Tentang Cinta #13
Ngomongin
hidup di usia mendekati 25 tahun ini bisa dibilang nano-nano. Ditambah lagi
teman-teman sekitar sudah memiliki life nya sendiri. Ada yang memilih untuk
menikah, S2, atau bahkan bekerja. Apapun pilihan itu, menurutku nggak ada yang
salah.
Nggak
ada yang terlalu cepat. Nggak ada yang terlalu lambat. Semua orang bergerak di
porosnya masing-masing. Aku nggak mungkin bisa ngikutin hidup A yang begini. Atau
ngikutin hidup B yang begitu. Semua ada porsinya masing-masing. Semua memiliki
strugglenya tersendiri.
Jadi
nggak pantas juga aku ngejudge hidup orang lain yang mungkin belum lulus
kuliah. Atau mungkin belum nikah atau sudah nikah dan lain sebagainya. Kalau bagi
aku, fokus terhadap apa yang sedang dituju dan dipilih, karna tiap orang ada
masanya, tiap masa ada orangnya.
Daripada
pusing ngomongin perkara tentang hidup, mending kasih kritik saran ya buat
cerbung lama aku. Iya, ini dulunya novel yang nggak di ACC penerbit. Jadi daripada
mendem doang di laptop aku, ada baiknya aku posting di blog ini. selamat
membaca.
Tentang Cinta#13
Karla
mematut dirinya didepan cermin. Sesekali dirapikannya rambutnya dengan
jari-jari tangannya. Pintu WC terbuka, membuat Karla menoleh sesaat dan detik
berikutnya kembali menatap bayangannya pada cermin.
“Karla.”
Karla menatap Grasia lewat cermin yang memantulkan tubuh mereka. Karla
berbalik. “Ya kak? Kenapa?” Tatapan Grasia tajam. Kedua tangannya ia lipat
didepan dada. Senyum sinis tersungging disudut bibirnya.
Karla
bingung, tapi ia menangkap gurat tak senang dari wajah Grasia. Ada apaan sih? Emangnya aku ada salah sama
nenek lampir ini? Karla membatin.
“Tau
nggak apa kesalahan lo?” Grasia maju mendekati Karla, membuat gadis berambut
pirang itu mundur menjauhi Grasia sehingga ia terpentok dicermin.
“Salah
apa kak?” Suara Karla bergetar pelan. Pandangan sinis Grasia mampu membuat
Karla bergeming ketakutan. Apa karna aku
dekat dengan Kak Farran? Karla menghela nafas pelan.
“Lo
mau tau kesalahan lo?” Grasia memain-mainkan rambut panjang Karla dengan
jarinya. Karla mengangguk dengan wajah pucat. “Karna lo udah berani masuk
kedalam kehidupan gue dan ngambil seseorang yang berharga dalam hidup gue!”
Karla
tercekat. Tuh kan bener! Dia cemburu sama
aku karna aku dekat dengan Kak Farran!
“Gue
cemburu sama lo! Cemburu karna lo bisa sedekat itu dengan dia!” Grasia
mengeluarkan gunting dari dalam tasnya. Memain-mainkan gunting itu tepat
didepan wajah Karla.
Wajah
Karla memucat. Dengan sadis Grasia meraih rambut Karla dan memotong-motongnya
dengan model acak-acakan. Karla histeris, tapi ia benar-benar tidak bisa
berbuat apa-apa.
“Ini
akibat lo ngedeketin Kevin gue!” ucap Grasia sinis. Kevin? Kak Ivin? Jadi bukan Kak Farran?
*@muthiiihauraa*
"Ini
latihan terakhir kita! Besok kita udah tampil, jadi gue harap kita bisa
optimal. Dan buat lo Kev, tolong jangan bawa-bawa masalah lo dalam latihan
kita!” kata Ari yang terkesan berwibawa.
Kevin
tersenyum sinis. “Iya. I know.” Jawab
Kevin malas. “Ya udah break dulu kita yok? Haus gue.” Farran berjalan menuju
meja dan meraih sebotol air putih.
Farran
merebahkannya tubuhnya diatas shofa dan segera diteguknya air putih itu hingga
tersisa setengah. Kevin memandang Farran dengan penuh kebencian.
Lo udah berhasil
ngerebut Aya dari gue dan gue nggak kan pernah rela. Kevin
mendengus kesal. “Lo kenapa? Ada masalah dengan Farran?” tanya Ari yang rupanya
melihat perubahan pada Kevin saat berdekatan dengan Farran.
“Nggak.
Biasa aja.” Kevin menyandarkan punggungnya pada dinding ruang music, tangannya
ia lipat didepan dada. Ari tertawa pelan. “Gue kenel kalian nggak satu dua hari
ini. Come on! Cerita sama gue.”
Kevin
menatap Ari dengan tatapan sinis. “Bisa nggak kalau nggak ikut campur dalam
urusan pribadi orang?” tanya Kevin sinis. Ari tertegun. Sama sekali tak
menyangka dengan kalimat yang diucapkan Kevin barusan.
