Tentang Cinta#12
Halo
Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih dan sedang ngelakuin apa? Hari ini
lumayan hetic. Sok-sok sibuk sih lebih tepatnya. Tadi sejak jam 2 siang, aku
bareng C ke Living world. Yap, Hokben Pekanbaru grand opening, trus aku bersama
teman-teman Blogger Pekanbaru di undang.
Untuk
cerita terkait grand opening, aku bakal share di postingan berikutnya ya. Kali ini,
aku Cuma pengen ngelanjutin cerbung alias naskah novel yang sudah lama kutulis.
Ketimbang mendem doang di laptop, ya udah aku share aja di blog ini. oke deh
langsung saja. Check this out:
Tentang
Cinta #12
Grasia
bertepuk tangan saat suara Kevin mengakhiri lagu Pemilik hatinya-Armada. Senyum
gadis itu mengembang. Dilangkahkannya kakinya kearah Kevin, ditangan gadis itu
terdapat sebotol mizone berukuran sedang.
![]() |
source: google |
“Keren
Kev! Makin oke suara lo.” Puji Grasia sembari menyodorkan mizone dihadapan
Kevin. Cowok itu termangu pelan. Ditatapnya wajah Grasia dan untuk pertama
kalinya cowok itu memberikan senyum tulusnya buat Grasia.
Grasia
menatap Kevin seakan tak percaya. Apakah
hati cowok ini sudah luluh? “Thanks.”
ucap Kevin sembari menegak botol mizone-nya. Tampaknya ia benar-benar sangat
kehausan.
Baca Juga:
TENTANG CINTA #11
“Ehm.
ehm. aduh, kayanya gue haus juga nih.” Ari memegangi tenggorokannya sembari
berdehem pelan. “Duh, modus aja lo. Nih minuman buat lo.” Farran melemparkan
sebotol aqua gelas kearah Ari dan langsung ditangkap cowok itu dengan kesal.
“Gue
nggak ngarep lo yang ngasi bego!” cetus Ari kesal, tapi ditegaknya juga minuman
dari Farran. Entah kenapa Grasia tersenyum, mungkin factor setelah mendapatkan
senyuman dari Kevin tadi.
Grasia
menatap Kevin. Rasa itu semakin dalam. Grasia merasa, Kevin membuka jalan
untuknya. “Eh, gue balik duluan ya?”
“Gue
pulang bareng lo ya Kev, mobil gue lagi di bengkel. Please!” pinta Grasia sembari menangkupkan kedua telapak tangannya.
“Sory Gras, gue pulang bareng seseorang.” kata Kevin sembari berlalu tanpa pamit
pada Ari dan Farran.
Baca Juga: TENTANG CINTA#9
Walau
bagaimana pun, Kevin merasa cukup cemburu atas kedekatan Farran dengan Karla.
Kevin tau gimana sayangnya Karla pada kelinci pemberian Farran itu. Kevin
menghela nafas, lalu kembali berfokus dengan jalannya.
Sedangkan
diruang music, Grasia masih berdiri terpaku. Kata-kata Kevin yang terakhir tadi
mampu membuat gadis itu mematung seakan tak menapaki bumi. Seseorang? Cewek kah? Siapa?
“Mau
pulang bareng gue Gras?” Ari menawarkan diri sembari tersenyum. Grasia menatap
Ari dengan sinis. “Nggak perlu!” dengus Grasia sembari berlalu meninggalkan Ari
dan Farran.
Ari
menghela nafas berat. Bahkan disaat lo
udah jelas-jelas disakitin Kevin pun, lo masih milih dia. Kapan lo bisa
ngelihat gue yang jelas-jelas sayang sama lo?
Farran
menepuk bahu Ari seakan mengerti apa yang berkecamuk dibenak cowok itu. “Kadang
cinta tak bisa dipaksakan. Jika dia memang tulang rusuk lo, dia nggak akan
pergi jauh dari lo.” Ucap Farran membuat Ari mengernyit.
Mau
tak mau Ari tersenyum sembari menoyor kepala Farran. “Sejak kapan lo sedewasa
ini? Gaya lo kaya udah berhasil dalam cinta aja!” kata Ari sembari terkekeh
pelan.
Farran
tersenyum tipis menanggapi candaan Ari. “Ya, sekarang memang belum. Tapi
sebentar lagi tulang rusuk itu akan gue temuin!” Farran berkata dengan mantap.
Wajah Karla berkelabat dibenak cowok itu.
*@muthiiihauraa*
Adit
menyodorkan segelas teh es dihadapan Karla dan segera diterima gadis itu.
“Thanks ya. Tumben lo baik?” Karla menyeruput teh es-nya. Senyum gadis itu
mengembang.
Adit
duduk disamping Karla. Ujung mata Adit menatap sosok Karla. “Lah, gue baik
salah. Nggak baik juga salah. Maunya gimana?” tanya Adit sambil menggaruk
bagian belakang kepalanya yang tak gatal.
“Ya
maunya baiklah. Mana ada orang yang mau dijahatin.” Tanpa sadar tangan Adit
mengusap kepala Karla. Sontan gadis itu tercenung. Karla benar-benar nggak tau
apa yang dirasakannya saat ini. Perasaannya benar-benar nggak karuan.
“Maaf
ya kalau dulu gue jahat sama lo.” ucap Adit. Karla masih terlongo.
“Lho?
Kok malah diam? Lo grogi ya?” tanya Adit sembari tertawa. Bola mata birunya
berbinar pelan, membuat Karla semakin tak karuan. Akh! Aku ini kenapa? “Eh. Eng. Apaan?”
“Tuh
kan lo grogi.” Tawa Adit semakin besar, membuat kedua pipi gadis disampingnya
bersemu merah karna malu. Karla menarik nafas pelan sembari berusaha
menenangkan dirinya.
“Ih,
nggak kali!” sungut Karla. Tangan mungil gadis itu memukul lengan bidang Adit.
“Beneran? Udah deh ngaku aja. Iya kan?”
Karla
yang sudah bisa mengontrol dirinya buru-buru mencubit pinggang Adit dan dengan
sukses membuat cowok itu meringis kesakitan. “Ehem!” sebuah deheman menyadarkan
Karla dan Adit.
“Kak
Kevin? Ngapain disini?” tanya Karla setengah kaget. Adit mencibir pelan. Ini orang ganggu aja! batin Adit.
“Jemput lo lah. Nggak ada kuliah lagi kan?”
*@muthiiihauraa*
Grasia
menghapus air matanya. Tangis gadis itu semakin kencang. Rasa sakit itu semakin
menguak perasaannya. Bayangan wajah Kevin menari-nari indah dibenaknya.
“Gue
sayang sama lo Kev. Kenapa lo jahat banget sama gue?” ujar Grasia dicampur
dengan isakan tangisnya. Grasia memeluk bantal gulingnya. Mata gadis itu
benar-benar sembab dan rambutnya acak-acakan.
“Kenapa Kevin sama cewek itu? Cewek itu Karla
kan?” tanya Grasia padanya dirinya sendiri. Entah kenapa perasaannya sesak.
Grasia merasa menyesal telah mengikuti Kevin.
Gadis itu menyipitkan
matanya. Berharap apa yang dilihatnya itu salah. Grasia mengucek matanya dengan
harapan yang sama. Tapi sayang, keinginannya tidak terkabul. Itu memang Kevin
yang tengah merangkul Karla.
“Mereka mesra
banget!”
“Pokoknya
gue harus buat perhitungan ke cewek itu! shit!
Seenak-enaknya aja dia ngambil Kevin gue!” Grasia mengepalkan telapak
tangannya. Rasa geram menghantui pikiran gadis itu.
Grasia
merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Gadis itu mencoba memejamkan mata dan
beberapa menit berikutnya, Grasia sudah terlelap dengan wajah sembab dan mata
bengkak. Mungkin faktor lelah yang membuat gadis itu tertidur.
*@muthiiihauraa*
Kevin
menatap langit-langit kamarnya. Entah kenapa ada perasaan aneh yang bersemayam
dibenaknya. Cowok berwajah ganteng itu menghela nafas pelan.
Tangan
Kevin mengenggam sebuah photo dirinya dan Karla. Gue ini memang abang yang nggak berguna! Bagaimana mungkin seorang
abang bisa jatuh cinta kepada adik kandungnya sendiri? Kevin merutuki
dirinya.
“Kak?”
Kevin menoleh kesumber suara. Tampak Karla tengah berdiri diambang pintu kamar
Kevin. Cowok itu tersenyum menatap kehadiran Karla.
“Kenapa
Aya? Kangen ya?” goda Kevin sembari tertawa renyah. Karla cemberut. Gadis itu
mendekati Kevin. “Diih, sejak kapan Kak Ivin jadi kepedean gitu?”
“Yee.
Tinggal jujur juga nggak masalah kali. Gue aja jujur kalau gue sayang sama lo,
Aya.” Kevin membelai rambut Karla, tapi segera ditepis lembut oleh Karla.
“Gue
juga sayang kok sama Kak Ivin.” Karla tersenyum manis. Seandainya lo tau ‘sayang’ seperti apa yang gue maksud. Kevin
mengacak rambutnya kesal, lalu detik berikutnya kembali memamerkan senyum jail
khasnya.
“Kak?
Lo pernah nggak ngerasain jatuh cinta?” tanya Karla. Tangan gadis itu memainkan
ujung baju tidurnya. Kevin tertegun. “Pernah. Kenapa emang?”
“Sama
siapa? Gue kenal nggak orangnya? Kok lo nggak pernah cerita sih Kak?” Karla
menatap Kevin. Mencoba mencari sesuatu dimata sang kakak, tapi nihil. Mata itu
seakan kosong.
“Sama
lo.” Jawab Kevin pendek. Karla tertawa. Tangan kanan gadis itu memukul bahu
bidang Kevin. “Dih, gue serius ini tau!”
Gue juga serius! Kevin
memandangi wajah Karla. mencoba menyesapi wajah itu semakin dalam. “Kenapa Aya
nanya-nanya gitu?” selidik Kevin. Tiba-tiba muka Karla bersemu merah, membuat
kening Kevin berkerut.
Karla
duduk disamping Kevin. “Gue jatuh cinta kak.” Sebuah kalimat yang mampu
menghantam tubuh Kevin. “Oh ya?” tanya Kevin dibuat sedatar mungkin atau memang
Karlanya yang tidak peka.
“Iya
kak. Dan tau nggak parahnya apa? Gue menyukai dua cowok sekaligus!” Alis Kevin
semakin bertaut. “Siapa?” tanya Kevin sinis. Tatapan cowok itu lurus kedepan.
Sama sekali tak bersemangat dalam pembicaraan itu.
“Gue
juga nggak tau kenapa bisa suka sama mereka Kak.” Jawab Karla tak nyambung.
“Siapa?” ulang Kevin yang masih bertahan dengan kesinisannya.
“Adit
dan Kak Farran. 50:50 kak. Aduh gue harus gimana ini kak?” lagi-lagi pipi gadis
itu bersemu merah. Kevin tertegun. Kata-kata Karla barusan bagaikan sebuah
pisau yang menghantam dadanya. Sesak.
“Oh
iya, Farran belum dikasih makan. Gue kekamar dulu deh kak!” ujar Karla yang
seakan tersadar dengan sesuatu. Gadis itu buru-buru meninggalkan Kevin.
Kevin
masih tertegun. Tatapannya memandangi sosok Karla yang semakin tak kelihatan.
Cewek itu benar-benar meninggalkan Kevin dalam keadaan hati yang hancur
berkeping-keping. Kevin menghembuskan nafas.
“Dan
lo udah berhasil ngebunuh gue, Karla Stefani! Memang lengkap ya saat semua
orang tak pernah anggap gue ini ada!”
Kevin
mengganggam photo dirinya dan Karla. Gue
pengen egois. Pengen jadi orang seegois mungkin! Shit! Tangan cowok itu
terkepal. Emosinya memuncak.
Cowok
itu turun dari tempat tidur dan melangkah menuju cermin. Ditatapnya wajahnya
pada cermin. “Seharusnya gue sama Aya itu nggak usah bersaudara. Seharusnya gue
sama dia itu bukan kakak adik. Akh!”
Kevin
meninju cermin dihadapannya sehingga cermin itu retak. Kepalan tangan kanan
Kevin mengeluarkan darah segar. Cowok itu sama sekali tak peduli.
Bersambung-
Nah
gimana? Kritik dan sarannya ya teman-teman ;) Salam sayang, @muthihaura1.
Rabu,
29 Januari 2020. 21.41 WIB.
0 komentar: