Jelajah Kampung Bandar di Riau Festival
Jelajah Kampung Bandar di Riau
Festival- Bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan melestarikan sejarah
bangsanya-uknown. Beberapa hari yang lalu, tepatnya dihari Kamis tanggal 11
April, aku dan C mengunjungi Kampung Bandar. Ini kali kedua kami ke Kampung
Bandar, tentu saja juga untuk meramaikan Riau Festival 2019.
Yap,
Riau Festival 2019 memang diadakan di Kampung Bandar. Ini kali pertamanya
diadakan Riau Festival dengan konsep memadukan wisata sejarah (heritage) dengan
musik, seni tradisional, dan dikemas secara milenial. Acara Riau Festival
sendiri, ditaja oleh Pekanbaru Heritage. Walau dalam keadaan kurang enak badan,
aku tetap bersemangat untuk berkeliling Kampung Bandar sesuai rute yang sudah
ditetapkan di acara Riau Festival.
Sedikit
informasi, Kampung Bandar adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan
Senapelan. Kelurahan Kampung Bandar juga dikenal dengan sebutan Bandar
Senapelan. Kampung Bandar adalah cikal bakal berdirinya Pekanbaru pertama kali.
Jadi nih bagi yang belum tau, Pekanbaru ini pertama kali berdiri berawal di
Kampung Bandar.
Di
Kampung Bandar sendiri, kita bisa mengunjungi Rumah Singgah Sultan Siak,
Terminal Lama Pekanbaru, Rumah Tenun Kampung Bandar, Rumah Melayu Tempo Dulu,
Kota Tua Pekanbaru, Tugu Nol Kilometer, Rumah Syahbandar, dan Istana Hinggap. Yap,
banyak sekali sejarah Pekanbaru yang bisa dipelajari di Kampung Bandar ini.
Dalam
acara Riau Festival 2019 ini, tidak semua wisata sejarah Kampung Bandar yang
dijelajahi. Ada beberapa rute yang kami ikuti, yakni: Rumah Singgah Sultan
Siak, Rumah Tinggi (Rumah Tenun), dan Bandar Mural. Aku dan C, sampai di
Kampung Bandar sekitar jam 15-an. Panas terik
Pekanbaru tak membuat kami mengurungkan niat untuk menjelajah Kampung Bandar.
Rumah Singgah Sultan Siak di Kampung
Bandar
Awal
berkunjung ke Kampung Bandar, rumah ini dikatakan sebagai Rumah Singgah Tuan
Qadhi, tapi ternyata rumah singgah ini merupakan tempat persinggahan Sultan
Siak saat berkunjung ke Pekanbaru. Menurut cerita yang aku dengar, dulu ketika
Sultan Syarif Kasim II berkunjung ke Pekanbaru, Sultan Syarif Kasim bakal
singgah sebentar ke rumah ini, baru kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
![]() |
Rumah Singgah Sultan Siak |
![]() |
Salah satu poto didalam Rumah Singgah |
Kenapa
rumah ini? Karna rumah ini berdekatan dengan sungai. Rumah Singgah ini terletak
di bawah Jembatan Siak III Pekanbaru dengan aksitektur rumah panggung khas
Melayu. Rumah ini didirikan pada tahun 1895 dan dipugar pada tahun 1928. Coba deh
perhatikan ditiang tangga menuju pintu masuk, disitu tertera ukiran tanggal 23
Juli 1928. Katanya sih, tanggal itu merupakan tanggal pemugaran rumah milik
H.Nurdin Putih, mertua dari Tuan Qadhi H Zakaria.
Saat
diarahkan panitia memasuki Rumah Singgah, isinya memang kosong dengan warna cat
kayu dalamnya bernuansa biru. Gordennya sendiri berwarna kuning. Ada banyak
poto-poto bersejarah yang tertempel didinding kayunya, juga ada peninggalan
kaya topi-topi bersejarah gitu.
Rumah Tinggi (Rumah Tenun) di Kampung
Bandar
Rute
kedua di acara Riau Festival 2019 ini, kami diarahkan panitia untuk kerumah
tinggi atau biasa juga dikenal sebagai rumah tenun. Letak Rumah Tenun di
Kampung Bandar ini tak terlalu jauh dari Rumah Singgah Sultan Siak. Berdekatan juga
dengan Pelabuhan tempat bongkar muat barang.
![]() |
Bareng salah satu blogger hits Pekanbaru, kak Mutmuthea |
Saat
sampai di Rumah Tenun, aku dan C ketemu kak Mutmuthea, salah satu Blogger
hitsnya Pekanbaru. Aku dan C mengeliling rumah tenun dan ini kali pertama bagi
aku melihat secara langsung proses menenun. Aku juga sempat bertanya kepada ibu
penenunnya, berapa lama kira-kira proses menenun ini berlangsung. Dengan ramah
si ibu menjelaskan bahwa paling cepat proses menenun itu seminggu, paling lama
13 hari. Tergantung motif yang diinginkan.
![]() |
Belajar menenun di rumah Tenun |
Hasil
tenunan ini juga dijual sekitar harga satu jutaan keatas. Si Ibu juga bercerita
bahwa jam kerja ibu-ibu penenun fleksibel. Kalau udah siap beresin rumah atau
jemput anak, baru deh mereka melanjutkan proses menenun. Aku semakin menyadari
bahwa Indonesia itu kaya dengan segala ragamnya.
Oya,
Rumah Tenun Kampung Bandar ini berdiri sejak tahun 1887. Rumah ini merupakan
rumah kediaman keluarga almarhum Hj. Ramnah Yahya atau Hj.Nuraini Ibrahim yang
merupakan saudara kandung dari salah seorang pejuang perintis kemerdekaan.
H.Abdul Hamid Yahya. Katanya sih dulunya, rumah ini pernah menjadi gudang
logistik dan dapur umum dimasa awal perang kemerdekaan.
Bandar Mural di Kampung Bandar
Rute
selanjutnya di Riau Festival 2019, kami dibawa oleh panitia ke Bandar Mural. Bandar
Mural sendiri merupakan reruntuhan bekas kebakaran yang pernah terjadi. Bandar Mural
sendiri terletak tak jauh dari Rumah Tenun. Di Bandar Mural, ada banyak
pajangan poto. Ada juga berbagai coretan-coretan para seniman lokal di
dinding-dindingnya.
![]() |
Pameran poto |
![]() |
salah satu coretan seniman lokal |
Di
Bandar Mural, ada acara stand up comedy, salah satu pengisinya adalah bang
Geganap. Aku dan C sempat membeli makanan yang dijual oleh masyarakat setempat.
Pelabuhan Tua Pelindo di Kampung
Bandar
Pelabuhan
Tua Pelindo ini berdekatan banget dengan Tugu Nol Kilometer. Tugu ini merupakan
petak nol pembuatan jalan penghubung antara Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh. Jalur
ini merupakan tonggak untuk perdagangan antara Pantai Barat dan Pantai Timur
Sumatera saat itu. Oya, tugu nol kilometer ini dibuat oleh Belanda pada tahun
1920.
Jadi,
rute pengiriman barang saat itu seperti ini: barang-barang dari Pantai Barat
Sumatera dibawa menuju Pelabuhan Pelindo I. Saat itu, kapal-kapal dagang
Koninklijike Pakervaart Maatschappij (KMP) disetiap minggunya akan berlayar
dari Pekanbaru menujur Singapura. Dari Singapura, barang-barang itu akan
dikirimkan kembali keberbagai negara.
Ternyata
dulu, Pelabuhan Tua Pelindo ini menjadi saksi kejayaan perdagangan antara
Pekanbaru ke Singapura. Luar biasa yah. Mengulik sejarah gini bikin beajar
banyak hal. Nah, malamnya, di lapangan Pelabuhan Tua Pelindo ini diadakan
Pentas Kreatif Melayu.
Pentas
Kreatif Melayu ini menampilkan Freza and friends, Wan Dance Studio, Geliga
Jazz, Kadek Rihardika, dan Bonita. Pokoknya seru sih. Walau pulangnya, aku dan
C kehujanan. Senang banget bisa join di Riau Festival 2019 ini. Semoga di tahun
2020, akan ada Riau Festival lagi ditempat sejarah berbeda.
Oke
deh, mungkin segini dulu Jelajah Kampung Bandar di Riau Festival ala aku. Semoga
bermanfaat. Btw, kamu udah pernah ke Kampung Bandar belum? Jangan lupa ke
Kampung Bandar ya. Mari lestarikan sejarah. Kalau bukan kita, lantas siapa
lagi? Kalau nggak dari sekarang, trus kapan lagi? Oke deh, salam sayang,
@muthihaura_blog.
Minggu,
14 April 2019. 12.02 WIB.
acara yang menarik ya
BalasHapus