[Cerpen Mini]: Tentang Sebuah Komitmen
“Untuk semua mimpi-mimpimu. Untuk semua rencana masa
depanmu, bolehkah ku temani mu berjuang?” Arga menatap tepat di manik mata
Alin. Membuat gadis mungil bernama lengkap Alin Saravati itu merasa grogi.
Alin menghembuskan
nafas, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya dari Arga yang tepat berdiri
dihadapannya. “Bolehkah ku temani mu berjuang?” Arga mengulang pertanyaannya.
Dengan
penuh keberanian, Alin kembali menatap mata Arga. Mencoba mencari keseriusan
dimanik mata itu. Dan Alin menemukannya. Entah untuk yang keberapa kalinya,
Alin menghembuskan nafas.
“Benarkah
kamu akan temaniku berjuang? Karna jalanku nantinya bukan jalan mulus. Karna
jalanku nantinya penuh liku, penuh duri. Aku hanya takut, saat aku mengizinkanmu
untuk menemaniku berjuang, di tengah jalan kamu nggak akan sanggup. Kamu akan
memilih menyerah,” terang Alin panjang lebar.
Alin mengenyahkan sepenggal episode itu,
lalu kemudian menghembuskan nafas. Alin menatap layar smartphonennya, tapi Arga
tak juga kunjung menghubungi.
![]() |
Komitmen. source: google |
“Setahun yang lalu, kamu meyakinkanku untuk menemaniku
berjuang dan aku menerima tawaran itu. Tapi, beberapa hari ini, kamu berubah.”
Alin meracau pada dirinya sendiri.
Kamu makin sibuk.
Memang sih selalu ngabarin. Selalu chat tiap hari di waktu-waktu tertentu. Iya,
diwaktu tertentu, setelah itu kamu menghilang. Aku butuh perhatian kamu!
Entah untuk yang keberapa kalinya, Alin kembali
menghembuskan nafas. “Apa kamu lupa dengan semua komitmen kita? Apa kamu lupa
dengan semua impian yang udah kita bangun hampir setahunan ini?”
Alin menatap poto dirinya dan Arga, lalu kemudian
menatap keluar jendela. Langit malam tengah menangis. Hujan tak kunjung
berhenti sejak sore tadi. Jujur, Alin benar-benar merindukan lelaki tegap
bernama lengkap Arga Dinata itu.
Kemana sih? Kok
chat aku nggak kamu balas? Alin menggerutu di
dalam hatinya, lalu kemudian menghentak-hentakkan kakinya kesal.
“Oke, nggak bisa gini terus, Lin! Kamu harus fokus sama
semua impian-impian kamu. Mulai detik ini, jangan ngechat dia. Jangan balas
chat dia hingga beberapa hari kedepan! Biar dia tau gimana rasanya,” Alin
bertekad.
*@muthihaura1*
Arga menatap layar laptopnya, lalu kemudian
berkali-kali mengucek mata. Arga merenggangkan tangannya. Badannya benar-benar
terasa pegal. Hari ini, lelaki berusia 24 tahun itu lembur lagi. Memang
beberapa hari ini, Arga selalu mengambil jatah lembur.
Kemudian Arga tersenyum menatap poto ia dan
gadisnya di atas meja kantornya. Seketika, segala rasa capek itu hilang. “Aku
lembur gini untuk kamu. Untuk kita. Untuk kehidupan kita kedepannya.”
“Agar aku bisa segera menghalalkan kamu,”
kata Arga sambil menatap poto itu. Mungkin
aku nggak kaya cowok lain yang bisa ngasih kamu A, B, C, dan D. Yang bisa
romantis beliin ini itu. Yang bisa chat dan nelponin kamu setiap detik.
“Maaf, aku belum bisa ngasih semua itu
sekarang. Sabar ya. Aku lagi usaha,” kata Arga. Lelaki itu kemudian mengambil
smartphonennya. Sudah sejaman lebih ia tak membalas chat gadisnya.
Gadisnya pun tak pernah memprotes atau
menterornya dengan banyak sms. Berbeda dengan gadis-gadis lainnya yang harus
selalu minta dihubungi.
Lagi apa?
Sent. Arga baru saja mengirimkan kalimat itu. “Aku
telah memilih kamu. Pegang komitmen aku ya. Pegang kata-kata aku, karna
laki-laki dinilai dari seberapa bisa dia memenuhi kata-katanya,” ucap Arga lalu
kemudian kembali menatap layar laptopnya.
*@@@*
“Aku nggak butuh kamu! Nggak butuh!” Alin
berguman kesal, lalu meraih laptopnya. Lebih
baik aku ngerjain job, ketimbang mikirin laki-laki kaya gitu! Batin Ailin.
Semenit
kemudian, smartphone gadis berwajah manis itu berbunyi. Arga menchatnya via
whatsaap. Segala kekesalan yang Alin rasakan seketika hilang. Alin melonjak
senang, lalu kembali meletakkan laptopnya dan berbaring dikasurnya.
Nggak lagi apa-apa. Kamu lagi apa? Udah makan? Hehe
Balasan
chat Alin. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Sejam. Sejam lebih tak juga kunjung
ada balasan. Alin menatap smartphonenya dengan kesal. “Arght!!!”
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus