3 Pelajaran Berharga dari Film Teman Tapi Menikah
Kita
nggak akan pernah bisa mengendalikan kejadian yang terjadi dalam hidup kita.
Kita nggak akan bisa mengendalikan komentar orang terhadap diri kita. Kita
nggak akan bisa mengendalikan orang-orang agar menyukai dan satu pemikiran
dengan kita. Ya, nggak akan bisa. Yang bisa kita kendalikan adalah respon kita
terhadap apa yang terjadi.
Seperti
halnya saat ini. ditengah merebaknya virus Covid-19, kita nggak bisa
mengendalikannya untuk langsung lenyap begitu saja, tapi kita bisa
mengendalikan diri kita untuk nggak keluar rumah jika itu nggak terlalu
penting. Selain itu, kita juga bisa mengendalikan diri kita untuk produktif
atau tidak.
Dan
aku memilih untuk lebih produktif, terutama produktif menghasilkan konten.
Memang saat ini, focusku lebih banyak tersita ke youtube, tapi bukan berarti
aku melupakan blog ini. Sama sekali nggk. Aku bertumbuh bersama blog ini,
lantas alasan apa yang membuat aku meninggalkannya?
Sekitar
hampir dua mingguan yang lalu, aku menonton film ‘Teman Tapi Menikah’. Film
lama sih, Cuma aku baru menonton. Aku memilih menonton film ini karna aku
ngerasa kayanya ceritanya bakal relavan dengan kehidupan aku. Ya, aku dan C
dulunya juga Cuma temenan hingga kemudian berusaha untuk berkomitmen.
Ada
banyak pelajaran dari film Teman Tapi Menikah ini, tapi kayanya kita bahas
terlebih dahulu terkait film ini ya.
Mengenal Film Teman Tapi Menikah
Film
Teman Tapi Menikah ini rilis pada 28 Maret 2018. Iya memang aku ketinggalan
banget wkwk. Aku memang nggak terlalu update dengan dunia perfilman. Bisa dikatakan,
aku bukan pecinta film haha. Padahal aku anak broadcasting yang ‘laboratorium’nya
itu adalah hal-hal berkaitan dengan dunia perfilman.
![]() |
source: tabloidbintang |
Baca Juga: BROADCASTING
Tapi
akhir-akhir ini lagi gencar-gencarnya nonton film atau webseries, soalnya
diamanahkan dari kantor untuk bikin webseries In syaa Allah. Tentu saja nunggu
keadaan wabah corona membaik. Kantor? Pasti
kalian berfikiran seperti itu bukan? Seorang Muthi Haura yang katanya lebih
ingin bekerja freelance, akhirnya ngantor? Entar deh ya aku cerita di postingan
lainnya haha.
Baca Juga: BEKERJA SEBAGAI FREELANCER
Balik
lagi ke film Teman Tapi Menikah, film ini disutradarai oleh Rako Prijanto
dengan pemeran utamanya Adipati Dolken sebagai Ditto dan Vanesha Prescilla
sebagai Ayudia Bing Slamet. Film ini memiliki alur yang lumayan susah ditebak. Aku
pikir si Ayudia bakalan beneran nikah dengan pacarnya, eh ternyata ternyata
teryata teryata, tonton sendiri deh pokoknya haha. Nggak mau spoiler.
3 Pelajaran Berharga dari Film Teman
Tapi Menikah
Dari
film ini, aku dapat menyimpulkan bahwa persahabatan antara lelaki dan perempuan
itu bullshit. Bohong kalau bilang tanpa perasaan lebih sekedar ‘sahabat’. Entah
cowoknya yang menyimpan rasa atau bahkan mungkin si cewenya. Atau justru
keduanya. Aku juga jadi bisa nyimpulkan bahwa jika seorang laki-laki sudah
jatuh cinta, seplayboy apapun laki-laki ini, ia tetap tidak akan bisa
berpaling. Dihatinya Cuma perempuan yang benar-benar dicintainya itu.
Pelajaran
pertama yang aku dapat dari film ini
adalah, jadikan orang-orang yang kita sayang itu sebagai motivasi agar kita
bisa lebih maju. Seperti halnya Ditto yang menjadikan Ayu motivasi hingga ia
bisa sukses. Sebenarnya nggak terlalu bagus sih jika motivasi itu datangnya
dari luar. Nggak akan bertahan lama. Bagusnya memang motivasi dari dalam diri
sendiri, tapi aku rasa, nggak ada salahnya juga sih.
Cuma
harus tau konsekuensi bahwa jika orang yang kamu jadikan motivasi itu
meninggalkanmu atau membuatmu terluka, kamu akan patah sepatah-patahnya. Kamu
akan merasa sangat terluka. Semua itu kembali ke diri masing-masing sih.
Pelajaran kedua yang aku dapat
adalah bahwa laki-laki ataupun perempuan harus bisa jujur dengan perasaannya
sendiri.
Memang
sih dalam persahabatan, mengutarakan itu mempunyai konsekuensi yang ‘berat’.
Antara pilihan diterima atau justru malah dijauhi nantinya, tapi beginilah
hidup. Kamu mengungkapkan, kamu akan merasa sakit jika ditolak. Kamu nggak
mengungkapkan, kamu juga akan merasa sakit jika melihat dia jalan sama orang
lain. Atau saat mendengarkan kisah cintanya dengan orang lain.
Yap,
ibarat makan buah simalakama. Ribet sih memang jika dari teman atau sahabat itu
kemudian menjadi cinta. Awal-awal dekat dengan C, aku juga sempat merasakan
ketakutan itu. Kami dekat, sahabatan, lalu bohong kalau aku bilang rasa itu
nggak muncul. Btw, trimakasih untuk C udah mau jadi sahabat, teman, partner
yang sungguh bertanggung jawab sama aku.
Trimakasih
udah sayang aku. Udah banyaklah bantuin aku. Yuk kita sukses sama-sama ya.
Pelajaran ketiga yakni harus percaya
takdir Allah, jika seseorang itu memang jodohmu, senggak mungkin apapun, pasti
akhirnya Allah satukan. Semustahil apapun pasti tetap akan bersama. Tulang
rusuk tak akan pernah ketukar.
Aku
dan C pun belum tentu berjodoh, tapi semoga saja. Tolong bantu aminkan ya,
Trimakasih. Doa terbaik juga untuk kalian. Oke deh. Mungkin segini dulu. Semoga
bermanfaat ya. Salam sayang, @muthihaura1.
Rabu,
1 April 2020. 20.59 WIB.
0 komentar: