Semesta Terkadang Tak Berpihak

15.58 muthihaura 0 Comments


Kamu pernah merasakan yang namanya kecewa? Merasa apa yang kamu lakukan selama ini sia-sia? Merasa sudah berusaha keras tapi tak juga kunjung membuahkan hasil? Merasa apa-apa saja yang kamu harapkan dan targetkan semakin menjauh?

Kamu down! Semua orang disekitarmu menghakimimu untuk pilihan-pilihan yang sudah kamu ambil. Ditambah lagi sosial media semakin membuat dirimu terpuruk melihat postingan teman-teman yang sudah ini sudah itu.

Kamu terpuruk. Sedang kacau. Berpikir ingin kembali ke masa anak-anak, tapi nyatanya waktu tak berpihak untuk itu. Semesta tak mendukung untuk itu. Kamu masih terkungkung disitu. Terbelilit dan semakin terpuruk.


Kamu merutuk. Merutuk bahwa menjadi dewasa itu ternyata teramat menyebalkan. Apalagi bagi kamu yang ditakdirkan terlahir sebagai perempuan yang kini usiamu memasuki ¼ abad. 25 tahun. Omongan sana sini tentang kapan kamu akan menikah? Si A sudah punya anak segini, si B sudah punya bla bla semakin menyesakkan.

Belum lagi teman-teman SD, SMP, SMA, Kuliah sudah banyak yang menikah. Dibanding-bandingkan dan itu menyebalkan. Belum lagi pertanyaan terkait kerjaan. Ah, tampaknya seluruh dunia benar-benar tengah menghakimimu. Lalu tanpa sadar kamu berucap bahwa semester sedang tak berpihak padamu.

Kamu menyalahkan hidup. Menyalahkan takdir yang kenapa begini kenapa begitu. Menyalahkan orang-orang disekitarmu yang terlalu kepo dengan hidupmu yang seolah-olah semua pertanyaan mereka itu membunuhku.

Kamu bimbang, padahal jelas-jelas kamu sudah punya tujuan. Hanya saja, semesta memang sedang tidak mendukungmu. Lalu kamu mencoba berpikir ulang. Mereka kejadian ulang, apakah benar semua yang kamu pilih ini? Apakah benar harus bertahan di jalan ini? Atau mundur dan memilih jalan lainnya?

Kamu jadi semakin takut melangkah. Gamang. Takut kembali mengambil keputusan dan nantinya keputusan itu adalah keputusan yang ternyata salah. Orang-orang akan semakin menghakimimu, sudah dibilang harus begini harus begitu, kata mereka. Padahal kamu sedang dalam posisi terpuruk.

Lantas harus melakukan apa? Lantas harus bagaimana? Lantas harus melangkah kemana? Apa semua orang yang berusia 20-an akan merasa gamang? Itu pikirmu. Kamu menghembuskan nafas, lalu kemudian mengacak-ngacak rambutmu. Frustasi.

Hingga kemudian sebuah suara menyadarkanmu bahwa memang beginilah fase hidup. Semesta memang terkadang tak mendukung. Semesta memang terkadang menyalahkanmu untuk semua yang kamu pilih. Semesta memang terkadang tak berpihak, tapi yakinlah bahwa semua itu akan ada jalan keluarnya.

Takdir setiap orang berbeda-beda. Ada yang menikah cepat ada yang lambat. Ada yang memilih bekerja kantoran dan ada yang tidak. Ada yang setelah menikah langsung dikarunia anak, ada yang harus menunggu bertahun-tahun. Ada yang lulus kuliah cepat, ada yang lambat.

Lantas mengapa kamu harus menyamakan prosesmu dengan orang lain? Lantas mengapa kamu harus membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain yang menurutmu jauh lebih baik darimu? Lantas mengapa kamu harus mendengarkan perkataan-perkataan orang lain tentang standart yang mereka tetapkan?

Apa orang lain itu yang memberimu ‘makan’? Apa orang lain itu yang membiayai hidupmu? Apa orang lain itu tau struggle-struggle apa saja yang kamu lalui dalam hidupmu? Apa mereka tau? Lantas mengapa kamu harus down dengan banyaknya perkataan orang lain? Tidak kah kamu bisa memilih mana-mana saja yang bisa kamu terima dan yang tidak?

Memang nggak mudah buat kamu, tapi bukan berarti tak bisa, kan? Yakinlah dengan apa-apa saja yang kamu usahakan. Teruslah lakukan yang terbaik dan jangan pernah lupa libatkan Allah disetiap keputusanmu. Bismillah ya.

Tulisan ini ditujukan buat kamu. Ya, kamu Muthi Haura.
="line-height: 150%;"> Jum’at, 31 Januari 2020. 15.57 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: