singgah buat beli
nasi juga, makannya di masjid, sekalian C mau sholat. Kebetulan aku lagi nggak
sholat. Diperjalanan pulang, kami makan durian. Total ngababisin uang untuk
perjalanan ke Sumbar ini aku pribadi sih cuma 30 ribu. Uang bensin dan uang
makan kami pakai dari uang tabungan yang kami tabung tiap minggu.
Jadi Alhamdulillah nggak
berasa ngeluarin uang banyak. Untuk C, trimakasih. Trimakasih udah bantu
mewujudkan mimpi aku. Trimakasih udah sangat sabar ngadepin aku. Semoga ini
bukan trip pertama dan terakhir kita ya. Amin! Oke deh, mungkin segini dulu
cerita sejaman di Sumbar dari aku. Salam sayang, @muthihaura_blog.
Minggu, 3 Maret 2019.
12.28 WIB.
tempat yang indah kak,
BalasHapus