Ari
menghela nafas. “Oke. Fine!” Ari
mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Heey! Ngapain kalian mojok disitu
berdua. Pada nggak haus apa?” Farran tertawa menanggapi candaannya sendiri.
Ari
tertawa, lalu berjalan menghampiri Farran.
*@muthiiihauraa*
Karla
menatap Hp-nya. Berkali-kali telpon dari Adit, ia reject. Karla menghela nafas
sembari mengelap pipinya yang basah oleh tangisannya. “Kenapa sih gini-gini
amat?”
Karla
memegangi rambutnya yang sangat awut-awutan. Tangis gadis itu semakin pecah.
Sedangkan dikoridor kampus, Adit berkali-kali menatap Hp-nya. Berharap ada SMS
atau telpon dari Karla.
Entah
kenapa tak melihat Karla diruang kelas tadi benar-benar membuatnya khawatir.
Telponnya pun bahkan direject. “Lo kemana sih Kar? Nggak biasanya lo nggak datang
tanpa kabar gini.”
![]() |
source: pixabay |
Bayangan-bayangan
kemungkinan buruk memenuhi ruang kepala Adit. Cowok itu menghela nafas pelan.
Ditatapnya wallpaper Hp-nya yang memperlihatkan sosok Karla yang tengah
tersenyum. Photo itu diambilnya secara diam-diam.
Gue tau sekarang
kalau gue bener-bener mencintai lo. Lagi-lagi entah untuk
yang keberapa kalinya Adit menghembuskan nafas kesal. Hp Adit bergetar
menandakan sebuah SMS masuk. Adit membuka SMS itu.
From : My princess Karla
Gue
di WC samping kantin. Bisa lo kesini?
*@muthiiihauraa*
Farran
berjalan gontai menuju kantin. Kedua tangannya ia masukkan kesaku celananya.
Saat ini memang cowok itu mendapat tugas membelikan rokok untuk Ari.
Beberapa teman-teman bahkan juniornya
tersenyum menyapa saat ia lewat. Tiba-tiba seseorang menabrak Farran hingga
cowok itu tersungkur dengan siku menubruk lantai.
“Eeh. Lo jalan pakai mata dong!” ujar
Adit yang terlihat sangat terburu-buru. Padahal jelas-jelas ia yang salah.
Farran bangkit sembari menatap tajam kearah Adit.
“Kenapa jadi lo yang marah-marah? Lo
yang nabrak, harusnya minta maaf dong.” Farran mengepalkan tinjunya. Memang
dari dulu Farran paling tidak bisa menahan emosi saat berhadapan dengan Adit.
“Ah, udahlah! Nggak ada waktu buat
ngeladenin lo. Gue buru-buru.” ucap Adit sembari berlalu tanpa merasa bersalah
terhadap Farran. “Shit!” Farran
merutuk sembari mengikuti langkah Farran.
Lo
pikir bisa lari dari gue? Dasar junior ingusan! Batin Farran.
Adit berhenti didepan sebuah WC yang
pintunya terkunci dari luar. Dipintu itu tertulis : ‘WC rusak.’ Farran
mengernyit memandang Adit yang tengah berdiri bingung didepan WC itu.
“Kar? Lo didalam?” Adit mengedor-ngedor
pintu itu. “Ngapain lo ha?” Farran mendekati Adit sambil berkacak pinggang.
Senyum sinis tersungging dari sudut bibir Farran.
“Hah, ternyata ada penguntit disini.”
Adit mendengus kesal. “Lo itu jadi junior sopan dikit ngapa?” Farran mendorong
bahu Adit, tapi untung Adit tidak sampai terjatuh.
Adit seolah acuh dengan perbuatan
Farran, cowok itu malah kembali mendekati pintu dan mengetok-ngetok pintu itu.
“Kar, Please jawab gue. lo didalam?”
Nada suara Adit penuh kekhawatiran.
“Iya.” Suara parau dari dalam WC
terdengar, membuat Adit semakin merasa khawatir. Sedangkan Farran menatap
kejadian itu dengan tatapan tak mengerti.
“Lo menjauh dari pintu oke? Gue dobrak
pintunya.” Karla mengikuti intruksi dari Adit dan bersender didinding dengan
kedua tangan memeluk lutut. Adit mengambil ancang-ancang dan dengan sekali
sentakan, pintu itu terbuka.
“Karla?” Wajah Adit memucat saat melihat
kondisi Karla yang awut-awutan dengan baju yang basah kuyub. Adit menghampiri
tubuh Karla dan memeluk cewek itu.
“Are
you oke? Siapa yang lakuin semua ini?” tanya Adit lembut. “Karla? Lo
kenapa?” Farran yang melihat sosok Karla sama khawatirnya dengan Adit. Cowok
itu menghampiri Adit dan Karla.
Karla memandangi Adit dan Farran dengan
wajah sendu, lalu menggeleng pelan. “Kar, bilang sama gue siapa yang lakuin?”
Farran membelai rambut Karla dan segera ditepis oleh tangan Adit.
“Gue antar pulang ya Kar. Lo masih kuat
jalankan? Atau mau gue gendong?” Adit membantu Karla berdiri. “Lo pulang sama
gue aja deh Kar. Gue khawatir banget sama lo.” tawar Farran.
Adit melotot sadis kearah Farran. “Karla
biar sama gue aja! Lo nggak perlu repot-repotlah!” bentak Adit. Farran menghela
nafas sembari lagi-lagi berusaha menahan emosinya.
“Lo bisa nggak ngomong tuh lebih sopan
dikit?” kata Farran. Adit mendengus kesal. “Gue capek banget ini. Lemes. Please jangan berantem didepan gue oke?”
suara lemah Karla mampu meredam emosi kedua cowok itu.
Adit memapah Karla menuju parkiran.
*@muthiiihauraa*
Kevin berjalan mendekati Angga yang
tengah asik membaca majalah sport-nya. Lelaki itu sama sekali tak menyadari
bahwa anaknya kini sudah duduk dihadapannya.
“Pa?” Kevin membuka suara, membuat Angga
menatap dari balik majalahnya. “Heem?” Kevin menghembuskan nafas kesal saat
mendengar jawaban yang sama sekali tidak mengenakkannya.
“Besok band aku nampil. Papa ada waktu
untuk datang?” tanya Kevin yang sama sekali tak ingin berbasa-basi. “Nggak.
Sibuk.” Kevin tertawa sinis. Udah gue
duga! Bagi lelaki yang gue panggil Papa ini, gue itu udah nggak berarti lagi.
Padahal dulu, gue dekat banget sama Papa. Kemana-mana bareng Papa.
“Besok juga hari ulang tahun Karla. Kita
ngasih surprise apa Pa?” Angga
menutup korannya seakan merasa terganggu dengan kehadiran Kevin.
“Kamu
butuh uang berapa? Nanti Papa kirim.” Angga berlalu meninggalkan Kevin yang
masih terpaku ditempatnya. Bukan uang Pa
yang kami butuhin, tapi Papa. Kami butuh Papa yang dulu!
*@muthiiihauraa*
Sejak
pulang dari kampus tadi, Karla sama sekali tidak mau bertemu dengan Kevin.
Sedapat mungkin menjauh dari Kevin. Karla benar-benar kesal dengan Grasia dan
menumpahkan semua itu pada Kevin.
Rambut
Karla kini sudah dipotong pendek. Karla meraih kelinci pemberian Farran
kepangkuannya. Dielus-elusnya dengan kasih sayang bulu kelinci itu.
“Ran.
Gue kesel deh sama Kak Ivin. Sebenarnya sama cewek itu juga! Pokoknya kesel
banget!”
TOK
TOK TOK! “Dek? Boleh gue masuk?” Kevin mengetuk-ngetuk pintu kamar Karla.
Sedikit merasa heran karna tak biasanya Karla mengunci pintu kamarnya.
“Nggak!
Gue capek.” ujar Karla masih dalam posisi yang sama. Kevin meremas rambutnya
kesal. Kenapa semua orang pada ngeselin
hari ini?
“Lo
marah sama gue?” tebak Kevin. Ada nada kesedihan lewat suara Kevin. “Menurut
lo?” Kevin benar-benar tau kalau Karla memang marah pada dirinya.
“Salah
gue apa?”
“Aaa.
Pokoknya gue capek pengen tidur! Jangan ganggu gue.” bentak Karla kesal.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, ada sedikit rasa bersalah pada diri Karla.
Bagaimana pun, Kevin tetaplah kakaknya. Orang yang ia amat sayangi melebihi apa
pun.
![]() |
source: pixabay |
“Fine. Night Aya. I love you. Gue sayang banget sama lo.” Kata-kata Kevin barusan membuat Karla merasa semakin bersalah.
Tetesan bening jatuh menerpa pipi putih nan ranum milik gadis itu.
Ada
sebilah rasa sesak yang menggerogoti hati Karla. Maafin Aya kak. Maaf. Hp
Karla berbunyi menandakan sebuah SMS masuk. Karla meraih Hp-nya dari atas meja
belajarnya.
From : Kak Ivin ;* {}
Maaf
kalau kak ada salah dengan Aya. Maaf. Sama sekali nggak berniat dalam hati kak
buat ngecewain Aya karna Aya adalah harta berharga yang kak miliki. Maafin
kakak ya. Kalau Aya maafin kakak, besok pagi datang ya kepenampilan band kakak.
Love you my princess :*
Bersambung....
Tungguin part selanjutnya
ya. Oke deh mungkin segini dulu. Salam sayang, @muthihaura1.
Rabu, 05 Februari 2020.
21.02 WIB
0 komentar: