Tentang Cinta#12

21.55 muthihaura 0 Comments


Halo Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih dan sedang ngelakuin apa? Hari ini lumayan hetic. Sok-sok sibuk sih lebih tepatnya. Tadi sejak jam 2 siang, aku bareng C ke Living world. Yap, Hokben Pekanbaru grand opening, trus aku bersama teman-teman Blogger Pekanbaru di undang.

Untuk cerita terkait grand opening, aku bakal share di postingan berikutnya ya. Kali ini, aku Cuma pengen ngelanjutin cerbung alias naskah novel yang sudah lama kutulis. Ketimbang mendem doang di laptop, ya udah aku share aja di blog ini. oke deh langsung saja. Check this out:

Tentang Cinta #12
Grasia bertepuk tangan saat suara Kevin mengakhiri lagu Pemilik hatinya-Armada. Senyum gadis itu mengembang. Dilangkahkannya kakinya kearah Kevin, ditangan gadis itu terdapat sebotol mizone berukuran sedang.

cinta
source: google

“Keren Kev! Makin oke suara lo.” Puji Grasia sembari menyodorkan mizone dihadapan Kevin. Cowok itu termangu pelan. Ditatapnya wajah Grasia dan untuk pertama kalinya cowok itu memberikan senyum tulusnya buat Grasia.
Grasia menatap Kevin seakan tak percaya. Apakah hati cowok ini sudah luluh? Thanks.” ucap Kevin sembari menegak botol mizone-nya. Tampaknya ia benar-benar sangat kehausan.

Baca Juga: TENTANG CINTA #11

“Ehm. ehm. aduh, kayanya gue haus juga nih.” Ari memegangi tenggorokannya sembari berdehem pelan. “Duh, modus aja lo. Nih minuman buat lo.” Farran melemparkan sebotol aqua gelas kearah Ari dan langsung ditangkap cowok itu dengan kesal.
“Gue nggak ngarep lo yang ngasi bego!” cetus Ari kesal, tapi ditegaknya juga minuman dari Farran. Entah kenapa Grasia tersenyum, mungkin factor setelah mendapatkan senyuman dari Kevin tadi.

Grasia menatap Kevin. Rasa itu semakin dalam. Grasia merasa, Kevin membuka jalan untuknya. “Eh, gue balik duluan ya?”
“Gue pulang bareng lo ya Kev, mobil gue lagi di bengkel. Please!” pinta Grasia sembari menangkupkan kedua telapak tangannya. “Sory Gras, gue pulang bareng seseorang.” kata Kevin sembari berlalu tanpa pamit pada Ari dan Farran.

Baca Juga: TENTANG CINTA#9


Walau bagaimana pun, Kevin merasa cukup cemburu atas kedekatan Farran dengan Karla. Kevin tau gimana sayangnya Karla pada kelinci pemberian Farran itu. Kevin menghela nafas, lalu kembali berfokus dengan jalannya.
Sedangkan diruang music, Grasia masih berdiri terpaku. Kata-kata Kevin yang terakhir tadi mampu membuat gadis itu mematung seakan tak menapaki bumi. Seseorang? Cewek kah? Siapa?
“Mau pulang bareng gue Gras?” Ari menawarkan diri sembari tersenyum. Grasia menatap Ari dengan sinis. “Nggak perlu!” dengus Grasia sembari berlalu meninggalkan Ari dan Farran.

Ari menghela nafas berat. Bahkan disaat lo udah jelas-jelas disakitin Kevin pun, lo masih milih dia. Kapan lo bisa ngelihat gue yang jelas-jelas sayang sama lo?
Farran menepuk bahu Ari seakan mengerti apa yang berkecamuk dibenak cowok itu. “Kadang cinta tak bisa dipaksakan. Jika dia memang tulang rusuk lo, dia nggak akan pergi jauh dari lo.” Ucap Farran membuat Ari mengernyit.

Mau tak mau Ari tersenyum sembari menoyor kepala Farran. “Sejak kapan lo sedewasa ini? Gaya lo kaya udah berhasil dalam cinta aja!” kata Ari sembari terkekeh pelan.
Farran tersenyum tipis menanggapi candaan Ari. “Ya, sekarang memang belum. Tapi sebentar lagi tulang rusuk itu akan gue temuin!” Farran berkata dengan mantap. Wajah Karla berkelabat dibenak cowok itu.
*@muthiiihauraa*

Adit menyodorkan segelas teh es dihadapan Karla dan segera diterima gadis itu. “Thanks ya. Tumben lo baik?” Karla menyeruput teh es-nya. Senyum gadis itu mengembang.
Adit duduk disamping Karla. Ujung mata Adit menatap sosok Karla. “Lah, gue baik salah. Nggak baik juga salah. Maunya gimana?” tanya Adit sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.

“Ya maunya baiklah. Mana ada orang yang mau dijahatin.” Tanpa sadar tangan Adit mengusap kepala Karla. Sontan gadis itu tercenung. Karla benar-benar nggak tau apa yang dirasakannya saat ini. Perasaannya benar-benar nggak karuan.
“Maaf ya kalau dulu gue jahat sama lo.” ucap Adit. Karla masih terlongo.

“Lho? Kok malah diam? Lo grogi ya?” tanya Adit sembari tertawa. Bola mata birunya berbinar pelan, membuat Karla semakin tak karuan. Akh! Aku ini kenapa? “Eh. Eng. Apaan?”
“Tuh kan lo grogi.” Tawa Adit semakin besar, membuat kedua pipi gadis disampingnya bersemu merah karna malu. Karla menarik nafas pelan sembari berusaha menenangkan dirinya.

“Ih, nggak kali!” sungut Karla. Tangan mungil gadis itu memukul lengan bidang Adit. “Beneran? Udah deh ngaku aja. Iya kan?”
Karla yang sudah bisa mengontrol dirinya buru-buru mencubit pinggang Adit dan dengan sukses membuat cowok itu meringis kesakitan. “Ehem!” sebuah deheman menyadarkan Karla dan Adit.

“Kak Kevin? Ngapain disini?” tanya Karla setengah kaget. Adit mencibir pelan. Ini orang ganggu aja! batin Adit. “Jemput lo lah. Nggak ada kuliah lagi kan?”
*@muthiiihauraa*

Grasia menghapus air matanya. Tangis gadis itu semakin kencang. Rasa sakit itu semakin menguak perasaannya. Bayangan wajah Kevin menari-nari indah dibenaknya.
“Gue sayang sama lo Kev. Kenapa lo jahat banget sama gue?” ujar Grasia dicampur dengan isakan tangisnya. Grasia memeluk bantal gulingnya. Mata gadis itu benar-benar sembab dan rambutnya acak-acakan.


 “Kenapa Kevin sama cewek itu? Cewek itu Karla kan?” tanya Grasia padanya dirinya sendiri. Entah kenapa perasaannya sesak. Grasia merasa menyesal telah mengikuti Kevin.
Gadis itu menyipitkan matanya. Berharap apa yang dilihatnya itu salah. Grasia mengucek matanya dengan harapan yang sama. Tapi sayang, keinginannya tidak terkabul. Itu memang Kevin yang tengah merangkul Karla.

“Mereka mesra banget!”

“Pokoknya gue harus buat perhitungan ke cewek itu! shit! Seenak-enaknya aja dia ngambil Kevin gue!” Grasia mengepalkan telapak tangannya. Rasa geram menghantui pikiran gadis itu.
Grasia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Gadis itu mencoba memejamkan mata dan beberapa menit berikutnya, Grasia sudah terlelap dengan wajah sembab dan mata bengkak. Mungkin faktor lelah yang membuat gadis itu tertidur.
*@muthiiihauraa*

Kevin menatap langit-langit kamarnya. Entah kenapa ada perasaan aneh yang bersemayam dibenaknya. Cowok berwajah ganteng itu menghela nafas pelan.
Tangan Kevin mengenggam sebuah photo dirinya dan Karla. Gue ini memang abang yang nggak berguna! Bagaimana mungkin seorang abang bisa jatuh cinta kepada adik kandungnya sendiri? Kevin merutuki dirinya.

“Kak?” Kevin menoleh kesumber suara. Tampak Karla tengah berdiri diambang pintu kamar Kevin. Cowok itu tersenyum menatap kehadiran Karla.
“Kenapa Aya? Kangen ya?” goda Kevin sembari tertawa renyah. Karla cemberut. Gadis itu mendekati Kevin. “Diih, sejak kapan Kak Ivin jadi kepedean gitu?”

“Yee. Tinggal jujur juga nggak masalah kali. Gue aja jujur kalau gue sayang sama lo, Aya.” Kevin membelai rambut Karla, tapi segera ditepis lembut oleh Karla.
“Gue juga sayang kok sama Kak Ivin.” Karla tersenyum manis. Seandainya lo tau ‘sayang’ seperti apa yang gue maksud. Kevin mengacak rambutnya kesal, lalu detik berikutnya kembali memamerkan senyum jail khasnya.

“Kak? Lo pernah nggak ngerasain jatuh cinta?” tanya Karla. Tangan gadis itu memainkan ujung baju tidurnya. Kevin tertegun. “Pernah. Kenapa emang?”
“Sama siapa? Gue kenal nggak orangnya? Kok lo nggak pernah cerita sih Kak?” Karla menatap Kevin. Mencoba mencari sesuatu dimata sang kakak, tapi nihil. Mata itu seakan kosong.

“Sama lo.” Jawab Kevin pendek. Karla tertawa. Tangan kanan gadis itu memukul bahu bidang Kevin. “Dih, gue serius ini tau!”
Gue juga serius! Kevin memandangi wajah Karla. mencoba menyesapi wajah itu semakin dalam. “Kenapa Aya nanya-nanya gitu?” selidik Kevin. Tiba-tiba muka Karla bersemu merah, membuat kening Kevin berkerut.

Karla duduk disamping Kevin. “Gue jatuh cinta kak.” Sebuah kalimat yang mampu menghantam tubuh Kevin. “Oh ya?” tanya Kevin dibuat sedatar mungkin atau memang Karlanya yang tidak peka.
“Iya kak. Dan tau nggak parahnya apa? Gue menyukai dua cowok sekaligus!” Alis Kevin semakin bertaut. “Siapa?” tanya Kevin sinis. Tatapan cowok itu lurus kedepan. Sama sekali tak bersemangat dalam pembicaraan itu.

“Gue juga nggak tau kenapa bisa suka sama mereka Kak.” Jawab Karla tak nyambung. “Siapa?” ulang Kevin yang masih bertahan dengan kesinisannya.
“Adit dan Kak Farran. 50:50 kak. Aduh gue harus gimana ini kak?” lagi-lagi pipi gadis itu bersemu merah. Kevin tertegun. Kata-kata Karla barusan bagaikan sebuah pisau yang menghantam dadanya. Sesak.

“Oh iya, Farran belum dikasih makan. Gue kekamar dulu deh kak!” ujar Karla yang seakan tersadar dengan sesuatu. Gadis itu buru-buru meninggalkan Kevin.
Kevin masih tertegun. Tatapannya memandangi sosok Karla yang semakin tak kelihatan. Cewek itu benar-benar meninggalkan Kevin dalam keadaan hati yang hancur berkeping-keping. Kevin menghembuskan nafas.

“Dan lo udah berhasil ngebunuh gue, Karla Stefani! Memang lengkap ya saat semua orang tak pernah anggap gue ini ada!”
Kevin mengganggam photo dirinya dan Karla. Gue pengen egois. Pengen jadi orang seegois mungkin! Shit! Tangan cowok itu terkepal. Emosinya memuncak.

Cowok itu turun dari tempat tidur dan melangkah menuju cermin. Ditatapnya wajahnya pada cermin. “Seharusnya gue sama Aya itu nggak usah bersaudara. Seharusnya gue sama dia itu bukan kakak adik. Akh!”
Kevin meninju cermin dihadapannya sehingga cermin itu retak. Kepalan tangan kanan Kevin mengeluarkan darah segar. Cowok itu sama sekali tak peduli.


Bersambung-

Nah gimana? Kritik dan sarannya ya teman-teman ;) Salam sayang, @muthihaura1.
Rabu, 29 Januari 2020. 21.41 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: