TENTANG CINTA #11

18.30 muthihaura 0 Comments


Halo, Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih? Kalau aku hari ini lumayan sok sibuk. Sibuk ketempat temen-temen hehe. Alhamdulillah masih nyoba untuk tetap konsisten ngeposting blog, youtube, dan barang-barang jualan.

Semoga saja akan terus seperti ini. Amin. Oke deh, kali ini aku pengen sharing kelanjutan cerbung Tentang Cinta yang sudah lama banget aku tulis. Kira-kira aku nulis ini mungkin di 2014-an. Pernah nyoba masukan kepenerbit, tapi ditolak, ya udah dari pada mendem doang di laptop, lebih baik aku posting di blog ini.

Oke langsung saja. Check this out:

Tentang Cinta #11
             
Jika memang dia tulang rusuk gue. Dia akan tetap ada disamping gue apapun hembatannya.

tentang cinta
source: google

        “Ayo dong Kar! Nyokap gue nyuruh lo kerumah gue hari ini juga.” Adit menghalang-halangi jalan Karla. Gadis itu menghembuskan nafas kesal. “Gue kan udah bilang kalau siang ini gue ada janji Dit!”
        “Janji dengan siapa? Cancel aja kenapa! Nyokap gue itu orang yang teramat penting tau dalam hidup gue.” Karla berdiri mematung sembari menatap raut kesungguhan dari wajah Adit.


        Please!” Adit menangkupkan kedua tangannya didepan dadanya. Raut wajahnya ia buat sememelas mungkin. Awalnya Karla ingin tertawa melihat ekspresi meme    las Adit, tapi melihat kesungguhan cowok itu Karla mengurungkan niatnya.
        “Emang kenapa sih? Nggak bisa besok apa?”
        “Nggak bisa. Ayo dong! lo sayang kan dengan nyokap gue? Please banget!” Karla berfikir sejenak. Memang ia sangat tak ingin Rica sedih, tapi saat ini ia ada janji dengan Farran.

        Duh, yang mana ini yang harus diprioritaskan? Gue sayang Tante Rica, tapi Farran? Karla menghembuskan nafas pelan. “Fine! Gue ikut lo.” Entah alasan apa yang membuat Karla menyerah pada Adit. Gadis itu Cuma berharap semoga pilihannya tidak salah.

        Adit tersenyum sumbringah. “Gitu dong!” kata Adit. Karla mendengus pelan, lalu dikeluarkannya Hp-nya dan menulis SMS untuk Farran.

To : Kaka Kelinci >,<
Maaf banget kak, kayanya kita nggak bisa jalan siang ini. Adik baru ingat ada janji. Maaf ya! next time oke?

From : Kaka Kelinci >,<
Sebenarnya kecewa, but nggak papalah. Next time harus janji lho! Lagian hari ini kak ada latihan band tambahan juga.


        “Udah belum? Ayo berangkat!” ajak Adit. Kenapa gue sampai maksa-maksa dia buat datang kerumah? Memang sih nyokap minta, tapi gue yakin nyokap mintanya cuma bercanda. Kemana gue yang musti repot-repot gini?

        Adit meremas rambutnya kesal. Ia sama sekali tak tau apa yang bersemayam dibenaknya, yang ia tau ia hanya ingin Karla menemaninya siang ini. 

*@muthiiihauraa*
Suara Kevin menggema diseantaro ruang music. Suara merdu itu diiring petikan gitar dari Ari dan tabuhan drum dari Farran. Mereka larut dalam sebuah melodi lagu Westlife yang berjudul love crime.
        “STOP!” ucap Ari sembari menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf ‘X’. Kevin menghela nafas kesal. “Apaan lagi sih?” tanya Kevin sinis.

        “Lo salah nada Kev. Untuk ketiga kalinya lo hari ini main dengan nggak konsen!” kata Farran sembari meletakkan stik drumnya dan meraih aqua gelas dari atas meja. Dibukanya aqua itu dan diteguknya hingga tak tersisa sedikit pun.
        “Iya. Ada apa? Come on! Seminggu lagi kita tampil nih!” Ari menjatuhkan tubuhnya pada shofa. Cowok itu menghela nafas dan memijit lembut keningnya yang terasa pusing.

        Kevin menatap dua temannya itu. “Lo ada masalah?” tanya Farran sembari menghampiri Kevin dan mengulurkan sebotol aqua kearah Kevin. Kevin menatap Farran, lalu menolak aqua pemberian cowok itu.
        Justru masalah gue itu adanya di elo Ran! “Gue nggak haus. Gue Cuma lagi badmood aja!”

        “Lo harus bisa main professional dong! Kita nggak punya banyak waktu latihan lagi. Lo masih ingat kan target kita?” ucap Ari yang memang selaku ketua di band mereka. Lagi-lagi Kevin menghela nafas pelan.
        Yes, I know it! Sekali lagi gue minta maaf! Mungkin sekarang gue butuh waktu nenangin diri dulu. Gue balik. Bye!” Kevin meraih tas dan jaket almamater universitasnya dan berlalu dari ruang music.

        Ari dan Farran menatap kepergian Kevin dengan tanda tanya besar dikepala mereka. “Kayanya dia ada masalah serius. Lo tau sesuatu?” Ari menyalakan rokoknya, lalu kemudian menghembuskan asap rokok itu.
        “Entahlah. Dia nggak pernah cerita apa-apa ke gue.”
*@muthiiihauraa*

Karla menyiumi punggung tangan Rica. Gadis itu merasa bahwa ia tengah menyalami Ibunya sendiri. Rica tersenyum sembari membelai rambut Karla.
        “Tante senang kamu datang Kar. Memang lagi nggak sibuk kan?” tanya Rica ramah. Senyum wanita setengah baya itu mampu membuat Karla sedikit meeasa lega.
       
“Nggak sibuk kok Tan.” Karla membalas senyum manis Rica. Adit terdiam sembari memandangi kedua wanita dihadapannya yang terlihat sangat akrab. Ujung mata Adit menangkap senyum Karla, membuat hatinya sedikit berdesir.
        Ada apa dengan gue? Adit buru-buru mengalihkan pandangannya kearah lain. Dipijatnya keningnya yang sebenarnya tidak kenapa-napa. “Kamu kenapa Dit? Sakit?” Rica menyentuh kening Adit.

        Adit menggeleng pelan. “I am Fine. Mama kok rapi gini? Mau kemana?” selidik Adit. Rica kembali tersenyum keibuan.
“Mama ada urusan sebentar dengan teman lama Mama. Mendadak sih, padahal Mama lagi masak brownies tuh didapur. Jadi terbengkalai deh.”
“Ya udah biar aku aja yang ngelanjutin masak browniesnya Ma.” Adit menawarkan diri. “Memang itu yang Mama harapkan. Kamu bisa bantuin kan Kar?” Rica menatap Karla, sedangkan yang ditatap masih cengo dengan tampang bloonnya.

“Ehm. ehm. Iya Tante. Pasti aku bantuin kok.” Entah setan dari mana yang menyuruh Karla berkata begitu. Karla menelan ludahnya. Bantuin Tante Rica yang artinya ngebantuin Adit yang maksudnya berdua saja didalam rumah bersama cowok stress kaya Adit? oh god!

Tanpa sadar cewek mengenakan pita ungu dirambutnya itu menepuk jidat.
“Kenapa Kar?” Rica menatap Karla dengan khawatir. “Eh, nggak papa Tan!”
“Ya udah, Tante pergi dulu. Pintu rumah jangan dikunci, entar bisa menumbulkan fitnah.”

“Dih, emang kami mau ngapain coba Ma. Tenang aja!” Adit menyalami punggung tangan Rica dan diikuti oleh Karla.
*@muthiiihauraa*

“Kevin mana?” Grasia memasuki ruang music sembari menoleh kearah kanan dan kiri. Namun gadis itu sama sekali tak menemukan sosok Kevin-nya. Grasia menghela nafas pelan.
“Kevin kemana sih?” Gadis itu mengulangi pertanyaannya.
“Sekali-kali kesini tuh nanyain gue kek.” Ari meletakkan gitarnya dan berjalan menuju shofa. Grasia berdecak kesal. “Emangnya lo siapa?” tanya Grasia sinis. Ari tersenyum.

Siapa pun di universitas ini sudah tau, kalau cowok berwajah hitam manis bernama Ari itu sangat mencintai Grasia. Beberapa kali cowok itu berusaha merebut hati Grasia namun sayang cinta Grasia tetap saja buat Kevin.
“Gue? Ya ketua band ini.” ujar Ari sembari memandangi Grasia. Seakan-akan gadis dihadapannya itu adalah harta berharga baginya. “Ran, Kevin mana?” Kali ini Grasia menatap Farran yang tengah asik mendengarkan lagu dari Hp-nya lewat heandset.

“Ran! Denger gue nggak sih?”
“Percuma! Dia kalau udah dengerin lagu nggak akan denger sekelilingnya.” Grasia menghentakkan kakinya kesal. Dihampirinya Farran yang tengah terbaring sembari memejamkan mata. Grasia menarik heandset itu dari telinga Farran.

Farran kaget dan buru-buru terduduk. Matanya jalang menatap gadis dihadapannya. Terlihat ekspresi kekesalan diwajah Farran. “Apa sih Gras? Lo itu nggak bisa ngelihat gue bahagia dikit aja ya?”
“Habis lo nya nggak dengerin gue!” sungut Grasia tak kalah kesalnya. Farran menghela nafas untuk mencoba mengatur emosinya. Walau bagaimanapun bagi Farran, Grasia tetap sahabatnya.

Ari yang melihat kejadian itu tersenyum kecut dan mengacak bagian belakang rambutnya. Tatapannya masih terarah pada Grasia. “Ran. Kevin mana?”
“Ya mana gue tau! Emangnya gue baby sitter nya?” Grasia kembali berdecak kesal saat mendengar jawaban yang tak memuaskan dari Farran. Cewek itu melangkah keluar dari ruang music dengan kesal.

Farran menatap kepergian Grasia sembari menggeleng pelan, lalu cowok itu kembali merebahkan tubuhnya dan memasang heandset-nya. Ari menghela nafas pelan.
Dari dulu pun gue nggak pernah menang dari Kevin! Selalu dia lebih unggul dari gue! shit! Ari membatin. Pikirannya menarawang pelan. Walau bagaimana pun, perasaan iri itu tetap ada.
*@muthiiihauraa*

Karla memasukkan tepung kedalam sebuah ember kecil khusus untuk membuat kue. “Kar, jangan lupa ditambahin telur ya.” ucap Adit yang tengah memarut keju.
“Iya!” Karla mulai merasa dongkol. Pasalnya dari tadi Adit suka sekali menyuruh-nyuruh Karla. Gadis itu merenggut kesal. “Duh, bukan kaya gitu caranya Kar. Kalau kaya gitu mah nggak ngembang!”

“Iiih. Lo dari tadi komen mulu mah! Bikin kesal.” Karla mengambil secuil adonan dan memoleskannya dipipi Adit dengan ekspresi cemberut. “Eh hey! What are you doing?” Adit kelihatan panic. Dirabanya pipinya yang sudah mulai terkena adonan.
“Itu buat lo yang hari ini menyebalkan! Oh bukan hari ini aja, tapi memang menyebalkan dari dulunya.” Dengus Karla sembari menyandarkan punggungnya pada dinding.

“Ooh gitu ya?” Adit tersenyum jahil. Sebelah alis cowok itu terangkat. Karla menatap Adit. Ada atmosfir yang tidak enak menyelimuti hati Karla.
Adit mendekati gadis itu dan mulai dengan semangat menempelkan adonan diwajah Karla. Gadis itu mencoba memberontak, tapi posisinya yang memang tidak menguntungkan membuat Karla kesusahan melawan Adit.

“Rasain tuh! Emang enak.” Adit masih semangat memolesi wajah Karla dan dengan cepat dibalas oleh Karla. Maka didapur rumah Rica terlihatlah dua pasang anak manusia berlawanan jenis tengah saling mengejar dengan adonan ditangan.
*@muthiiihauraa*

Kevin merutuk kesal. Berkali-kali dicobanya menghubungi nomor Karla, tapi sama sekali tak ada jawaban. “Aya kemana sih?” Rasa khawatir membuat Kevin berkali-kali melongok keluar jendela.
Cowok itu menghela nafas pelan sembari melirik jam yang melingkar indah dipergelangan tangan kirinya. Jam 16.00 pas. Kevin kembali mencoba menghubungi Karla, tapi tetap saja tak ada jawaban.

Rasa sayang cowok itu kepada adiknya memang berlebihan dan Kevin pun tidak tau kenapa dia bisa seperti ini. Kevin menyentuh layar ponsel touchscreen-nya. Dilayar itu terpampang photo dirinya dan Karla.
“Bolehkah gue ngarepin sesuatu hal yang lebih dari lo, Aya? Sesuatu hal yang akan melanggar norma-norma yang sebenarnya tidak boleh terjadi? Gue udah coba buat ngapus lo dari hati gue, tapi emang nggak bisa!” Kevin menggerutu frustasi sembari memandangi photo dilayar ponselnya.

Untuk kesekian kalinya, cowok itu menghela nafas. Rasa sakit itu semakin terasa menyayat-nyayat hatinya. Melemparkannya dalam lubang kesakitan. Tepat pas hari konser gue, Aya ulang tahun. Bagusnya gue ngasih kejutan apa ya?
*@muthiiihauraa*

Rica mondar-mandir dihadapan Adit dan Karla. Berkali-kali wanita setengah baya itu menggeleng pelan. Dapurnya yang dibuat berantakan oleh ulah kedua anak yang disayanginya.
“Kalian ini kaya anak kecil saja.” Rica kembali mengomel. “Maafin Karla Tante.” Rica memandangi Karla dengan tatapan keibuan. Entah kenapa luapan amarahnya melumer. Wanita setengah baya itu tersenyum.

“Nggak papa kok honey. Tante tau ini bukan salah kamu, pasti Adit nih yang mulai.” Adit menatap mamanya sembari menggerutu pelan, tapi sama sekali cowok itu tak membantah.
“Makasih Tante.” Karla tersenyum hangat. Ujung matanya menatap Adit yang sepertinya sudah siap mengkulitinya hidup-hidup. “Ehm Adit, sebagai hukumannya kamu anterin Karla pulang!”

Karla menatap Rica dengan terkejut, begitu pun dengan Adit. “Eh nggak usah Tan. Aku bisa sendiri.”
“Udah sama Adit aja. Ayo Dit buruan!” Adit menyerah. Cowok itu berjalan keluar rumah dan menghampiri motornya. Karla mengikuti langkah Adit. Entah kenapa sebilah senyum tipis tersungging diwajah cantik seorang Karla Stefanie.

Entah kenapa berada didekat dia  dan Kak Farran bikin gue senyum-senyum gini. Gue ngerasa nyaman berada didekat mereka berdua.


Oke deh mungkin segini dulu. Silahkan kritik dan sarannya ya.

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: