[Review Buku]: Pengakuan Eks Parasit Lajang
[Review Buku]: Pengakuan Eks Parasit
Lajang- Hai, Assalamua’laikum.
Bagaimana kabarnya di bulan Agustus ini? Nggak kerasa ya udah Agustus 2019,
perasaan baru kemaren bikin target di awal tahun. Perasaan baru kemaren
capek-capek wisuda. Perasaan baru kemaren :’)
Ah,
nggak kerasa. Memang waktu itu akan terus bergulir. Tak peduli kamu berteriak
tunggu. Tak peduli kamu memintanya berhenti. Waktu akan terus berjalan. Jadi
ajang intropeksi banget nih, apa yang sudah aku lakuin di 2019 ini? Sudah
berapa banyak target yang aku gapai?
Sudah
berapa jauh aku berjalan mendekati-Nya? Sudah berapa banyak amal yang aku
persiapkan untuk menuju-Nya? Sudah berapa banyak buku yang aku baca?
Melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu membuatku sadar bahwa aku belum ada
apa-apanya.
Masih
sering aku lalai. Masih banyak target yang aku sepelekan. Masih banyak kerjaan
yang aku lakukan dengan tidak sebaik-baiknya. Masih banyak pengalaman yang
belum aku cecap. Masih banyak buku yang tidak sesuai target untuk aku baca.
Introfeksi banget. Jangan lalaikan waktu
lagi, Mut.
In
syaa Allah nggak lagi. In syaa Allah akan berusaha sebisa mungkin untuk terus
berproses memaksimalkan waktu dengan baik. Mencari pengalaman, memperbanyak
link, dan membaca banyak buku. Ngomongin buku, aku jadi ingat buku yang udah
aku baca beberapa minggu yang lalu.
Buku
karya Ayu Utami. Buku terakhir dari seri trilogi. Buku pertama berjudul Si Parasit Lajang, Cerita Cinta Enrico, dan
yang terakhir buku ini, Pengakuan Eks Parasit Lajang. Ketiga buku ini saling
berkesinambungan. Setiap ceritanya memiliki keterkaitan, walaupun kalau dibaca
sendiri-sendiri sih tetap dapat menikmati satu kisah utuh dalam buku, Cuma
kalau menurut aku, memang lebih asik dibaca dari buku pertama.
![]() |
Cover buku |
Cover
buku Pengakuan Eks Parasit Lajang ini didominasi dengan warna hijau pekat.
Ditengah cover ada judul yang melingkari gambar perempuan berwarna coklat. Duh
gimana cara jelasin biar lebih enak dibaca ya. Gini deh, jadi sampulnya itu
berwarna hijau gelap. Ditengah cover ada gambar atau sejenis sketsa perempuan
berwarna coklat. Nah, judulnya melingkari tubuh perempuan di gambar tersebut.
Gitu
deh pokoknya. Kalau menurut aku, aku kurang paham makna pengambilan cover
seperti ini. Menurut aku terlalu ‘penuh’. Di cover depan ini juga ada
bintang-bintang berwarna kuning bertaburan, trus disamping gambar si cewek,
dikelilingi warna oren kemerahan kaya api.
Kalau
aku ke gramedia dan ingin membeli buku, jika hanya melihat sampul tanpa tau
nama si penulisnya, mungkin aku nggak terlalu tertarik untuk membeli. Itu aku
ya, belum tentu pendapat kamu gimana, soalnya apa yang bagus menurut aku,
mungkin saja tidak bagi kamu.
![]() |
cover belakang |
Di
cover bagian belakang, ada sinopsis buku ini dan biografi singkat seorang Ayu
Utami. Isi sinopsisnya begini:
Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah otobiografi
seksualitas dan spiritualitas pertama di Indonesia. Kisah nyata ini ditulis
dalam bentuk novel dengan tokoh A, seorang perempuan yang memutuskan untuk
melepas keperawanannya di usia dua puluh, untuk sekaligus menghapus konsep
keperawanan yang baginya tidak adil.
Selama tahun-tahun berikutnya, yang ia coba lakukan
dalam hidup pribadi adalah melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum yang
patriakal. Tapi ia berhadapan dengan fakta bahwa patriaki adalah kenyataan
sejarah. Adakah jalan keluar dari sana? Menyesalkah ia sehingga memutuskan
menjadi “Eks Parasit Lajang”?
Yap,
itu sinopsisnya. Dari sinopsisnya, udah ada gambarankan buku ini menceritakan
tentang apa? Buku ini menceritakan dengan sangat gamplang tentang si A dan
lawan-lawan jenisnya. Ayu Utami menceritakan secara gamplang dengan bahasa yang
mudah dipahami, tapi jujur, ada beberapa bagian yang aku skip karna menurut aku
agak membosankan.
Jadi
di buku itu, diceritakan bahwa A tidak ingin menikah. Nggak menikah bukan
berarti tetap perawan. A menceritakan dari awal kisah ia melepas keperawanannya
sampai akhirnya ia memutuskan untuk menikah. Ya, sejenis buku pertualangan sex
si A. Aku salut dengan keberanian seorang Ayu Utami menceritakan hal yang
mungkin bagi masyarakat Indonesia hal yang tabu.
Aku
juga belajar banyak dari buku ini, walau nggak semua part aku setuju. Namanya
juga manusia dengan berbagai macam pikiran, iya kan? Buku ini sendiri,
diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia dengan 307 halaman.
Ayu
Utami sendiri adalah seorang perempuan yang menurut aku independent.
Pemikirannya luar biasa. Out of the box. Ayu Utami juga pernah mendapat
penghargaan sastra dari dalam dan luar negeri. Novel pertama seorang Ayu Utami
berjudul Saman, pernah diterbitkan dalam delapan bahasa asing.
Buku
ini sendiri memiliki pembatas yang gambarnya sama dengan cover depan. Dibagian
bawah pembatasnya tertulis: “Aku tidak akan setia pada lelaki, tetapi aku akan
setia pada manusia”. Buku ini menurut aku cocok dibaca oleh 18 keatas.
Oke
deh, mungkin segini dulu review singkat dari aku. Semoga dapat bermanfaat.
Salam sayang, @muthihaura_blog.
Rabu,
7 Agustus 2019. 21.19 WIB.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus