Aku dan LPM Gagasan

21.14 muthihaura 0 Comments

Assalamua'laikum teman-teman. Bagaimana kabarnya dan sedang apa nih? Hari ini aku mau post tulisan ini aja. Baru nulis ini kemaren malam untuk buku antologi Gagasan, tapi ga tau kapan updatenya nih.

Baca Juga: ARTI GAGASAN BAGIKU


Aku dan LPM Gagasan

            Kamu hari ini terbentuk dari bagaimana kamu yang dulu. Kamu yang sekarang terbentuk dari banyaknya proses, luka, air mata, dan tawa dimasa lalu. Kamu tak akan pernah bisa mengulang takdir. Kamu tak akan pernah bisa meminta terlahir seperti apa dan dari orang tua mana.
Kamu tak akan pernah bisa mendelete masa lalu semenyakitkan apapun masa lalu itu. Tapi, kamu bisa merancang ingin menjadi seperti apa kamu dimasa sekarang. Tentu saja akan banyak proses untuk menjadi seperti apa yang kamu inginkan, tapi bukan berarti tak bisa, iya kan?

Namaku Muthi Haura. April 2018 lalu, aku resmi melepaskan diri sebagai mahasiswi Strata Satu di UIN Suska Riau. Saat awal kuliah, teman-teman SMA-ku banyak yang bertanya, kenapa memilih UIN Suska Riau? For your information, aku lulusan SMA yang katanya cukup favorit di Riau, MAN 2 Model Pekanbaru. Dan teman-teman SMA-ku bermimpi untuk melanjutkan studynya keluar pulau, bahkan keluar negeri.

Aku? Karna satu dan lain hal, aku tetap stay di Pekanbaru. Memilih UIN Suska sebagai tempat aku berproses mencari jati diri. Bagiku, bukan kampusnya yang akan membuat seseorang itu sukses, tapi diri orang itu sendiri. Fasilitas kampus itu hanya penunjang, diri sendiri yang sepenuhnya menentukan akan bagaimana dan seperti apa kedepannya. 

Gagasan
Photo ga nyambung dengan caption

Menjadi seorang mahasiswi kala itu tidak lantas membuatku semakin dewasa. Aku masih si penakut. Aku masih si pemalu. Aku masih si pendiam. Parahnya, aku mengambil jurusan komunikasi. Aku seperti menantang diri untuk keluar dari zona nyamanku. Aku katakan pada diriku kala itu, aku harus berubah jadi lebih baik. Aku harus bisa punya banyak pengalaman yang membuat diri aku terus berkembang. Aku nggak boleh berhenti berproses. 

Saat kuliah juga, aku mengikuti beberapa organisasi, salah satunya LPM Gagasan. Ya, Lembaga Pers Mahasiswa Gagasan. Waw bukan? Aku masuk Gagasan di semester dua kuliah, padahal saat itu, Gagasan sudah nggak open recruitmen lagi. Sungguh pengurus-pengurus ditahun itu sangat berbaik hati. Kala itu, Pimpinan Umumnya Bang Gilang dan Pimpinan Redaksinya Kak Wilna. 


Ternyata berproses di Gagasan bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi aku yang pendiam, penakut, dan pemalu ini. Tapi seiring berjalannya waktu, Gagasan membentukku menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Gagasan memaksaku untuk terus berkembang. Gagasan membuatku untuk berani mencoba sesuatu hal yang baru. Terlalu banyak hal yang aku pelajari di Gagasan yang sebenarnya terlalu singkat jika harus diceritakan empat hingga lima halaman.

Saat awal masuk Gagasan, ku akui, aku bukanlah anak magang yang baik. Aku jarang ngasih berita. Jarang datang kesekre. Jarang ikut kelas yang diadakan senior. Sering hilang timbul di Gagasan. Sering muntaber juga alias muncul tampa berita. Ya, itu hal-hal yang aku sesali hingga kini. Suka iri ngelihat adik-adik magang baru ditahun-tahun sekarang yang semangat banget nyari berita. Terbesit juga dulu di dalam hati, kenapa aku nggak kaya mereka? Kenapa aku nggak dari dulu serius belajar di Gagasannya? 

Kenapa aku nggak dari dulu nyari link di luar dan di dalam Gagasan? Kenapa aku nggak manfaatkan setiap kesempatan di Gagasan untuk belajar? Kenapa aku dulu nggak ngedeketin senior-senior untuk bisa belajar lebih? Kenapa dan kenapa? Nyatanya, nasi udah menjadi bubur. Bubur tidak akan pernah bisa kembali menjadi nasi, tinggal bagaimana cara aku untuk membuat bubur itu tetap enak dinikmati.

Tahun demi tahun berlanjut di Gagasan. Aku memompa diri untuk belajar lebih baik, walau aku akui, fase ingin menyerah itu ada. Fase bosan itu ada. Seleksi alam itu ada. Tapi aku tak ingin mundur untuk sesuatu hal yang aku pilih sendiri secara sadar. Prinsip aku, kalau udah basah, ya udah tenggelam aja sekalian. Tentu saja prinsip itu aku terapkan dalam hal-hal positif ya.

Siapa sangka ditahun 205, aku dipercaya sebagai redaktur. 2016, aku berangkat PJTL di LPM Ganto Sumbar. Sebelumnya, karna aku nggak ikut PJTD di Gagasan, aku di PJTD-in di LPM Bahana. Sepulang PJTL, semangatku di Gagasan semakin terpompa. Ditambah juga bimbingan oleh senior-senior yang semakin mengarahkan. 

Tahun 2016 menjadi puncak awal beban bagiku. Pasalnya, ditahun itu, aku dipercaya sebagai Pimpinan Redaksi dengan Pimpinan Umumnya Toni dan Pimpinan Perusahaannya Hanif. Itu seakan beban berat dicampakkan ke pundakku. Berat, teramat berat. Aku nangis setelah mubes. Apa aku bisa? Aku bukan orang yang pandai mengambil keputusan. Aku bukan orang yang pandai mempertahankan pendapat. Aku bukan orang yang pandai memimpin orang lain. Aku bukan contoh kakak yang baik buat adik-adik di Gagasan. Why me?
***
Ternyata diamanahkan sebagai Pimpinan Redaksi itu memang sungguh sangat berat. Di dalam lembaga pers, Pimpinan Redaksi adalah inti kuncinya dan aku dituntut untuk bisa. Aku dituntut untuk semakin belajar. Untuk bisa peka isu. Untuk bisa belajar mengambil keputusan. Untuk bisa ngebimbing adik-adik. Dan untuk untuk bisa lainnya.

Aku juga semakin dituntut untuk pandai mengatur waktu antara kuliah, kerjaan dirumah, job nulis, LPM Gagasan, dan organisasi di fakultas. Memang tidak mudah, tapi kuakui, semua hal itu membuat aku belajar banyak hal. Membentuk aku untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik ketimbang aku yang dulu.

Di tahun 2017, aku kembali dipercaya sebagai Pimpinan Redaksi dengan Pimpinan Umumnya Hanif dan Pimpinan Perusahaannya Ika. Ditahun ini, sebagai Pimpinan Redaksi, aku lebih siap ketimbang tahun sebelumnya, walau masih kuakui, aku bukan pimpinan yang baik. 

Tahun 2017 inilah menurut aku tahun yang paling berkesan di Gagasan. Liputan, dimarahin narsum, diancam penjara, kekunci di lift rektorat, tidur disekre, begadang karna deadline majalah, permasalahan di internal Gagasan, ke Yogya mewakili Gagasan, dicarutin bang Hafis, dimarahin bang Hafis, nangis-nangis dibelakang sekre sama Ika, jalan-jalan bareng adik-adik Gagasan, masak di sekre, jualan pas wisuda, dan lain sebagainya. Sangat berkesan. Salah satu proses yang membuat aku lebih dewasa pastinya.
***
Semua hal yang aku alamin di Gagasan adalah satu hal yang aku syukuri dalam hidup. Gagasan bagaikan rumah kedua, disini aku dapat banyak keluarga. Aku dapat banyak kakak, abang, adik, teman, sahabat, dan cinta. Haha, iya, aku pernah ngerasain cinta di Gagasan. Trimakasih untuk semua orang di Gagasan yang membuat kisah kuliahku semakin berkesan. Trimakasih untuk Hanif, Ika, Bang Hafis, Kak Wilna, Bang Ari, Adrial, Nafi, Ayu, Aqib, Payung, Kiki, Mbak Lin, Laila, Angel, dan kakak abang teman adik lainnya yang namanya terlalu panjang untuk disebutkan satu persatu.

Trimakasih untuk semua ilmu dan bimbingannya. Trimakasih untuk semua cerita ini dan maaf untuk semua hal yang menyebalkan dari seorang Muthi Haura. See you at the top!

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar: