Jelajah Kampung Bandar di Riau Festival

12.22 muthihaura 1 Comments


Jelajah Kampung Bandar di Riau Festival- Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan melestarikan sejarah bangsanya-uknown. Beberapa hari yang lalu, tepatnya dihari Kamis tanggal 11 April, aku dan C mengunjungi Kampung Bandar. Ini kali kedua kami ke Kampung Bandar, tentu saja juga untuk meramaikan Riau Festival 2019.

Yap, Riau Festival 2019 memang diadakan di Kampung Bandar. Ini kali pertamanya diadakan Riau Festival dengan konsep memadukan wisata sejarah (heritage) dengan musik, seni tradisional, dan dikemas secara milenial. Acara Riau Festival sendiri, ditaja oleh Pekanbaru Heritage. Walau dalam keadaan kurang enak badan, aku tetap bersemangat untuk berkeliling Kampung Bandar sesuai rute yang sudah ditetapkan di acara Riau Festival.

 

Sedikit informasi, Kampung Bandar adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Senapelan. Kelurahan Kampung Bandar juga dikenal dengan sebutan Bandar Senapelan. Kampung Bandar adalah cikal bakal berdirinya Pekanbaru pertama kali. Jadi nih bagi yang belum tau, Pekanbaru ini pertama kali berdiri berawal di Kampung Bandar.

Di Kampung Bandar sendiri, kita bisa mengunjungi Rumah Singgah Sultan Siak, Terminal Lama Pekanbaru, Rumah Tenun Kampung Bandar, Rumah Melayu Tempo Dulu, Kota Tua Pekanbaru, Tugu Nol Kilometer, Rumah Syahbandar, dan Istana Hinggap. Yap, banyak sekali sejarah Pekanbaru yang bisa dipelajari di Kampung Bandar ini.

Dalam acara Riau Festival 2019 ini, tidak semua wisata sejarah Kampung Bandar yang dijelajahi. Ada beberapa rute yang kami ikuti, yakni: Rumah Singgah Sultan Siak, Rumah Tinggi (Rumah Tenun), dan Bandar Mural. Aku dan C, sampai di Kampung Bandar sekitar jam 15-an.  Panas terik Pekanbaru tak membuat kami mengurungkan niat untuk menjelajah Kampung Bandar.

Rumah Singgah Sultan Siak di Kampung Bandar
Awal berkunjung ke Kampung Bandar, rumah ini dikatakan sebagai Rumah Singgah Tuan Qadhi, tapi ternyata rumah singgah ini merupakan tempat persinggahan Sultan Siak saat berkunjung ke Pekanbaru. Menurut cerita yang aku dengar, dulu ketika Sultan Syarif Kasim II berkunjung ke Pekanbaru, Sultan Syarif Kasim bakal singgah sebentar ke rumah ini, baru kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

rumah singgah sultan siak
Rumah Singgah Sultan Siak
 
poto didalam rumah singgah
Salah satu poto didalam Rumah Singgah

Kenapa rumah ini? Karna rumah ini berdekatan dengan sungai. Rumah Singgah ini terletak di bawah Jembatan Siak III Pekanbaru dengan aksitektur rumah panggung khas Melayu. Rumah ini didirikan pada tahun 1895 dan dipugar pada tahun 1928. Coba deh perhatikan ditiang tangga menuju pintu masuk, disitu tertera ukiran tanggal 23 Juli 1928. Katanya sih, tanggal itu merupakan tanggal pemugaran rumah milik H.Nurdin Putih, mertua dari Tuan Qadhi H Zakaria.

Saat diarahkan panitia memasuki Rumah Singgah, isinya memang kosong dengan warna cat kayu dalamnya bernuansa biru. Gordennya sendiri berwarna kuning. Ada banyak poto-poto bersejarah yang tertempel didinding kayunya, juga ada peninggalan kaya topi-topi bersejarah gitu.

Rumah Tinggi (Rumah Tenun) di Kampung Bandar
Rute kedua di acara Riau Festival 2019 ini, kami diarahkan panitia untuk kerumah tinggi atau biasa juga dikenal sebagai rumah tenun. Letak Rumah Tenun di Kampung Bandar ini tak terlalu jauh dari Rumah Singgah Sultan Siak. Berdekatan juga dengan Pelabuhan tempat bongkar muat barang.

Bersama kak mutmuthea
Bareng salah satu blogger hits Pekanbaru, kak Mutmuthea
Saat sampai di Rumah Tenun, aku dan C ketemu kak Mutmuthea, salah satu Blogger hitsnya Pekanbaru. Aku dan C mengeliling rumah tenun dan ini kali pertama bagi aku melihat secara langsung proses menenun. Aku juga sempat bertanya kepada ibu penenunnya, berapa lama kira-kira proses menenun ini berlangsung. Dengan ramah si ibu menjelaskan bahwa paling cepat proses menenun itu seminggu, paling lama 13 hari. Tergantung motif yang diinginkan.

menenun di rumah tenun
Belajar menenun di rumah Tenun
Hasil tenunan ini juga dijual sekitar harga satu jutaan keatas. Si Ibu juga bercerita bahwa jam kerja ibu-ibu penenun fleksibel. Kalau udah siap beresin rumah atau jemput anak, baru deh mereka melanjutkan proses menenun. Aku semakin menyadari bahwa Indonesia itu kaya dengan segala ragamnya.

Oya, Rumah Tenun Kampung Bandar ini berdiri sejak tahun 1887. Rumah ini merupakan rumah kediaman keluarga almarhum Hj. Ramnah Yahya atau Hj.Nuraini Ibrahim yang merupakan saudara kandung dari salah seorang pejuang perintis kemerdekaan. H.Abdul Hamid Yahya. Katanya sih dulunya, rumah ini pernah menjadi gudang logistik dan dapur umum dimasa awal perang kemerdekaan.

Bandar Mural di Kampung Bandar
Rute selanjutnya di Riau Festival 2019, kami dibawa oleh panitia ke Bandar Mural. Bandar Mural sendiri merupakan reruntuhan bekas kebakaran yang pernah terjadi. Bandar Mural sendiri terletak tak jauh dari Rumah Tenun. Di Bandar Mural, ada banyak pajangan poto. Ada juga berbagai coretan-coretan para seniman lokal di dinding-dindingnya.

pameran poto
Pameran poto

coretan seniman lokal
salah satu coretan seniman lokal
Di Bandar Mural, ada acara stand up comedy, salah satu pengisinya adalah bang Geganap. Aku dan C sempat membeli makanan yang dijual oleh masyarakat setempat.

Pelabuhan Tua Pelindo di Kampung Bandar
Pelabuhan Tua Pelindo ini berdekatan banget dengan Tugu Nol Kilometer. Tugu ini merupakan petak nol pembuatan jalan penghubung antara Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh. Jalur ini merupakan tonggak untuk perdagangan antara Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera saat itu. Oya, tugu nol kilometer ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1920.

Jadi, rute pengiriman barang saat itu seperti ini: barang-barang dari Pantai Barat Sumatera dibawa menuju Pelabuhan Pelindo I. Saat itu, kapal-kapal dagang Koninklijike Pakervaart Maatschappij (KMP) disetiap minggunya akan berlayar dari Pekanbaru menujur Singapura. Dari Singapura, barang-barang itu akan dikirimkan kembali keberbagai negara.

Ternyata dulu, Pelabuhan Tua Pelindo ini menjadi saksi kejayaan perdagangan antara Pekanbaru ke Singapura. Luar biasa yah. Mengulik sejarah gini bikin beajar banyak hal. Nah, malamnya, di lapangan Pelabuhan Tua Pelindo ini diadakan Pentas Kreatif Melayu.

Pentas Kreatif Melayu ini menampilkan Freza and friends, Wan Dance Studio, Geliga Jazz, Kadek Rihardika, dan Bonita. Pokoknya seru sih. Walau pulangnya, aku dan C kehujanan. Senang banget bisa join di Riau Festival 2019 ini. Semoga di tahun 2020, akan ada Riau Festival lagi ditempat sejarah berbeda.

Oke deh, mungkin segini dulu Jelajah Kampung Bandar di Riau Festival ala aku. Semoga bermanfaat. Btw, kamu udah pernah ke Kampung Bandar belum? Jangan lupa ke Kampung Bandar ya. Mari lestarikan sejarah. Kalau bukan kita, lantas siapa lagi? Kalau nggak dari sekarang, trus kapan lagi? Oke deh, salam sayang, @muthihaura_blog.
Minggu, 14 April 2019. 12.02 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

1 komentar: