Tentang Cinta #9
Halooo
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih? Kemaren aku nggak ngepost karna ngerasa
sok sibuk. Hari ini juga lumayan sibuk, soalnya ikut jualan bareng adik-adik di
Gagasan. Beberapa teman Gagasan juga ada yang wisuda, salah satunya mbk Lin.
Aku
jualan donat. Start bikin donatnya sejak malamnya, trus di frozenin, paginya
baru goreng. Senang sih, walau sempat ada konflik. Oh ya, kali ini aku mau
share, kelanjutan cerbung yang dulu-dulu udah pernah aku post.
Ini
part 9 nya. Oke langsung saja, check this out:
Baca Juga: TENTANG CINTA #8
Baca Juga: TENTANG CINTA #7
9
Karla tengah asik memotong-motong
kentang dirumah Rica. Kali ini, Rica mengajak Karla untuk membantunya membuat
sup untuk anaknya yang katanya sangat menyukai sup. “Baru kali ini Tante
ngelihat ada cewek seusia kamu yang bisa memasak.”
“Ah Tante berlebihan deh. Aku memang
udah hoby masak dari dulu Tan.” Jawab Karla yang sudah tidak memanggil Rica
dengan sebutan ‘Ibu’ tapi Tante.
![]() |
Tentang Cinta. source: google |
“Makanya kamu hebat,
mana ada zaman sekarang cewek yang hoby masak. Keluarga kamu pasti senang punya
anak cewek seperti kamu.” ucap Rica. Seketika Karla tertegun.
Keluarga?
Ah, udah lama banget rasanya ia tak mendengar kata itu. Bahkan rasanya ia tak
punya keluarga selain Kak Ivin. Karla menghela nafas pelan. Merasakan
dadanya sedikit sesak.
“Are you okey, honey?” Rica menghampiri
Karla saat melihat raut perubahan diwajah gadis itu. Karla mencoba tersenyum
walau terasa senyum itu hambar. Berkali-kali Karla menghela nafasnya.
Rica
tampak sangat khawatir. Dibelainya rambut Karla. “Kamu kenapa?” Karla
menggelang pelan. “Kayanya aku butuh ke WC dulu Tante.” Ujar Karla saat gadis
itu sudah mulai bisa menguasai dirinya.
Rica
menelisik wajah Karla. “Tapi kamu nggak papa kan?”
“Tante
tenang aja. I am fine. Sakit perut
dikit. WC dimana ya Tan?” Karla bangkit dari duduknya. “Dikamar anak Tante aja,
WC satu laginya penuh dengan ember cucian.”
“Oke
Tan. Dimana ya?” Karla bertanya seolah tak sabaran. “Masuk aja kekamar itu.
Entar pasti langsung bisa nemuin WC.” Tunjuk Rica pada sebuah ruang tidur
berukuran sedang. Karla mengangguk.
*@muthiiihauraa*
Adit
memasuki rumahnya. Dikipas-kipaskannya tangan kanannya didepan wajah.
Tenggorokan cowok itu terasa sangat kering. “Ma, aku pulang!” Adit menghampiri
Rica dan mencium pipi wanita setengah baya itu.
Rica
tersenyum senang. “Gimana harimu Dit?” Adit meraih gelas dan menuangkan air
kedalam gelas. Ditegaknya air itu hingga habis. Tampaknya cowok ini benar-benar
merasa kehausan. “Habis ngapain sih? Kok kelihatannya capek banget?”
“Tuh
si toska kehabisan bensin! Tu orang kapan ngiriminnya sih Ma?” Adit menggerutu.
“Dia Papa kamu, sopanlah! Bagaimana pun karna dia kamu ada didunia ini.
Bersabarlah untuk beberapa hari kedepan.”
Adit
menghela nafas. “Whatever lah Ma. Aku
kekamar dulu ya? Pengen tidur. Lelah banget.” kata Adit. Rica mengangguk. Ada
satu hal yang dilupakan wanita setengah baya itu.
Adit
berjalan gontai menuju kamarnya. Setelah sampai, cowok berusia 18 tahun itu
langsung merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Adit menggeliat pelan.
Dirasakannya tubuhnya sangat pegal.
Telinga
Adit mendengar suara tangisan dari kamar mandinya. Cowok itu mengerjap pelan.
Ditatapnya pintu kamar mandi yang tertutup. Shit!
Kenapa kuntilanak mainnya dikamar mandi gue sih? Kaya nggak ada tempat lain
aja.
Adit
bangkit dari duduknya dan mendekati kamar mandi dengan langkah agak ragu. Karla
membasuh wajahnya dengan air. Berharap agar bekas tangisnya tak dilihat oleh
Rica. Berkali-kali gadis itu menghela nafas dan kemudian membuka pintu.
“AAAAAAA!”
Karla berteriak saat mendapati Adit didepan kamar mandi dengan ancang-ancang hendak
berkelahi. “AAAAAAH!” Karla kembali berteriak. Adit kehilangan akal. Dibekapnya
mulut Karla dengan tujuan agar gadis itu nggak bisa berteriak. Entar dikira dia
ngapa-ngapain Karla lagi.
“Sstt!
Jangan berisik. Harusnya gue yang teriak bego! Lo ngapain disini?” Adit
membrondong Karla dengan pertanyaan. Gadis itu memberontak. Adit tersadar,
buru-buru dilepaskannya bekapan dari mulut Karla.
Karla
menghela nafas dan lalu memukul bahu bidang Adit. “Lo mau bunuh gue ha?” tuding
Karla sinis. “Lagian ngapain lo disini?” Adit tak kalah sinisnya.
“Harusnya
gue yang nanya gitu. Lo ngapain disini?” tanya Karla sembari melipat tangannya
didepan dada. Tatapan cewek itu sinis. “Ini kamar gue dan ini rumah gue!”
*@muthiiihauraa*
Grasia
membolak-balikkan album photonya. Sesekali senyum manis tersungging dari bibir
tipisnya. Hampir lima album yang dimiliki Grasia objeknya hanya satu orang.
Yah, hanya Kevin!
“I am crazy and I am proud.” Ujar Grasia
pelan. Gadis ini sebenarnya sudah tau dengan kebodohan yang ia lakukan untuk
seorang Kevin. Kebodohan yang mungkin akan sia-sia.
Grasia menyeruput coklat hangatnya dengan
nikmat. Cewek itu memandang Farran dengan hati bertanya-tanya. Dirapikannya
posisi duduknya.
“Ran? Gimana?” Farran menghela nafas. Sebenarnya perasaan
iba menyelimuti hati Farran. Walau bagaimana pun, Grasia adalah sahabatnya
sejak kecil.
“Gimana apanya?” Farran pura-pura bodoh. Grasia
menghembuskan nafas kesal. “Nggak lo tanyain ya? Gimana sih lo? Nggak bisa
dipercaya banget. Itu lho soal Kevin.”
“Oh itu. ya ya ya.”
“Ya apa? Gimana?” Grasia tampak terlihat tegang.
Diremas-remasnya tissue yang berada ditangannya. “Ran! Cepetan.” Desar
Grasia.”Lo itu! sabaran dikit kenapa? Ya dia gitu.”
“Gitu gimana? Akh! berbelit-belit deh lo. To the point
ajalah!”
“Udah ada gadis yang dia suka.” Farran akhirnya mengucapkan
kata-kata itu. Ia bisa merasakan apa yang dirasa Grasia. Cewek itu terdiam.
Matanya mulai berkaca-kaca.
Grasia menghela nafas. Secercah harapan yang dulu bersemayam
dihatinya, seketika pupus begitu saja. “Siapa?” tanya Grasia dengan suara
dibuat setegar mungkin, padahal jelas-jelas bergetar.
“Entahlah. Dia nggak mau bilang.” Grasia menunduk. Gadis itu
benar-benar merasakan harapannya hancur. Farran kelihatan tak tega. Diraihnya
jemari tangan kanan Grasia.
“Gue tau lo pasti kuat!” Farran membawa Grasia kedalam
pelukannya. Membiarkan gadis itu menangis dipundaknya seperti dulu. Membiarkan
pundaknya basah oleh tangisan gadis kecilnya yang sudah beranjak dewasa.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata menatap mereka sembari
tersenyum.
“Kalian emang pasangan yang cocok.”
Grasia menghembuskan nafas.
Lagi-lagi hatinya terlobangi begitu dalam. Siapa
cewek itu? Grasia menatap langit-langit kamarnya. Membiarkan hatinya merasa
sakit yang sama sejak mengenal sosok Kevin.
*@muthiiihauraa*
Rica menuangi sup dimangkuk Adit,
lalu kemangkuk Karla sembari tersenyum.
“Monggo atuh dimakan!” suruh Rica
sembari duduk dan menyuapi sesendok sup kemulutnya. Karla yang tampak tak
berserela, buru-buru menyuapi sup itu kemulutnya. Gadis itu sama sekali tak
ingin membuat Rica sedih karna makanannya tak Karla sentuh.
“Dit? Kok supnya Cuma diaduk-aduk
dong? Makan dong. Sup ini buatan Mama dan Karla lho. Karla hebat! Dia bisa
masak.” Puji Rica. Mau tak mau pipi putih Karla bersemu merah.
“Ah, Tante bisa aja. Aku kan Cuma
bantuin dikit-dikit.”
“Tau tuh Ma. Biasa aja.” ucap Adit
sinis. Karla menghela nafas pelan. Dicobanya menikmati setiap bulir sup yang
jatuh dari kerongkongannya. Karla mengakui sup yang dimakannya ini sangat enak,
tapi ia benar-benar tak menyangka kalau Adit adalah anaknya Rica.
Karla menghembuskan nafas pelan.
“Gimana Kar? Enak kan? Oh ya, Adit ini jago masak brownies lho.”
“Ah, Mama! Biasa aja.” Karla menangkap
raut kemerahan diwajah Adit. Rupanya
cowok ini bisa malu juga. Batin Karla. “Iya Tan? Wah, bisa dong Karla minta
diajarin. Aku suka banget brownies tapi gatau cara buatnya.” Entah setan dari
mana yang membuat Karla berkata begitu.
“Eng maksud a—”
“Wah tentu saja boleh. Adit pasti
dengan senang hati ngajarin kamu. Iyakan Dit?” ucap Rica yang memotong
perkataan Karla sebelumnya. Adit mengangguk lemas.
“Ya
udah. Monggo makanannya diabisin.”
BERSAMBUNG....
Gimana? Kasih kritik dan saran ya. Oke
deh mungkin segini dulu. Salam sayang, @muthihaura1.
Selasa, 21 Januari 2020. 19.08 WIB.
0 komentar: