Tentang Cinta #10
Haloo
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih? Hari ini aku sok-sok hetic, padahal
nggak ada kerjaan yang terlalu menyita waktu. Hanya saja, hari ini kuhabiskan
waktu di sekre Gagasan. Tadi juga di sekre dapat sebuah cerita dan aku nggak
terlalu kaget sih dengan sosok ini.
Cuma
memang kurang suka aja kalau ada orang yang nggak bisa menghargai pemberian
orang lain sekecil apapun pemberian itu. Apalagi jika pemberian itu dibuat
dengan susah payah. Intinya sih, jika ingin dihargai ya hargai juga orang lain.
Oke
deh skip. Kali ini aku pengen share kelanjutan cerbung yang aku post. Btw, ini
sebenarnya naskah novel lama yang pernah aku ajukan ke penerbit. Alhamdulillahnya
nggak ACC. Jadi ketimbang mendem doang di laptop, lebih baik aku share di blog
ini kan. Check this out:
Baca Juga: TENTANG CINTA #9
Baca Juga: TENTANG CINTA #8
10
Kevin memandangi langit malam.
Membiarkan tubuhnya digoda lembut oleh sang angin malam. Cowok itu
merenggangkan badannya. “Pa?” ucap Kevin lirih saat melihat Angga masuk kerumah
tanpa menyapanya sama sekali.
Angga berhenti. Tangannya menenteng
tas kerjanya sedangkan jaketnya ia lampirkan disebelah kanan. Alis mata Angga
bertaut, seakan menunggu kalimat Kevin selanjutnya.
“Bolehkah kita mengharapkan cinta
itu terbalas?” tanya Kevin sembari menyeruput susu coklatnya. Angga mengernyit
pelan. Sama sekali tak mengerti arah pembicaraan Kevin.
![]() |
source: wikihow |
“Tentu saja boleh.” Kevin
manggut-manggut mendengar jawaban singat dari Angga. “Kalau kita mencintai
seseorang yang tidak berhak kita cintai?” Angga semakin bingung mendengarnya.
Lelaki setengah baya itu menarik nafas tak mengerti.
“Saya capek, mau istirahat dulu.”
jawab Angga sembari berlalu meninggalkan Kevin. Kevin menghela nafas. Bahkan
soal seperti ini pun Papanya tidak peduli sama sekali.
“Lengkap ya saat semua orang nggak
pernah nganggap gue ada!” Kevin menggerutu pelan sembari memasuki rumahnya dan
berjalan menuju kamarnya dengan perasaan dongkol.
*@muthiiihauraa*
Karla
tengah asik berkutat dengan bertumpuk-tumpuk buku referensi untuk makalahnya.
Rambut ikalnya, ia ikat membentuk ekor kuda. Gadis bermata coklat itu menghela
nafas pelan. sesekali direnggangkannya tangannya sembari mencoba menepis rasa
bosan yang kerap kali menghantuinya.
“Astaga! Masih banyak.” Gadis itu
menggerutu pelan. Mata indahnya masih tertuju kearah laptop. “Makalah lagi ya?”
Sebuah suara menghentikan pekerjaan Karla. Gadis itu menoleh kearah sumber
suara seraya tersenyum kecil.
“Ya biasalah Kak. Kaya ga tau aja.”
Kevin membalas senyum Karla.
“Nih, kakak buatin susu putih hangat
kesukaan Aya.” Ucap Kevin sambil meletakkan segelas besar susu putih hangat.
Lagi-lagi Karla tersenyum. “Makasih banget ya kakakku sayang. Love you deh sama kakak.”
Kevin tertegun. Andai saja kata-kata itu diucapkan bukan dalam kontek adik ke kakaknya.
Pasti gue senang banget. Cowok jangkung itu menghela nafas pelan. Mencoba
mengatur ritme nafasnya yang tidak beraturan.
Aku
terperangkap, diantara dua hati. Yang mencintaiku. Kucintainya. Mereka berlomba
saling mencuri mendapatkan hatiku.
Lagu itu berasal dari handphone milik Karla yang menandakan
sebuah SMS masuk. Gadis yang menggenakan baju tidur itu berjalan menuju
kasurnya sembari meraih Hpnya.
From : Kaka Kelinci >,<
Lagi
apa? sibuk nggak? Jalan yok? Jangan lupa si kelinci dikasihh makan yaa ;)
Karla tersenyum saat membaca SMS
dari Farran. Memang setelah kejadian di taman itu, mereka mulai dekat walau
terkadang Farran masih kumat dengan kesombongannya.
“Kenapa senyum-senyum gitu? SMS dari
siapa emang?” tanya Kevin yang menyadari perubahan diwajah Karla. Gadis itu
tergagap pelan, lalu kembali mengembangkan senyum manisnya.
“Dari Kak Farran kak. Siketua BEM
itu.”
“Oh. Ngomong apa dia?” Raut
kesinisan muncul dari cara Kevin mengucapkan kalimatnya.
“Sebenarnya dia ngajak jalan, tapi aku lagi sibuk
banget. Dia juga ngingetin agar ngasih makan si farran.” kata Karla panjang
lebar, tanpa menyadari perubahan dari ucapan Kevin.
“Ooh.
Gue keluar dulu.” Kevin beranjak meninggalkan kamar Karla. “Eh kak. Tolong
kasih makan Farran sebentar dong. please!”
Langkah kaki Kevin terhenti, cowok itu menoleh pelan dan mengangguk tak
bersemangat.
*@muthiiihauraa*
“Dit.
Karla itu cantik ya?” Rica memandangi wajah Adit sembari mengelusnya pelan.
Cowok itu hanya terdiam. Sama sekali tak tertarik dengan arah pembicaraan Rica.
“Dit?”
Adit membuka matanya dengan tampang malas. “Ah, biasa aja Ma.” Jawab Adit
sekenanya, lalu kembali menutup matanya. Rica yang tengah melipat baju-baju
Adit tampak cemberut melihat kelakuan anaknya.
“Kamu
ini! Kalau diajak ngobrol ya bangun sebentar kenapa?” Adit menghela nafas dan
kembali membuka matanya. “Iya Mama sayang. Maaf!”
“Perasaan
kamu ke Karla gimana sih?” Adit tertegun dengan ekspresi setengah kaget. Perasaan gue ke Karla? Entahlah! Gue pun
ragu. “Ya nggak ada perasaan apa-apalah Ma!”
“Masa
sih? Bohong deh! Mama kenal kamu sejak kecil lho Dit, jadi kamu nggak bisa
bohong dengan Mama.”
“Duh
Mama! Udah deh. Jangan sok jadi detektifan gitu. Suer nggak ada rasa apa-apa.”
Adit mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya sehingga membentuk huruf
‘V’.
Rica
menghela nafas pelan. “Terserah deh! Yang pasti Mama berharap banget punya
mantu kaya Karla. Entah kenapa sejak awal ketemu, Mama ngerasa sreg dengan dia.”
“Mama
mah memang kepengen punya anak cewek, makanya kaya gitu!”
“Pokoknya
kamu harus ajak Karla kesini besok!”
*@muthiiihauraa*
“Belum pulang Ran?” Grasia berdiri
disamping meja Farran. Cowok itu menatap sekilas dan kembali berkutat dengan
laptopnya. “Lo sendiri kenapa belum pulang?”
Grasia duduk dibangku samping
Farran. Cewek itu mendesah pelan, seakan banyak beban pikiran dibenaknya.
“Malas aja. Dirumah juga nggak ada orang.” Jawab Grasia enteng.
Grasia meraih mug kopi milik Farran,
lalu menyeduh kopi itu. “Hey, kopi gue itu!”
“Sedikit doang. Pelit amat lo! Tadi
perasaan bukannya lo mau siap-siap pergi? Kok nggak jadi?” selidik Grasia.
Tangan kanan gadis itu merapikan rambut bagian belakang kepalanya.
Farran menatap Grasia. Sedikit
bimbang apakah harus menceritakan atau tidak. “Cewek yang gue ajak lagi banyak
tugas dari dosen jadi dia nggak bisa.” Farran menyandarkan kepalanya pada
kursi.
Farran memandang keluar jendela.
Kampus Indramaya tampak semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang sibuk
dengan kegiatannya masing-masing.
“Kepasar malam yok? Udah sejak
beberapa tahun yang lalu kita nggak kesana.” Grasia tersenyum sembari
menjentikkan jarinya seakan itu adalah ide terhebatnya. Mata gadis itu berbinar
pelan.
“Kaya anak kecil! Malaslah.” Farran
mulai memejamkan mata. Seakan menikmati hembusan angin malam ditaman kampus.
Grasia cemberut pelan.
“Come
on! Kapan sih kita bisa kaya dulu lagi? Apa memang waktu itu bisa
memisahkan kita? Memisahkan persahabatan yang udah kita jalin sedemikian
lamanya. Apa memang persahabatan kita ini nggak pernah ada harganya dimata lo?
Lo berubah Ran!”
Grasia mencoba mengatakan apa yang selama ini
ia pendam. Bahwa gadis itu sebenarnya kehilangan sahabatnya. Kehilangan
seseorang yang ia anggap penting dalam hidupnya.
Farran menatap wajah Grasia, seakan
cukup tertampar dengan ucapan yang terlontar dari bibir seksi gadis yang
terkadang dicapnya childish itu.
Dikulitinya wajah Grasia, sehingga membuat gadis itu sedikit salting.
“Apaan sih lo ngelihatinnya gitu
amat!” Grasia berdiri sembari berkacak pinggang. “Lo merindukan gue?” Tawa jail
muncul disudut bibir Farran, membuat Grasia sedikit bergidik ngeri.
“Apa deh! Gue sama sekali nggak
bilang gitu!” Grasia menampakkan ekspresi setengah kesalnya. Farran tertawa,
membuat gadis itu bertambah dongkol.
“Fine!
Gue pulang!” Grasia berjalan dongkol meninggalkan Farran yang masih asik dengan
tawanya. “Dih, ngambek! Ayo kepasar malam! Gue mau traktir ditempat makan
kesukaan kita dulu.”
Kata-kata Farran barusan membuat
langkah kaki Grasia berhenti. Senyum 5 cm mengembang lewat bibir mungil gadis
cantik itu. Grasia berbalik memandangi Farran, seakan tak percaya dengan ucapan
cowok itu.
“Are
you seriously?”
“Nggak tuh! Cuma mau ngisengin lo.”
Tawa Farran kembali meledak. Cowok itu merasa benar-benar bisa mengerjai
Grasia. Gadis itu tertunduk kecewa.
“Ya gue seriuslah Gras. Malah nanya
gitu. Ayo!” ucap Farran.
*@muthiiihauraa*
Kevin mengangkat tubuh kelinci
bernama Farran itu tanpa perasaan. Ditatapnya kelinci itu dengan sedikit
kemarahan dan sedikit api cemburu. “Eh, Farran jelek! Lo itu ngerepotin gue tau
nggak sih!”
Disuapkannya dengan paksa sepotong
wortel yang berukuran sebesar Ibu jari dewasa kemulut kelinci malang itu. “Nih,
makan yang lahap! Awas ya kalau sampai cowok jelek bernama Farran itu
ngedeketin adik gue. Gue bunuh lo!”
Kelinci malang itu menggeliat seakan
memberontak dalam dekapan tangan besar Kevin. “Lho kak? Farrannya diapain tuh?”
Karla mendekati Kevin diruang makan.
Kevin yang kaget buru-buru
melepaskan cekalannya pada tubuh kelinci itu dan pura-pura mengelus bulu-bulu
kelinci. “Ini Aya, lagi nyari kutu kelincinya.” Ucap Kevin. Matanya tajam
menatap bulu-bulu Farran.
Karla mengernyit tak mengerti.
Dipijatnya keningnya pelan. “Emang Farran punya kutu ya Kak?”
*@muthiiihauraa*
Grasia menarik lengan tangan Farran.
Tawa bahagia tercipta diwajah cantik gadis itu. “Ran, gue mau boneka itu!”
Grasia menunjuk sebuah boneka super gede berwarna pink muda.
“Yee, emang gue cowok lo apa!”
Grasia kembali cemberut mendengar jawaban dari Farran. “Lo kan tinggal masuin
lingkaran-lingkaran itu kedalam botol, trus kalau masuk dapat deh!”
“Nggak mau!” tolak Farran sembari
menyandarkan tubuhnya pada dinding pembatas antar toko. “Lo mah cemen! Gue tau
kok, dari dulu lo kan emang nggak pernah bisa masukin lingkaran itu kedalam
botol!”
Farran merasa egonya tersentil. Walau
bagaimana pun, sebagai laki-laki ia sama sekali tak ingin dipandang rendah oleh
cewek. Apalagi cewek itu model Grasia. “Sialan lo! Liat nih ya, gue dapetin
boneka jelek itu buat lo!”
Grasia tersenyum penuh kemenangan. Dari dulu lo nggak berubah Ran! Tetep nggak
mau dipandang rendah dari cewek. Dasar! Cewek itu berdiri disamping Farran.
“Bang, gue main tiga kali!” Farran
meraih gelang besar nerbentuk lingkaran itu dan mulai mengambil ancang-ancang.
“Awas kalau lo sampai gagal! Gue orang pertama yang bakal ngetawain lo
habis-habisan.”
“Dan kalau gue berhasil, lo orang
pertama yang gue cincang jadi bakwan!” Grasia tertawa sinis. “Oke, tunjukin
kebolehan lo.” Farran melempar gelang pertama dan hasilnya GAGAL. Hal ini
membuat tawa Grasia meledak.
“Gue bilang juga apa! Lo itu nggak
kan bisa.” Hingga tiga kali Farran mencoba dan memang hasilnya gagal total!
Grasia benar-benar puas dibuatnya. Cewek itu tertawa terpingkal-pingkal tanpa
mempedulikan sekitarnya. Tentu saja Farran menggerutu geram.
“Udah deh! Nggak lucu.”
“Itu sumpah lucu banget! Lo itu
emang selalu kalah deh. NOL besar!” Grasi meledek dengan cukup sinis. Farran
membelalakkan mata tanda tak setuju. Grasia yang melihat gelagat aneh dari
Farran buru-buru berlari.
“Mau lari kemana lo ha? Awas ya, gue
mutilasi lo.” Farran mengejar Grasia. Gadis itu tertawa puas. Tawa yang tidak
ada kepalsuan didalamnya. Andai saat ini
gue bareng lo Kev, pasti gue akan lebih senang dari pada ini.
Bersambung...
Nah
itu dia partb10 kali ini. kritik dan sarannya di persilahkan. Oke deh, salam
sayang, @muthihaura1.
Rabu,
22 Januari 2020. 22.13 WIB.
0 komentar: