Memandang Sesuatu dari Dua Sisi
Aku
nggak tau ini postingan sejenis apa. Mungkin sedikit curhatan mengingat sudah
lama aku tidak berbagi kisah disini. Namaku Muthi. Usiaku genap 24 tahun di 1
Juni lalu. Tua memang. Ah, tapi tidak juga. Menjadi perempuan di usia 24 tahun
itu ternyata ‘lumayan’ berat. Ditambah lagi beban sebagai ‘kepala keluarga’.
Ternyata
nggak mudah. Aku nggak bilang susah, hanya saja memang tidak mudah. Banyak hal
yang sudah kulalui dalam hidup ini. Banyak juga pengalaman yang sudah aku
rasakan. Parahnya, ada banyak orang yang kutemui, seenaknya memberi ‘nilai’.
Seenaknya memberi ‘cap’ bahkan label.
“Lihatlah,
si Muthi itu gini gini gini. Si Muthi itu bla bla bla. Si Muthi itu ABCDEFGH
bla bla,” Si Muthi itu gini. Si Muthi itu gitu. Memberi label pada aku, padahal
jelas-jelas mereka nggak tau sama sekali tentang aku. Kamu hanya tau namaku,
tapi tidak dengan cerita hidupku.
![]() |
source: google |
Kamu
hanya tau apa yang terlihat dihadapan matamu, tanpa tau struggle apa yang aku
jalanin dalam hidupku. You don’t even know my journey, lantas kenapa kamu
memberi label? Kenapa kamu menjudge seolah-olah kamu tau segalanya tentang aku?
Kenapa
kamu hanya mendengar omongan orang tentang aku hanya dari satu sisi? Kenapa
kamu tidak mendengarkan ‘cerita’ itu dari versi aku sebelum kamu memberi label?
Kenapa kamu tidak memandang sesuatu dari dua sisi? Atau cerita itu membuat kamu
puas dengan memberi label padaku? Kamu ingin aku jatuh? Untuk dihargai
dihormati disegani, kamu tak harus menjatuhkan orang lain. Tunjukan saja
prestasimu. Tunjukan sesuatu yang bisa membuat orang yakin bahwa kamu memang
‘berharga’.
Nggak
ada gunanya kamu sampai puncak dengan menginjak-injak orang lain. Tak ada
gunanya kamu berada ‘diatas’ dengan menjatuhkan orang lain. Belajarlah melihat
segala sesuatu dari dua sisi, karna apa yang menurutmu benar, pendapatku pun
menurutku benar. Jadi tidak ada yang
salah, bukan?
Jika
kamu benar-benar ingin memberi ‘label’, dengarkan cerita versiku dan dengarkan
juga versi dari orang lain, baru setelah itu kamu bisa menyimpulkan. Baru
setelah itu kamu bisa memberi label. Ya, begitu. Lihatlah segala sesuatu dari
dua sisi! Ah, kata-kata di atas tidak ditujukan pada siapa-siapa.
Bukan
untuk siapa-siapa, lebih buat ngingetin diri aku sendiri agar jangan keseringan
mengambil keputusan tanpa melihat dari dua sudut pandang. Aku juga nggak pernah
tau struggle apa yang mereka jalanin dalam hidup mereka, jadi aku berusaha
untuk tidak memberi label pada siapa-siapa.
Aku
sedang berada di fase tidak ingin membenci siapa-siapa hanya karna persoalan
yang ‘sepele’. Aku sedang berada di fase, aku ingin fokus terhadap apa yang aku
tuju. Terhadap mimpi-mimpiku. Terhadap masa depanku. Karna ada hal penting
kedepannya lagi yang lebih butuh di prioritaskan.
Iya
gitu, karna hidup sesederhana itu. Fokus terhadap apa yang ingin dituju tanpa
peduli ‘gangguan’ sekitar. Kalau ibarat pribahasanya mah, anjing menggonggong,
kafilah berlalu. Fokus fokus fokus sampai dapetin apa yang dituju, karna usaha
tak kan pernah mengkhianati hasil.
Apa
yang ditanam hari ini, itu jualah yang akan dituai nantinya. Kalau kamu hanya
sibuk dengan menebar kebencian, maka itu
jugalah nantinya yang akan kamu dapatkan. Mari sama-sama intropeksi diri. kalau
hanya satu orang atau dua orang yang membencimu, mungkin letak kesalahannya itu
pada diri dan sifat orang tersebut.
Tapi
jika yang membencimu itu sekelompok orang, coba intropeksi diri, mungkin letak
‘masalahnya’ ada di kamu. Mari belajar. Mari terus semangat berproses dan
memperbaiki diri. Bismillah untuk masa depan. Fighting!
Selasa,
6 Agustus 2019.
Aku juga sering banget ngerasa hal yang sama kayak kamu dan emang ngeselin banget, tapi setelah dipikir-pikir juga aku beberapa kali juga pernah melakukan judging ini dengan aku utarakan ataupun hanya dalam hati saja. Jadi emang intropeksi diri akan membuat diri jadi lebih baik dan tenang :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus