Kenapa Suka Masak?

21.09 muthihaura 0 Comments


Halo Assalamua’laikum. Gimana kabarnya nih teman-teman semua? Semoga sehat selalu ya. Tetap jaga kesehatan. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah amin. Malam ini entah kenapa agak puyengan akunya. Kayanya gara-gara kelamaan natap layar handphone nih haha.

Radiasi hp ini emang bikin kepala pusing kali ya. Tapi aku maksain buat nulis. Aku kan targetnya one day one post untuk blog ini. Kemaren nggak kecapai karna keasikan main hp. Huhu. Terkadang hp bikin nggak produktif. Seharian full tadi juga sibuk ngurusin rumah, jadi nggak sempat nulis.

Iya, sok sibuk memang, padahal lagi nggak sholat. Seharusnya banyak waktu yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Ah, self reminder banget buat aku agar bisa manage waktu dengan baik. Beberapa minggu yang lalu, salah seorang adik tingkat datang kerumah. Dia main-main ke dapur aku sambil nyeletuk: “Sejak kapan kakak suka masak? Kok bisa tiba-tiba bikin ig @dapurhauraa? Perasaan dulu nggak ada ngepost-ngepost masak? Bla bla bla.”


Sebenarnya pertanyaan ini udah sering juga mampir ke aku. Sejak kapan suka masak? Sejak kapan belajar masak dan lain sebagainya seputar masak memasak plus dunia perdapuran. Nah, di post ini, aku penge cerita sedikit kenapa aku suka masak. Sejak kecil, entah kenapa, aku suka banget nonton master chef Indonesia.


Ingat banget dulu itu master chef tayang jam 14-an di RCTI hari Sabtu Minggu. Eh bener nggak? Aku pasti selalu pantengin tuh. Yang paling aku ingat banget itu pas seosion entah keberapa, pokoknya ada Yulia Baltschun, Luvita, dan lain sebagainya. Di seosion ini, aku jagoin Luvita dan ternyata Luvita menang. Senang banget dong aku padahal nggak kecipratan apa-apa haha.

Walaupun suka nonton master chef, aku tetap aja nggak bisa masak. Serius. Cuma suka nonton, tapi nggak eksekusi. Nyatat resep juga suka, tapi nggak eksekusi juga wkwk. Ditahun 2012, lebih tepatnya September 2012, umi meninggal. Tentu saja ini cambuk besar bagi aku yang anak pertama perempuan.

Saat itu aku masih kelas 11 SMA. Kebetulan dirumah bareng nenek juga. Jadi sejak kecil, selain diasuh aba umi, aku dan adik-adik juga diasuh nenek. Jadi sejak umi meninggal, aku sering bantu nenek masak. Beberapa kali juga aku yang masak. Tapi basicnya itu basic banget, kaya Cuma masak telur dicabein. Ikan dicabein. Pokoknya semua dicabein, Cuma rasa cabenya pun kadang gosong. Pokoknya ngelihat cabe yang aku masak itu nggak berselera deh.

1 Juni 2014, pukulan berat datang lagi, nenek meninggal. Otomatis dirumah, aku perempuan tertua yang mau nggak mau kudu ngambil alih tugas rumah tangga. Saat 2014 itu, aku semester 2-3 dikampus. Sejak itu, semua tugas rumah aku yang megang plus harus bagi waktu untuk kuliah. Harus bagi waktu juga untuk freelance, karna aku freelance writer.


Trus juga harus bagi waktu untuk organisasi. Memang sejak awal kuliah, aku aktif berorganisasi, salah satu organisasi yang aku ikutin hingga akhir perkuliahan adalah LPM Gagasan. Nggak hanya itu, di LPM, aku dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi selama dua periode.


Menjadi pimpinan tentu saja menambah ‘beban’. Aku juga harus berkali-kali menyesuaikan waktu agar semua termanage dengan baik. Nah, sejak nenek meninggal ini, aku juga belum bisa dikatakan ahli dalam masak memasak. Aku nggak kenal food preparation sehingga belanjaan itu banyak yang busuk dikulkas, trus terbuang percuma.

Aku nggak bisa masak gulai. Masak aku masih basic, sampai-sampai adik bungsuku yang selalu bawa bekal kesekolah bilang gini: “Kak, tadi teman Dani minta lauk, trus katanya nggak enak. Cabenya gosong.”

Ya Allah ngingat itu aku ngerasa bersalah karna nggak ngasih makanan yang enak buat adik-adikku dan buat ayahku. Ditahun 2016, aku KKN di Desa Pulau Jambu Cerenti Kuantan Singingi. Teman-temanku pada jago masak. Dari sini deh muncul kesadaran dan aku bilang ke diri aku bahwa aku belajar masak. Bahwa aku harus pintar masak.

Baca Juga: KKN

Sejak pulang KKN di 2016 itu, aku mulai belajar masak. Mulai kenal food preparation. Mulai baca caranya baking. Mulai suka dunia perdapuran deh. Apakah aku langsung ahli? Oh tentu saja nggak, karna semuanya itu butuh proses. Berkali-kali aku masak, berkali-kali rasanya itu aneh, tapi hal itu nggak buat aku berhenti untuk mencoba.

Di tahun 2019, aku terpilih untuk mengikuti pelatihan di UPTLK kelas Tata Boga. Senang? Pasti! Disini aku belajar banyak hal dari dasar-dasarnya. Disini juga aku kenal teman-teman yang satu ‘aliran’ sama aku. Yap, yang sama-sama suka masak dan ingin belajar terkait dunia masak memasak.

pie brownies dapurhauraa
Pie brownies masakanku. Cek resep di channel youtubeku
 
roti sosis dapurhauraa
Roti sosis buatanku. Cek resep di channel youtubeku

Disaat pelatihan ini, aku mulai PD untuk ngeup photo-photo hasil masakan aku. Aku juga jadi PD untuk bawakan makanan yang aku masak untuk adik-adik disekre Gagasan waktu itu. Atau ngajakin teman makan dirumah. Iya, baru PD. Dulu-dulu nggak PD, karna aku terlalu takut mendengar komentar orang.

Disaat pelatihan juga, aku mutusin buat instagram baru dengan user name @dapurhauraa. Di instagram itu, aku nemu banyak teman-teman online yang hoby masak, hoby bersihin rumah, hoby berkebun, dan hal-hal positif lainnya. Tentu saja, membuat aku juga semakin berpacu untuk terus mengembangkan diri dalam dunia masak memasak.

Akhirnya, aku juga mulai up resep-resep di channel youtube aku. Dan hingga saat ini, aku masih terus belajar masak. Aku sama sekali nggak bilang kalau aku ahli. Aku hanya seorang pembelajar dan akan selalu belajar dalam dunia masak memasak ini.

Lagian aku percaya bahwa, salah satu hal yang membuat laki-laki menetap adalah dari masakan kita. Trus juga, jika kelak aku punya anak. Aku ingin anak-anakku merindui masakanku dikala mereka jauh dariku. Hehe sesimple itu.

Oke deh, segini dulu cerita dari aku. Ayo belajar masak bareng. Salam sayang, @dapurhauraa.
Jum’at, 1 Mei 2020. 20.55 WIB.

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: