Tentang Cinta #13

21.07 muthihaura 0 Comments


Ngomongin hidup di usia mendekati 25 tahun ini bisa dibilang nano-nano. Ditambah lagi teman-teman sekitar sudah memiliki life nya sendiri. Ada yang memilih untuk menikah, S2, atau bahkan bekerja. Apapun pilihan itu, menurutku nggak ada yang salah.

Nggak ada yang terlalu cepat. Nggak ada yang terlalu lambat. Semua orang bergerak di porosnya masing-masing. Aku nggak mungkin bisa ngikutin hidup A yang begini. Atau ngikutin hidup B yang begitu. Semua ada porsinya masing-masing. Semua memiliki strugglenya tersendiri.

Jadi nggak pantas juga aku ngejudge hidup orang lain yang mungkin belum lulus kuliah. Atau mungkin belum nikah atau sudah nikah dan lain sebagainya. Kalau bagi aku, fokus terhadap apa yang sedang dituju dan dipilih, karna tiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya.


Daripada pusing ngomongin perkara tentang hidup, mending kasih kritik saran ya buat cerbung lama aku. Iya, ini dulunya novel yang nggak di ACC penerbit. Jadi daripada mendem doang di laptop aku, ada baiknya aku posting di blog ini. selamat membaca.

Tentang Cinta#13

Karla mematut dirinya didepan cermin. Sesekali dirapikannya rambutnya dengan jari-jari tangannya. Pintu WC terbuka, membuat Karla menoleh sesaat dan detik berikutnya kembali menatap bayangannya pada cermin.

“Karla.” Karla menatap Grasia lewat cermin yang memantulkan tubuh mereka. Karla berbalik. “Ya kak? Kenapa?” Tatapan Grasia tajam. Kedua tangannya ia lipat didepan dada. Senyum sinis tersungging disudut bibirnya.
Karla bingung, tapi ia menangkap gurat tak senang dari wajah Grasia. Ada apaan sih? Emangnya aku ada salah sama nenek lampir ini? Karla membatin.

“Tau nggak apa kesalahan lo?” Grasia maju mendekati Karla, membuat gadis berambut pirang itu mundur menjauhi Grasia sehingga ia terpentok dicermin.
“Salah apa kak?” Suara Karla bergetar pelan. Pandangan sinis Grasia mampu membuat Karla bergeming ketakutan. Apa karna aku dekat dengan Kak Farran? Karla menghela nafas pelan.

“Lo mau tau kesalahan lo?” Grasia memain-mainkan rambut panjang Karla dengan jarinya. Karla mengangguk dengan wajah pucat. “Karna lo udah berani masuk kedalam kehidupan gue dan ngambil seseorang yang berharga dalam hidup gue!”
Karla tercekat. Tuh kan bener! Dia cemburu sama aku karna aku dekat dengan Kak Farran!

“Gue cemburu sama lo! Cemburu karna lo bisa sedekat itu dengan dia!” Grasia mengeluarkan gunting dari dalam tasnya. Memain-mainkan gunting itu tepat didepan wajah Karla.
Wajah Karla memucat. Dengan sadis Grasia meraih rambut Karla dan memotong-motongnya dengan model acak-acakan. Karla histeris, tapi ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ini akibat lo ngedeketin Kevin gue!” ucap Grasia sinis. Kevin? Kak Ivin? Jadi bukan Kak Farran?
*@muthiiihauraa*

"Ini latihan terakhir kita! Besok kita udah tampil, jadi gue harap kita bisa optimal. Dan buat lo Kev, tolong jangan bawa-bawa masalah lo dalam latihan kita!” kata Ari yang terkesan berwibawa.
Kevin tersenyum sinis. “Iya. I know.” Jawab Kevin malas. “Ya udah break dulu kita yok? Haus gue.” Farran berjalan menuju meja dan meraih sebotol air putih.

Farran merebahkannya tubuhnya diatas shofa dan segera diteguknya air putih itu hingga tersisa setengah. Kevin memandang Farran dengan penuh kebencian.
Lo udah berhasil ngerebut Aya dari gue dan gue nggak kan pernah rela. Kevin mendengus kesal. “Lo kenapa? Ada masalah dengan Farran?” tanya Ari yang rupanya melihat perubahan pada Kevin saat berdekatan dengan Farran.

“Nggak. Biasa aja.” Kevin menyandarkan punggungnya pada dinding ruang music, tangannya ia lipat didepan dada. Ari tertawa pelan. “Gue kenel kalian nggak satu dua hari ini. Come on! Cerita sama gue.”
Kevin menatap Ari dengan tatapan sinis. “Bisa nggak kalau nggak ikut campur dalam urusan pribadi orang?” tanya Kevin sinis. Ari tertegun. Sama sekali tak menyangka dengan kalimat yang diucapkan Kevin barusan.

Ari menghela nafas. “Oke. Fine!” Ari mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Heey! Ngapain kalian mojok disitu berdua. Pada nggak haus apa?” Farran tertawa menanggapi candaannya sendiri.
Ari tertawa, lalu berjalan menghampiri Farran.
*@muthiiihauraa*

Karla menatap Hp-nya. Berkali-kali telpon dari Adit, ia reject. Karla menghela nafas sembari mengelap pipinya yang basah oleh tangisannya. “Kenapa sih gini-gini amat?”
Karla memegangi rambutnya yang sangat awut-awutan. Tangis gadis itu semakin pecah. Sedangkan dikoridor kampus, Adit berkali-kali menatap Hp-nya. Berharap ada SMS atau telpon dari Karla.

Entah kenapa tak melihat Karla diruang kelas tadi benar-benar membuatnya khawatir. Telponnya pun bahkan direject. “Lo kemana sih Kar? Nggak biasanya lo nggak datang tanpa kabar gini.”

love
source: pixabay

Bayangan-bayangan kemungkinan buruk memenuhi ruang kepala Adit. Cowok itu menghela nafas pelan. Ditatapnya wallpaper Hp-nya yang memperlihatkan sosok Karla yang tengah tersenyum. Photo itu diambilnya secara diam-diam.

Gue tau sekarang kalau gue bener-bener mencintai lo. Lagi-lagi entah untuk yang keberapa kalinya Adit menghembuskan nafas kesal. Hp Adit bergetar menandakan sebuah SMS masuk. Adit membuka SMS itu.

From : My princess Karla
Gue di WC samping kantin. Bisa lo kesini?
*@muthiiihauraa*
       
Farran berjalan gontai menuju kantin. Kedua tangannya ia masukkan kesaku celananya. Saat ini memang cowok itu mendapat tugas membelikan rokok untuk Ari.
        Beberapa teman-teman bahkan juniornya tersenyum menyapa saat ia lewat. Tiba-tiba seseorang menabrak Farran hingga cowok itu tersungkur dengan siku menubruk lantai.

        “Eeh. Lo jalan pakai mata dong!” ujar Adit yang terlihat sangat terburu-buru. Padahal jelas-jelas ia yang salah. Farran bangkit sembari menatap tajam kearah Adit.
        “Kenapa jadi lo yang marah-marah? Lo yang nabrak, harusnya minta maaf dong.” Farran mengepalkan tinjunya. Memang dari dulu Farran paling tidak bisa menahan emosi saat berhadapan dengan Adit.

        “Ah, udahlah! Nggak ada waktu buat ngeladenin lo. Gue buru-buru.” ucap Adit sembari berlalu tanpa merasa bersalah terhadap Farran. “Shit!” Farran merutuk sembari mengikuti langkah Farran.
        Lo pikir bisa lari dari gue? Dasar junior ingusan! Batin Farran.

        Adit berhenti didepan sebuah WC yang pintunya terkunci dari luar. Dipintu itu tertulis : ‘WC rusak.’ Farran mengernyit memandang Adit yang tengah berdiri bingung didepan WC itu.
        “Kar? Lo didalam?” Adit mengedor-ngedor pintu itu. “Ngapain lo ha?” Farran mendekati Adit sambil berkacak pinggang. Senyum sinis tersungging dari sudut bibir Farran.

        “Hah, ternyata ada penguntit disini.” Adit mendengus kesal. “Lo itu jadi junior sopan dikit ngapa?” Farran mendorong bahu Adit, tapi untung Adit tidak sampai terjatuh.
        Adit seolah acuh dengan perbuatan Farran, cowok itu malah kembali mendekati pintu dan mengetok-ngetok pintu itu. “Kar, Please jawab gue. lo didalam?” Nada suara Adit penuh kekhawatiran.

        “Iya.” Suara parau dari dalam WC terdengar, membuat Adit semakin merasa khawatir. Sedangkan Farran menatap kejadian itu dengan tatapan tak mengerti.
        “Lo menjauh dari pintu oke? Gue dobrak pintunya.” Karla mengikuti intruksi dari Adit dan bersender didinding dengan kedua tangan memeluk lutut. Adit mengambil ancang-ancang dan dengan sekali sentakan, pintu itu terbuka.

        “Karla?” Wajah Adit memucat saat melihat kondisi Karla yang awut-awutan dengan baju yang basah kuyub. Adit menghampiri tubuh Karla dan memeluk cewek itu.
        Are you oke? Siapa yang lakuin semua ini?” tanya Adit lembut. “Karla? Lo kenapa?” Farran yang melihat sosok Karla sama khawatirnya dengan Adit. Cowok itu menghampiri Adit dan Karla.

        Karla memandangi Adit dan Farran dengan wajah sendu, lalu menggeleng pelan. “Kar, bilang sama gue siapa yang lakuin?” Farran membelai rambut Karla dan segera ditepis oleh tangan Adit.
        “Gue antar pulang ya Kar. Lo masih kuat jalankan? Atau mau gue gendong?” Adit membantu Karla berdiri. “Lo pulang sama gue aja deh Kar. Gue khawatir banget sama lo.” tawar Farran.

        Adit melotot sadis kearah Farran. “Karla biar sama gue aja! Lo nggak perlu repot-repotlah!” bentak Adit. Farran menghela nafas sembari lagi-lagi berusaha menahan emosinya.
        “Lo bisa nggak ngomong tuh lebih sopan dikit?” kata Farran. Adit mendengus kesal. “Gue capek banget ini. Lemes. Please jangan berantem didepan gue oke?” suara lemah Karla mampu meredam emosi kedua cowok itu.

        Adit memapah Karla menuju parkiran.
*@muthiiihauraa*

        Kevin berjalan mendekati Angga yang tengah asik membaca majalah sport-nya. Lelaki itu sama sekali tak menyadari bahwa anaknya kini sudah duduk dihadapannya.
        “Pa?” Kevin membuka suara, membuat Angga menatap dari balik majalahnya. “Heem?” Kevin menghembuskan nafas kesal saat mendengar jawaban yang sama sekali tidak mengenakkannya.

        “Besok band aku nampil. Papa ada waktu untuk datang?” tanya Kevin yang sama sekali tak ingin berbasa-basi. “Nggak. Sibuk.” Kevin tertawa sinis. Udah gue duga! Bagi lelaki yang gue panggil Papa ini, gue itu udah nggak berarti lagi. Padahal dulu, gue dekat banget sama Papa. Kemana-mana bareng Papa.

        “Besok juga hari ulang tahun Karla. Kita ngasih surprise apa Pa?” Angga menutup korannya seakan merasa terganggu dengan kehadiran Kevin.
“Kamu butuh uang berapa? Nanti Papa kirim.” Angga berlalu meninggalkan Kevin yang masih terpaku ditempatnya. Bukan uang Pa yang kami butuhin, tapi Papa. Kami butuh Papa yang dulu!
*@muthiiihauraa*

Sejak pulang dari kampus tadi, Karla sama sekali tidak mau bertemu dengan Kevin. Sedapat mungkin menjauh dari Kevin. Karla benar-benar kesal dengan Grasia dan menumpahkan semua itu pada Kevin.
Rambut Karla kini sudah dipotong pendek. Karla meraih kelinci pemberian Farran kepangkuannya. Dielus-elusnya dengan kasih sayang bulu kelinci itu.

“Ran. Gue kesel deh sama Kak Ivin. Sebenarnya sama cewek itu juga! Pokoknya kesel banget!”
TOK TOK TOK! “Dek? Boleh gue masuk?” Kevin mengetuk-ngetuk pintu kamar Karla. Sedikit merasa heran karna tak biasanya Karla mengunci pintu kamarnya.

“Nggak! Gue capek.” ujar Karla masih dalam posisi yang sama. Kevin meremas rambutnya kesal. Kenapa semua orang pada ngeselin hari ini?
“Lo marah sama gue?” tebak Kevin. Ada nada kesedihan lewat suara Kevin. “Menurut lo?” Kevin benar-benar tau kalau Karla memang marah pada dirinya.

“Salah gue apa?”
“Aaa. Pokoknya gue capek pengen tidur! Jangan ganggu gue.” bentak Karla kesal. Setelah mengucapkan kata-kata itu, ada sedikit rasa bersalah pada diri Karla. Bagaimana pun, Kevin tetaplah kakaknya. Orang yang ia amat sayangi melebihi apa pun.
expresi
source: pixabay

Fine. Night Aya. I love you. Gue sayang banget sama lo.” Kata-kata Kevin barusan membuat Karla merasa semakin bersalah. Tetesan bening jatuh menerpa pipi putih nan ranum milik gadis itu.
Ada sebilah rasa sesak yang menggerogoti hati Karla. Maafin Aya kak. Maaf.  Hp Karla berbunyi menandakan sebuah SMS masuk. Karla meraih Hp-nya dari atas meja belajarnya.


From : Kak Ivin ;* {}
Maaf kalau kak ada salah dengan Aya. Maaf. Sama sekali nggak berniat dalam hati kak buat ngecewain Aya karna Aya adalah harta berharga yang kak miliki. Maafin kakak ya. Kalau Aya maafin kakak, besok pagi datang ya kepenampilan band kakak. Love you my princess :*

Bersambung....

Tungguin part selanjutnya ya. Oke deh mungkin segini dulu. Salam sayang, @muthihaura1.
Rabu, 05 Februari 2020. 21.02 WIB

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: