Belajar Bersyukur
Beberapa
hari yang lalu, aku mengeluhkan pada C perihal hidup. Perihal aku yang merasa
minder karna belum bisa ini itu. Nggak punya ini itu. Nggak ada sesuatu yang
bisa dibanggakan dari seorang Muthi Haura. Perasaanku waktu itu sangatlah
kacau.
Aku
sibuk membanding-bandingkan sana sini. Sibuk melihat apa yang nggak aku punya,
sampai aku lupa semua yang aku miliki. C tertawa, lalu kemudian berujar bahwa
aku kurang bersyukur. Dia bilang, aku harus lebih banyak melihat ke bawah.
Jangan hanya melihat ke atas, ada banyak orang yang dibawah kita yang bahkan
susah nyari kerjaan, susah lulus, dan lain sebagainya. Begitu katanya.
![]() |
sorce: google |
Setiap
bercerita atau mengeluhkan sesuatu padanya, aku dibuat selalu tenang. Walaupun
kadang sarannya nggak sesuai dengan apa yang menurutku benar, tapi ia mau
mendengarkan ceritaku saja, aku sudah tenang. C mungkin benar, aku kurang
bersyukur. Aku terlalu sibuk melihat sesuatu yang nggak aku punya.
Lumayan
banyak yang curhat masalah pribadinya padaku dan dengan sok bijaknya, aku
sering mengatakan ‘jangan lihat ke atas. Fokus pada apa yang ingin dituju.
Ingat, tanaman tetangga emang terlihat lebih indah, itu karna tetangga kamu
sibuk ngerawat tanamannya. Sedangkan kamu hanya melihat tanaman tetanggamu
tanpa berbuat apa-apa terhadap tanamanmu sendiri’.
Ah,
bullshit! Nyatanya aku memang hanya pandai memberi nasehat, tapi susah untuk
menerapkannya pada diri sendiri. Tapi percayalah, orang yang bisa memberi
nasehat adalah orang yang sebenarnya butuh nasehat dalam hidupnya. Butuh
motivasi dalam hidupnya. Orang itu hanya berpura-pura kuat untuk menutupi
‘luka’nya.
Tapi
semua yang C katakan adalah benar. Aku harus fokus pada apa yang aku tuju,
ketimbang ‘melihat’ apa yang orang lain punya. Hal ini hanya membuatku semakin
susah untuk bersyukur. Aku katakan pada C, untuk waktu yang tidak ditentukan,
aku tak ingin melihat story whatsapp dan story instagram orang lain.
C
kembali tertawa. Katanya, itu tidak perlu kulakukan. Aku hanya harus fokus
terhadap apa yang ingin kutuju karna setiap orang punya jalannya masing-masing.
Setiap orang punya cerita dan masanya tersendiri. Lagian saat ini, aku bukannya
berdiam diri. Aku juga tengah memperjuangkan mimpi-mimpiku.
Aku
juga tengah mengusahakan banyak hal. Hanya saja mungkin, apa yang tengah aku
perjuangkan itu semuanya terkait dengan sosial media dan mau nggak mau, aku
jadi sering melihat story orang lain. Ah Mut, kurang-kurangilah. Manfaatkan
waktu dengan baik lagi. Ingat, waktu itu bergulirnya begitu cepat.
Nggak
akan kerasa aja. Jadi ketimbang kamu sibuk nyia-nyiakan waktu, lebih baik kamu
‘bergerak’. Geraklah, walaupun hanya satu langkah. Geraklah walau Cuma satu
senti. Yang penting kamu bergerak! Aku merenungi hal ini cukup lama, sampai
kemudian, aku kembali mengevaluasi target-targetku.
Aku
kembali mengevaluasi hal-hal apa yang ingin aku tuju. Aku kembali melakukan
hari sesuai apa yang sudah aku targetkan dimalam harinya. Beruntung, aku punya
partner seperti C yang sama-sama ingin bertumbuh menjadi lebih baik.
Dan
kini, ada banyak hal yang sedang kami perjuangkan bersama. Juga impianku dan
impiannya. Semoga apa yang kami usahakan, setimpal dengan apa yang akan kami
dapatkan. Amin!
Teruntuk
kamu yang membaca tulisan ini, mari belajar bersyukur sekecil apapun apa yang
sudah kamu dapatkan. Hal-hal yang kamu syukuri itu nantinya In syaa Allah akan
berlipat ganda menjadi hal-hal lainnya. Ah, kalimat ini juga lebih tepatnya
kutujukan untuk diriku sendiri. Untuk aku yang mungkin sampai detik ini masih
luput untuk terus bersyukur.
Alhamdulillah
Alhamdulillah Alhamdulillah. Harus sering bersyukur ya, Mut. Bismillah. Mari
semangat untuk teru memperbaiki diri. Salam sayang, @muthihaura_blog.
Sabtu,
10 Agustus 2019. 22.46 WIB.
belajar bersyukur untuk hal yg sderhaan itu sulit bagi kita ya
BalasHapusThanks for sharing,,
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus