Tentang Ditinggalkan dan Meninggalkan
Tentang Ditinggalkan dan Meninggalkan-
Hari ini aku merasa sedih, sampai aku
nangis sesegukan dan endingnya mata aku bengkak. Pasalnya remeh temeh mungkin
bagi kalian, tapi tidak bagi aku. Jadi hari ini, aku nganterin dua adikku si
Naila dan Dani ke pondok. Ya, mereka sudah mulai masuk pondok.
Rumah
berlahan-lahan mulai kembali sepi, apalagi si bungsu Dani pun kini sudah di
pondok. Sejak kecil, Dani udah bareng aku. Walau aku belum bisa jadi kakak yang
baik baginya, tapi ternyata, kepergian dia ke pondok bikin aku nangis
sesegukan. Aku sayang banget sama Dani. Sama semua adik-adikku juga pastinya,
tapi si bungsu ini beda.
Sejak
umi meninggal di 2012, Dani kami yang ngasuh. Masakin dia. Antar jemput dia.
Nemenin dia tidur. Dengerin cerita dia. Sedih sedih sedih. Apalagi sebentar
lagi, satu persatu adik-adikku juga akan pergi menjemput impian mereka
masing-masing, mungkin bakal tinggal aku dan Intan.
Kamu
tau bagaimana rasa sedihnya? Banget! Tapi, life must be go on. Hidup akan terus
berjalan. Adik-adikku pada semangat berusaha menggapai impian mereka dan akupun
harus begitu juga. Aku harus sukses. Aku harus bisa bahagiakan adik-adikku. Aku
punya target di 2019 ini, aku harus bebas finansial. Aku harus sehat. Aku harus
ini harus itu.
Dan
saat ini, aku sedang ‘berjuang’. Aku sedang berada pada fase ‘menikmati’
proses. Semoga saja, karna aku yakin, usaha tidak akan pernah mengkhianati
hasil.
Ngomongin
tentang perkara ditinggalkan dan meninggalkan, entah kenapa di usia 24 tahun
ini membuatku baper. Aku ditinggalkan sahabat-sahabatku. Mereka sudah punya
kehidupan masing-masing. Aku juga ditinggalkan adik-adikku. Mereka sedang
berjuang untuk mewujudkan mimpi mereka sendiri.
Dan
mungkin menurut mereka, aku juga sedang meninggalkan mereka. Ah, ternyata
menjadi dewasa itu rumit ya. Menjadi perempuan berusia 24 tahun itu nggak
mudah. Meringis mendengar angka 24.
Baca Juga: HELLO 24
Ah,
ini memang hanya postingan galau. Tentang aku yang merasa ditinggalkan. Atau
juga mungkin, aku yang meninggalkan. Setidaknya dengan menuliskan ini, aku jadi
berasa lebih lega. Karna memang sudah masanya. Beginilah hidup. Nggak selamanya
bisa berbarengan dengan orang-orang yang disayang.
![]() |
source: phontekno |
Masing-masing
sudah punya mimpi tersendiri. Masing-masing sudah ‘memilih’ jalannya sendiri.
Tidak ada yang salah, karna setiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya.
Mungkin yang tidak akan meninggalkan itu adalah pasangan, partner hidup. Beda
kasus perkara meninggalkan dunia.
Ayo
kembali semangat, Mut! Nggak ada gunanya sedih-sedih. Nggak ada gunanya
galau-galau. Saatnya kembali menatap masa depan. Saatnya kembali berusaha
menggapai impian. In syaa Allah, kamu bakal jadi orang sukses, Mut!
Jalani
nikmati dan hadapi. Bismillah untuk semuanya. Jangan sia-siakan waktu lagi ya,
Mut. Konsisten juga dengan semua target yang sedang berusaha diwujudkan.
Fighting!
Hah,
rasanya lumayan lega setelah mengeluarkan uneg-uneg ini. Salam sayang,
@muthihaura_blog.
Minggu,
14 Juli 2019. 21.48 WIB
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMeninggalkan dan ditinggalkan itu lumrah sekali dalam hidup, especially dengan bertambahnya usia kita, masing-masing orang di sekitar kitapun akhirnya punya kehidupannya masing-masing :D nantinya circle kita akan mengecil, tapi bukan berarti kita benar-benar sendiri hehe ~ nggak apa-apa kalau sekarang ada di fase merasa sepi, nanti lama-lama pasti berakhir. Semangat ya!
BalasHapus