Aku dan LPM Gagasan
Assalamua'laikum teman-teman. Bagaimana kabarnya dan sedang apa nih? Hari ini aku mau post tulisan ini aja. Baru nulis ini kemaren malam untuk buku antologi Gagasan, tapi ga tau kapan updatenya nih.
Baca Juga: ARTI GAGASAN BAGIKU
Baca Juga: ARTI GAGASAN BAGIKU
Aku dan LPM Gagasan
Kamu hari ini terbentuk dari bagaimana kamu
yang dulu. Kamu yang sekarang terbentuk dari banyaknya proses, luka, air mata,
dan tawa dimasa lalu. Kamu tak akan pernah bisa mengulang takdir. Kamu tak akan
pernah bisa meminta terlahir seperti apa dan dari orang tua mana.
Kamu
tak akan pernah bisa mendelete masa lalu semenyakitkan apapun masa lalu itu.
Tapi, kamu bisa merancang ingin menjadi seperti apa kamu dimasa sekarang. Tentu
saja akan banyak proses untuk menjadi seperti apa yang kamu inginkan, tapi
bukan berarti tak bisa, iya kan?
Namaku Muthi Haura. April 2018 lalu, aku
resmi melepaskan diri sebagai mahasiswi Strata Satu di UIN Suska Riau. Saat
awal kuliah, teman-teman SMA-ku banyak yang bertanya, kenapa memilih UIN Suska
Riau? For your information, aku
lulusan SMA yang katanya cukup favorit di Riau, MAN 2 Model Pekanbaru. Dan
teman-teman SMA-ku bermimpi untuk melanjutkan studynya keluar pulau, bahkan
keluar negeri.
Aku? Karna satu dan lain hal, aku tetap stay di Pekanbaru. Memilih UIN Suska
sebagai tempat aku berproses mencari jati diri. Bagiku, bukan kampusnya yang
akan membuat seseorang itu sukses, tapi diri orang itu sendiri. Fasilitas
kampus itu hanya penunjang, diri sendiri yang sepenuhnya menentukan akan
bagaimana dan seperti apa kedepannya.
![]() |
Photo ga nyambung dengan caption |
Menjadi seorang mahasiswi kala itu tidak
lantas membuatku semakin dewasa. Aku masih si penakut. Aku masih si pemalu. Aku
masih si pendiam. Parahnya, aku mengambil jurusan komunikasi. Aku seperti
menantang diri untuk keluar dari zona nyamanku. Aku katakan pada diriku kala
itu, aku harus berubah jadi lebih baik. Aku harus bisa punya banyak pengalaman
yang membuat diri aku terus berkembang. Aku nggak boleh berhenti berproses.
Saat kuliah juga, aku mengikuti beberapa
organisasi, salah satunya LPM Gagasan. Ya, Lembaga Pers Mahasiswa Gagasan. Waw
bukan? Aku masuk Gagasan di semester dua kuliah, padahal saat itu, Gagasan
sudah nggak open recruitmen lagi. Sungguh pengurus-pengurus ditahun itu sangat
berbaik hati. Kala itu, Pimpinan Umumnya Bang Gilang dan Pimpinan Redaksinya
Kak Wilna.
Ternyata berproses di Gagasan bukanlah
hal yang mudah. Apalagi bagi aku yang pendiam, penakut, dan pemalu ini. Tapi
seiring berjalannya waktu, Gagasan membentukku menjadi sosok yang lebih baik
dari sebelumnya. Gagasan memaksaku untuk terus berkembang. Gagasan membuatku
untuk berani mencoba sesuatu hal yang baru. Terlalu banyak hal yang aku
pelajari di Gagasan yang sebenarnya terlalu singkat jika harus diceritakan
empat hingga lima halaman.
Saat awal masuk Gagasan, ku akui, aku
bukanlah anak magang yang baik. Aku jarang ngasih berita. Jarang datang
kesekre. Jarang ikut kelas yang diadakan senior. Sering hilang timbul di
Gagasan. Sering muntaber juga alias muncul tampa berita. Ya, itu hal-hal yang
aku sesali hingga kini. Suka iri ngelihat adik-adik magang baru ditahun-tahun
sekarang yang semangat banget nyari berita. Terbesit juga dulu di dalam hati,
kenapa aku nggak kaya mereka? Kenapa aku nggak dari dulu serius belajar di
Gagasannya?
Kenapa aku nggak dari dulu nyari link di
luar dan di dalam Gagasan? Kenapa aku nggak manfaatkan setiap kesempatan di
Gagasan untuk belajar? Kenapa aku dulu nggak ngedeketin senior-senior untuk
bisa belajar lebih? Kenapa dan kenapa? Nyatanya, nasi udah menjadi bubur. Bubur
tidak akan pernah bisa kembali menjadi nasi, tinggal bagaimana cara aku untuk
membuat bubur itu tetap enak dinikmati.
Tahun demi tahun berlanjut di Gagasan.
Aku memompa diri untuk belajar lebih baik, walau aku akui, fase ingin menyerah
itu ada. Fase bosan itu ada. Seleksi alam itu ada. Tapi aku tak ingin mundur untuk
sesuatu hal yang aku pilih sendiri secara sadar. Prinsip aku, kalau udah basah,
ya udah tenggelam aja sekalian. Tentu saja prinsip itu aku terapkan dalam
hal-hal positif ya.
Siapa sangka ditahun 205, aku dipercaya
sebagai redaktur. 2016, aku berangkat PJTL di LPM Ganto Sumbar. Sebelumnya,
karna aku nggak ikut PJTD di Gagasan, aku di PJTD-in di LPM Bahana. Sepulang
PJTL, semangatku di Gagasan semakin terpompa. Ditambah juga bimbingan oleh
senior-senior yang semakin mengarahkan.
Tahun 2016 menjadi puncak awal beban
bagiku. Pasalnya, ditahun itu, aku dipercaya sebagai Pimpinan Redaksi dengan
Pimpinan Umumnya Toni dan Pimpinan Perusahaannya Hanif. Itu seakan beban berat
dicampakkan ke pundakku. Berat, teramat berat. Aku nangis setelah mubes. Apa
aku bisa? Aku bukan orang yang pandai mengambil keputusan. Aku bukan orang yang
pandai mempertahankan pendapat. Aku bukan orang yang pandai memimpin orang
lain. Aku bukan contoh kakak yang baik buat adik-adik di Gagasan. Why me?
***
Ternyata diamanahkan sebagai Pimpinan
Redaksi itu memang sungguh sangat berat. Di dalam lembaga pers, Pimpinan
Redaksi adalah inti kuncinya dan aku dituntut untuk bisa. Aku dituntut untuk
semakin belajar. Untuk bisa peka isu. Untuk bisa belajar mengambil keputusan.
Untuk bisa ngebimbing adik-adik. Dan untuk untuk bisa lainnya.
Aku juga semakin dituntut untuk pandai
mengatur waktu antara kuliah, kerjaan dirumah, job nulis, LPM Gagasan, dan
organisasi di fakultas. Memang tidak mudah, tapi kuakui, semua hal itu membuat
aku belajar banyak hal. Membentuk aku untuk menjadi pribadi yang jauh lebih
baik ketimbang aku yang dulu.
Di tahun 2017, aku kembali dipercaya
sebagai Pimpinan Redaksi dengan Pimpinan Umumnya Hanif dan Pimpinan
Perusahaannya Ika. Ditahun ini, sebagai Pimpinan Redaksi, aku lebih siap
ketimbang tahun sebelumnya, walau masih kuakui, aku bukan pimpinan yang baik.
Tahun 2017 inilah menurut aku tahun yang
paling berkesan di Gagasan. Liputan, dimarahin narsum, diancam penjara, kekunci
di lift rektorat, tidur disekre, begadang karna deadline majalah, permasalahan
di internal Gagasan, ke Yogya mewakili Gagasan, dicarutin bang Hafis, dimarahin
bang Hafis, nangis-nangis dibelakang sekre sama Ika, jalan-jalan bareng
adik-adik Gagasan, masak di sekre, jualan pas wisuda, dan lain sebagainya. Sangat
berkesan. Salah satu proses yang membuat aku lebih dewasa pastinya.
***
Semua hal yang aku alamin di Gagasan
adalah satu hal yang aku syukuri dalam hidup. Gagasan bagaikan rumah kedua,
disini aku dapat banyak keluarga. Aku dapat banyak kakak, abang, adik, teman,
sahabat, dan cinta. Haha, iya, aku pernah ngerasain cinta di Gagasan.
Trimakasih untuk semua orang di Gagasan yang membuat kisah kuliahku semakin
berkesan. Trimakasih untuk Hanif, Ika, Bang Hafis, Kak Wilna, Bang Ari, Adrial,
Nafi, Ayu, Aqib, Payung, Kiki, Mbak Lin, Laila, Angel, dan kakak abang teman
adik lainnya yang namanya terlalu panjang untuk disebutkan satu persatu.
Trimakasih untuk semua ilmu dan
bimbingannya. Trimakasih untuk semua cerita ini dan maaf untuk semua hal yang
menyebalkan dari seorang Muthi Haura. See you at the top!
0 komentar: